Advertisement
Haedar Nashir: Pengerdilan Sejarah Bisa Munculkan Konflik
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir. - Ist.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir mengingatkan terkait adanya potensi pengerdilan sejarah yang bisa menimbulkan konflik. Kondisi itu tidak baik bagi masa depan bangsa Indonesia. Hal itu diungkapkan dalam Pembukaan Kongres Sejarawan Muhammadiyah secara daring, Sabtu (27/11/2021).
Haedar menyorot banyaknya komponen masyarakat yang terlalu ikut mempengaruhi jagad wacana sejarah. Hal itu terjadi baik di media sosial maupun dalam kancah dinamika nasional sehingga muncul pengerdilan terhadap sejarah. Kondisi itu menurutnya sangat tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa Indonesia. Maka kunci utamanya adalah harus ada kejujuran terhadap sejarah.
Advertisement
BACA JUGA : Ketum PP Muhammadiyah Resmikan Gedung Pusat
“Pengerdilan ini tidak menguntungkan bagi masaa depan Indonesia bahkan bisa menciptakan konflik, kuncinya adalah kejujuran terhadap sejarah, gunakan ilmu pengetahuan seluas-luasnya, kita tidak akan berebut tafsir dengan hidup mati yang kemudian menimbulkan luka sejarah dan konflik baru,” ucap Haedar.
Ia berharap melalui kongres tersebut Muhammadiyah hadir dalam memperkaya khasanah keilmuan sejarah di Indonesia dengan modal utamanya berkepribadian agung dan memiliki perspektif luas. Sejarawan Muhammadiyah diharapkan memberi warna dan memberikan kontribusi masa depan Indonesia.
Haedar juga menyinggung soal potensi penguasa yang dapat mengkonstruksi sejarah secara tunggal. Bahkan satu sama lain saling berebut tafsir sejarah. “Sering berebut tafsir sejarah tidak masalah sebenarnya, asal dilakukan objektif. Tetapi sering masalah politik dan kekuasaan karena terkunci oleh keputusan. Siapa yang paling punya pengaruh, hal seperti ini ada di lorong otoritas. Ke depan bisa dicounter lagi oleh otoritas baru, begitu seterusnya,” katanya.
BACA JUGA : Milad 109 Muhammadiyah, Haedar Ajak Tetap Optimistis
Ketua Majelis Pustakan dan Informasi PP Muhammadiyah Muchlas menambahkan sejarawan Muhammadiyah memiliki sejumlah tantangan dalam memetakan kembali dan mengulas sejarah Muhammadiyah yang tergolong masih minim dibandingkan keagamaan lainnya.
“Harapannya para sejarawan Muhammadiyah merumuskan konstruksi sejarah yang sesuai dengan konteks di zamannya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
- PBB Desak Israel Buka Akses Bantuan, Palestina Angkat Bicara
- Langgar VoA, Imigrasi Bali Deportasi Bintang Porno Asal Inggris
- Banjir Besar Menerjang AS dan Kanada, Puluhan Ribu Mengungsi
Advertisement
KUPI Hadirkan Gerakan Ulama Perempuan Berpihak pada Kemanusiaan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Agenda Budaya & Komunitas Jogja, 13 Desember 2025
- Harga Emas Naik Lagi, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
- Indonesia Tantang Thailand di Semifinal Voli Putri SEA Games 2025
- Klasemen Medali SEA Games 2025, Indonesia Masih di Tiga Besar
- Viktor Tsygankov Borong Gol, Girona Taklukkan Real Sociedad 2-1
- Libur Nataru, Semua Sektor di Kota Magelang Siaga
- BMKG Warning Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Sejumlah Kota
Advertisement
Advertisement




