Advertisement
Sejarah Gempa di Banten, Pernah Munculkan Tsunami Hingga 30 Meter
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Provinsi Banten diguncang gempa bumi magnitudo 6,6 pada Jumat (14/1) pukul 16.05 WIB. Dalam catatan BMKG, wilayah tersebut sudah beberapa kali diguncang gempa dan tsunami bahkan hingga 30 meter.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan gempa pertama hingga menyebabkan kerusakan di wilayah Banten terjadi pada 4 Mei 1851 di Teluk Betung dan Selat Sunda. Gempa tersebut mengakibatkan tsunami setinggi 1,5 meter.
Advertisement
Gempa berikutnya terjadi pada 9 Januari 1852, saat itu gempa kuat yang terjadi di wilayah tersebut diikuti tsunami kecil.
“Kemudian pada 27 Agustus 1883, terjadi tsunami dahsyat di atas 30 meter akibat erupsi Krakatau,” kata Dwikorita dalam jumpa pers virtual, Jumat (14/1/2022).
BACA JUGA: Aksi Vandalisme di Dinding Benteng Kraton Jogja Dibidik Polisi
Dia juga mengatakan, gempa bumi hingga menyebabkan kerusakan parah pernah terjadi pada 23 Februari 1903 dengan kekuatan magnitude 9,7 yang berpusat di Selat Sunda.
Selain itu, pada 26 Maret 1928 sempat terjadi tsunami kecil yang teramati di Selat Sunda usai gempa.
“22 April 1958 juga terjadi gempa kuat yang diiringi tsunami kecil,” ujarnya.
Lebih lanjut, pada 22 Desember 2018 Selat Sunda dilanda tsunami akibat longsoran anak Gunung Krakatau dan pada 2 Agustus 2019 terjadi gempa magnitude 4,7 yang merusak dan berpotensi tsunami.
Sementara itu, gempa tepatnya terjadi pada pukul 16.05.41 WIB, Jumat (14/1/2022) dengan pusatnya berada di Samudera Indonesia pada kedalaman 10 kilometer. Kekuatannya Magnitudo 6,6 dengan lokasi episentrum berada 52 kilometer barat daya Sumur, Banten. Gempa tersebut telah dipastikan tidak berpotensi tsunami.
Dwikorita menjelaskan berdasarkan hasil analisis BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 7,21 derajat Lintang Selatan-105,05 derajat Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.
"Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ujar Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
- Boyolali Kembali Diguyur Hujan Sore Ini, Simak Prakiraan Cuaca Sabtu 27 April
- Prakiraan Cuaca Klaten Sabtu 27 April: Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan
- Bersahabat! Tidak Ada Hujan di Wonogiri pada Prakiraan Cuaca Sabtu 27 April
- Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
Berita Pilihan
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
Advertisement
Catat! Ini Jadwal dan Lokasi SIM Keliling di Jogja Sabtu 27 April 2024
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Penetapan Caleg Terpilih di DIY Menunggu BRPK Mahkamah Konsitusi
- Surya Paloh Enggan Jadi Oposisi dan Pilih Gabung Prabowo, Ini Alasannya
- Izin Tinggal Peralihan Jembatani Proses Transisi Izin Tinggal WNA di RI
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Gaji Prabowo-Gibran Saat Sudah Menjabat, Ini Rinciannya
- Iuran Pariwisata Masuk ke Tiket Pesawat, Ini Kata Menteri Pariwisata
- KASD Sebut Penggantian Istilah dari KKB ke OPM Ada Dampaknya
Advertisement
Advertisement