Advertisement

Promo Desember

11 Keluarga Terdampak Tol Jogja-Solo di Klaten Pindah Bersama Membentuk Kampung Baru

Taufik Sidik Prakoso
Senin, 13 September 2021 - 18:27 WIB
Nina Atmasari
11 Keluarga Terdampak Tol Jogja-Solo di Klaten Pindah Bersama Membentuk Kampung Baru Warga terdampak proyek tol solo-Jogja di Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, membangun rumah di satu lahan. Foto diambil Senin (13/9/2021). - Solopos/Taufiq Sidik Prakoso

Advertisement

Harianjogja.com, KLATEN — Dari 22 keluarga yang rumahnya terdampak tol Solo-Jogja di Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, sebanyak 11 keluarga bersama-sama pindah ke satu lokasi dan membentuk perkampung baru.

Sisanya masih mencari lahan dan membangun rumah baru setelah uang ganti kerugian cair.

Advertisement

Sebanyak 11 keluarga membangun perkampungan baru di satu kompleks wilayah Dukuh Kapungan tak jauh dari tempat tinggal mereka yang bakal menjadi jalan tol. Setidaknya sudah ada tujuh rumah yang berdiri.

Baca juga: Pengguna Kereta Api Relasi Jogja Wajib Sudah Divaksin

Lahan tersebut sebelumnya merupakan hamparan sawah yang bersebelahan dengan perkampungan di Dukuh Kapungan. Salah satu warga Dukuh Mendungan, Dwi, 31, mengatakan pembangunan rumah baru sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu.

Mayoritas warga kena dampak tol Solo-Jogja di Kapungan, Klaten, membangun rumah tak jauh dari kampung lama mereka dengan menempati lahan warisan keluarga yang tak dilintasi jalan tol.

Sementara keluarga Dwi memilih membeli lahan di Dukuh Kapungan dan tinggal bersama 10 keluarga Mendungan lainnya yang masih satu RT. Lahan tersebut milik salah satu warga Mendungan yang rumahnya juga terdampak jalan tol.

Tak Ingin Buru-Buru Pindah

“Dikumpulin agar tidak jauh-jauh tinggalnya,” kata Dwi saat ditemui di rumah barunya yang masih proses pembangunan, Senin (13/9/2021).

Dwi mengakui kompleks lahan yang kini dibangun rumah oleh warga terdampak tol bakal menjadi perkampungan baru di Kapungan. Perkampungan baru itu direncanakan bernama New Mendungan.

Penghuni perkampungan baru itu bakal membangun fasilitas pelengkap lainnya seperti membangun jalan serta sumur dengan biaya disokong bareng-bareng. Meski rumah hampir rampung dan berukuran lebih luas dibandingkan rumah lama, Dwi tak ingin buru-buru pindah ke rumah baru bersama lima anggota keluarganya.

Baca juga: Serangan Monyet di Gunungkidul Sulit Terkendali, Senapan Tak Mempan

Salah satu alasan lantaran masih merasa berat meninggalkan rumah yang sudah ditempati secara turun temurun. Dwi ingin menikmati suasana rumah yang sudah ia tempati sejak lahir hingga hari-hari terakhir sebelum perkampungan digusur untuk proyek jalan tol Solo-Jogja.

“Kenangan di sana sangat banyak. Dari lahir ceprot sampai besar seperti saat ini tinggal di sana. Tetapi mau enggak mau harus pindah. Karena mau dilawan seperti apa ya tetap kalah,” ungkap Dwi.

Dari lahan dan bangunan rumahnya yang kena proyek tol Solo-Jogja di Kapungan, Klaten, Dwi mengatakan keluarganya menerima uang ganti kerugian Rp1,2 miliar.

Didatangi Makelar

Nilai ganti kerugian itu dibagi dengan dua keluarga lainnya yang tinggal dalam satu pekarangan. Dwi mengakui uang ganti kerugian cukup untuk membeli lahan dan membangun rumah baru berukuran 10 meter x 10 meter.

Sebelumnya, warga Mendungan yang rumahnya diterjang proyek tol Solo-Jogja banyak didatangi makelar tanah serta perumahan. Mereka menawarkan tanah serta perumahan untuk tempat tinggal baru. Namun, warga sama sekali tak berminat dan memilih mencari lahan dan membangun rumah secara mandiri.

“Didatangi door to door ke rumah dikasih semacam selebaran. Tetapi sama sekali tidak berminat. Kalau dihitung-hitung biaya yang dikeluarkan jatuhnya sama. Kalau harga tanah di luar Kapungan sudah tinggi. Kemarin ganti kerugian [untuk pekarangan] per meter Rp1.060.000 per meter persegi. Sementara harga tanah di luar sudah sampai Rp1,2 juta per meter persegi,” kata Dwi.

Baca juga: Pilihan Lurah di Karangasem Gunungkidul Terancam Ditunda

Salah satu warga Desa Kapungan, Klaten, Joni, mengatakan warga yang rumahnya kena dampak tol Solo-Jogja sejak beberapa bulan terakhir mencari lahan dan membangun rumah baru.

Ada yang memilih membangun rumah di luar desa lantaran memanfaatkan tanah warisan miliki keluarga. Ada pula yang membangun rumah baru di satu kompleks lahan di Dukuh Kapungan seperti 11 keluarga yang membangun kampung baru.

“Dalam satu RT ada beberapa warga yang menguruk satu patok sawah dibangun rumah baru. Nanti mau dinamakan Mendungan Baru,” kata Joni.

207 Bidang Lahan

Sementara itu, sebagian rumah warga terdampak tol di Mendungan mulai dibongkar. Puing-puing rumah dimanfaatkan untuk menguruk lahan yang bakal didirikan rumah pengganti.

Kepala Desa Kapungan, Rakhim Fauzi, mengatakan ada 207 bidang lahan dengan luas sekitar 23 ha di Kapungan, Klaten, yang kena dampak proyek tol Solo-Jogja. Lahan itu di antaranya berupa pekarangan dan rumah, masjid, serta sawah termasuk tanah kas desa. “Untuk pekarangan dan rumah ada 25 bidang di Mendungan,” kata Fauzi.

Ia menjelaskan uang ganti kerugian kepada para pemilik rumah terdampak tol sudah dicairkan. Tersisa uang ganti kerugian untuk satu bidang rumah yang kini menunggu proses pencairan.

“Mayoritas membangun rumah baru di sekitar Kapungan. Dari total 22 keluarga, hanya dua keluarga yang membangun rumah di luar Kapungan,” kata Fauzi.

Fauzi mengatakan perkampungan yang terdampak proyek jalan tol berada di dua RT. Sebelumnya, warga menginginkan pindah dan tinggal di satu kompleks yang sama. Hanya saja, untuk mencari lahan pengganti yang cukup luas sulit direalisasikan.

“Inginnya warga kumpul jadi satu lagi. Tetapi itu sulit. Kalau desa ada tanah kas desa tempatnya di pinggiran semua. Jadinya tidak mungkin,” kata Fauzi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KRL Jogja Solo Terlengkap, Sabtu 14 Desember 2024, dari Stasiun Tugu Jogja hingga Solo Balapan

Jogja
| Sabtu, 14 Desember 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku

Wisata
| Selasa, 10 Desember 2024, 17:38 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement