Advertisement
Pakar Sebut Kelompok Radikal di Indonesia Pengaruhi Masyarakat Lintas Agama
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Pakar Intelijen dan Terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan kelompok radikal memengaruhi masyarakat dari lintas agama untuk direkrut sebagai anggota dengan mengajak mereka untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.
“Mereka [anggota-anggota kelompok radikal] lintas agama, lho. Saya mendapat pengakuan mengejutkan dari seorang remaja,” ucap Stanislaus Riyanta saat menjadi narasumber dalam podcast Kafe Tenggang Rasa Orang Lain, Etika Rukun Akur Norma Saling Inter-Aksi (Toleransi) yang diunggah dalam kanal YouTube Humas BNPT, dipantau dari Jakarta, Sabtu (30/10/2021).
Advertisement
Dari pengalamannya tersebut, Stanis, sapaan akrab Stanislaus Riyanta menjelaskan remaja yang mengaku kepadanya itu diajak bergabung oleh kelompok ISIS di suatu kota, tepatnya daerah Sumatra.
Selama 6 bulan, ia menerima doktrin radikalisme dan menjadi tertarik ingin ke Suriah, meskipun remaja itu beragama Katolik. Pengakuan tersebut diungkapkan ketika korban telah tersadar bahwa tindakan radikal itu salah.
Pada saat ini, menurut Stanis, kelompok radikal memang tidak hanya mengandalkan motif ideologi agama, tetapi juga nilai-nilai lain, seperti perubahan yang lebih baik untuk dunia.
“Mereka tidak mengajarkan agama, tetapi perubahan, bagaimana anak muda terlibat pada perubahan dunia. Mereka tertarik dengan itu,” tutur Stanis.
Ia pun mengatakan, sebenarnya ada berbagai faktor yang dimanfaatkan kelompok radikal untuk mendorong seseorang terpapar radikalisme tanpa batasan latar belakang. Mereka bisa datang dari kalangan mana pun.
“Radikalisasi sudah masuk ke mana-mana, tidak hanya anak muda, tidak hanya agama atau kelompok tertentu, bahkan mereka dengan ekonomi yang baik dan pendidikan tinggi bisa masuk,” tegas Stanis.
Dia juga mengambil beberapa contoh terkait gambaran nyata kondisi itu. Pertama, kelompok radikal bisa memengaruhi seseorang yang terkendala kesulitan ekonomi dengan menjanjikan gaji yang besar ketika mereka bersedia menjadi anggota.
Kedua, mereka juga mengajak orang-orang yang memiliki rasa kebencian kepada pemerintah ataupun atasan. Dengan demikian, tambah Stanis, faktor pendorong seseorang bersedia bergabung ke dalam kelompok radikal itu berbeda-beda. Akan tetapi, mereka akhirnya disatukan dalam satu ideologi.
Untuk itu, Stanis menilai permasalahan terkait ideologi kebangsaan yang perlu dibenahi untuk melawan radikalisme. Ia berpendapat masyarakat, khususnya kaum muda yang terpapar radikalisme ini cenderung melihat ideologi Pancasila sebagai sesuatu yang tidak lagi menarik.
Dalam mengatasinya, Stanis menganjurkan cara penanaman ideologi Pancasila di kalangan generasi muda Indonesia haruslah bergaya milenial. Pemerintah dan para pihak terkait diharapkan dapat memanfaatkan media sosial yang digandrungi kaum muda untuk membuat mereka tertarik terhadap Pancasila.
“Mereka disuruh buat vlog, konten-konten agar mereka tertarik,” saran Stanis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Guru Ngaji di Pondok Pesantren Tulungagung Ditangkap Polisi, Diduga Cabul kepada Santri
- Januari-Awal April 2025, KSPN Catat Ada 23.000 Pekerja Kena PHK
- LG Batal Investasi di Proyek Baterai Nikel RI
- PPATK: Perputaran Uang Transaksi Judi Online Bisa Capai Rp1.200 Triliun
- KPK Jelaskan Soal Motor Ridwan Kamil yang Disita dan Titip Rawat
Advertisement

Perayaan Paskah 2025, Ribuan Polisi di Kota Jogja Jaga Ketat 59 Tempat Ibadah
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Terkait Kasus Suap CPO, Istri Hakim Agam Syarif Diperiksa Kejaksaan Agung
- Berlaku 19 April 2025, Segini Tarif Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan
- Harimau Jawa Tidak Mungkin Masih Ada Saat Ini, Begini Penjelasan Ahli
- Kementerian PKP Serahkan Peta Jalan Pembangunan 3 Juta Rumah ke DPR
- Keluarga Korban TPPO yang Meninggal di Kamboja Lapor ke Polda Metro Jaya
- Cerita Eks Komisioner KPU Soal Lobi PAW Anggota DPR di Sidang Hasto Kristiyanto
- OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Gebu Prima di Medan, Nasabah Diminta Tenang
Advertisement