Advertisement

Promo November

Tergusur Tol Jogja-Solo, Permukiman 1 RT Kini Rata dengan Tanah

Taufik Sidik Prakoso
Senin, 10 Januari 2022 - 17:07 WIB
Budi Cahyana
Tergusur Tol Jogja-Solo, Permukiman 1 RT Kini Rata dengan Tanah Masjid yang tergusur Tol Jogja-Solo di Dukuh Ngentak, RT 14, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo masih berdiri, Senin (10/1/2022). Sementara, permukiman di wilayah RT 14 kini sudah rata dengan tanah. - JIBI/Solopos/Taufik Sidik Prakoso

Advertisement

Harianjogja.com, KLATEN—Perkampungan satu RT di Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten kini rata dengan tanah seiring dimulainya pembangunan Tol Jogja-Solo. Mayoritas warga yang sebelumnya tinggal di kampung itu pindah rumah ke luar desa.

Satu RT itu berada di wilayah Dukuh Ngentak, RT 14, Desa Kranggan. Nyaris sebagian besar rumah yang dihuni sekitar 27 keluarga di kampung tersebut terdampak proyek pembangunan jalan tol. Kini, tersisa satu bangunan masjid serta kompleks makam terdiri dari 100-an nisan yang masih berada pada bekas kampung tersebut.

Advertisement

BACA JUGA: Perkembangan Terbaru Tol Jogja-Bawen: Peletakan Baru Pertama Segera Dilaksanakan

Kepala Desa (Kades) Kranggan, Gunawan Budi Utomo, mengatakan warga kampung itu sudah mulai pindah dan membongkar rumah mereka pada Juli 2021 setelah menerima uang ganti rugi tol. Sekitar November 2021, perkampungan itu sudah rata dengan tanah. Mayoritas warga pindah ke luar kampung. Ada yang pindah di desa tetangga seperti di Desa Segaran, Kecamatan Delanggu. Ada pula yang pindah ke wilayah Kecamatan Juwiring. "Kalau masyarakat di RT 14 yang hilang [tergusur proyek tol], dari 27 keluarga hanya empat keluarga yang pindah dan masih tinggal di Kranggan. Sisanya pindah keluar desa meskipun ada yang secara administrasi masih menjadi warga Kranggan," jelas Gunawan saat ditemui di Kranggan, Senin (10/1/2022).

Gunawan tak tahu pasti alasan warga terdampak tol di RT itu akhirnya pindah keluar desa. Kemungkinan mereka mencari lahan dengan harga yang lebih murah ketimbang di wilayah yang berdekatan dengan daerah terdampak tol.

Gunawan mengatakan satu masjid yang ada di kampung itu juga terdampak tol. Namun, masjid tersebut belum dibongkar dan dipindah lantaran menunggu proses administrasi. Rencananya, masjid tersebut dipindah pada lahan tak terdampak tol di sebelah bangunan masjid saat ini.

Selain masjid, ada kompleks makam yang hingga kini belum dibongkar lantaran masih menunggu proses penaksiran dan administrasi. "Ada 100-an nisan di kompleks makam itu. Selain itu ada sebagian bangunan eks SD terkena tol yang juga masih menunggu proses administrasi," kata Gunawan.

Permukiman terdampak tol di Kranggan tak hanya di wilayah RT 14. Sebagian warga yang sebelumnya tinggal di wilayah RT 09 kini sudah pindah ke lokasi lain lantaran rumah mereka terdampak proyek tol. Mayoritas warga terdampak tol di RT 09 pindah ke lokasi lain di Kranggan. "RT 09 juga terdampak namun sebagian. Yang satu wilayah RT terdampak di RT 14 itu," jelas Gunawan.

Gunawan menjelaskan pembebasan lahan terdampak tol di Kranggan berlangsung lancar. Dia juga memastikan tak ada jalan desa yang ditutup gegara proyek pembangunan tol.

Salah satu warga, Sumanto, 58, mengatakan seluruh rumah warga RT 14, Dukuh Ngentak terdampak tol dan kini sudah rata dengan tanah. Warga yang sebelumnya tinggal satu kampung kini sudah berpencar dan memulai kehidupan di rumah baru. "Sami bubar dewe-dewe. Enten sing teng Segaran, Delanggu, hingga Juwiring [sudah berpisah-pisah. Ada yang di Segaran, Delanggu, hingga Juwiring]," kata Manto.

BACA JUGA: Dilema Skuter Malioboro: Dinikmati Wisatawan, Mengganggu Pengguna Jalan

Manto sebelumnya menjadi warga di RT 14. Namun, rumah Manto di RT tersebut yang tak terdampak tol. Lahan milik Manto yang terdampak tol yakni sawah yang berada di belakang rumah. Uang ganti rugi sudah diterima Manto dan dibelikan sawah pengganti di depan rumahnya. Manto belum mengetahui secara administrasi bakal masuk menjadi bagian warga di wilayah RT mana. Hingga kini belum ada pendataan ulang.

Manto bersyukur rumahnya tak ikut terdampak tol meski dari satu wilayah RT tersisa rumahnya yang kini berdiri. Pasalnya, Manto tak perlu beradaptasi di tempat baru termasuk menjalankan usaha berjualan soto di depan rumah. "Karena sudah cocok untuk usaha di sini," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kantongi Izin TRL, Teknologi Pemusnah Sampah Dodika Incinerator Mampu Beroperasi 24 Jam

Jogja
| Sabtu, 23 November 2024, 12:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement