Advertisement
Ada Fenomena Milky Sea di Laut Selatan Jawa, Ini Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Milky Sea atau fenomena laut bercahaya di malam hari cukup jarang terjadi, namun bukanlah hal baru. Seperti yang terjadi baru baru ini di laut Selatan Jawa.
Cahaya yang diikuti dengan kabut seperti susu ini terbentuk dari bakteri bioluminesensi. Kejadian ini pertama kali dilaporkan oleh Kapten Kapal CSS Alabama, Raphael Semmes.
Pada 1864, Raphael Semmes menceritakan melalui tulisannya bahwa kapal yang dinahkodai tiba-tiba beralih dari air laut yang biru tua ke air yang sangat terang.
BACA JUGA: Kejari Bantul Endus Dugaan Korupsi Tanah Kas Desa Srigading 2020
"Seluruh pemandangan alam tampak berubah, kalau ada yang melihat, Alabama mungkin dianggap sebagai kapal hantu yang diterangi oleh cahaya laut yang tidak wajar,” tulis Raphael.
Bagi kru kapal yang sangat percaya dengan monster laut, mereka akan sangat ketakutan saat bertemu dengan milky sea.
Fenomena ini juga disebut dengan mareel. Milky sea disebabkan oleh bakteri bioluminescence dalam jumlah miliaran. Bakteri berada di dasar dan permukaan air ini membentuk cahaya terang di malam hari.
Para pelaut menggambarkan milky sea tampak seperti susu atau awan yang menghiasi dari cakrawala ke cakrawala. Saat ini, ilmuwan belum bisa memecahkan secara tuntas fenomena ini.
Advertisement
Steven Miller, ilmuwan senior di Colorado State University menggunakan alat yang ia buat untuk mengukur tingkat cahaya rendah seperti sinar bulan.
Pendeteksian menggunakan satelit yang paling bagus berasal dari laporan kapal uap Lima pada 1995.
Kapten Lima yang berlayar di lepas pantai Somalia menyebutkan cahaya keputihan di cakrawala yang diikuti oleh gelombang laut, memberi kesan berbelok ke "ladang salju".
Advertisement
Setelah kejadian itu, Miller meninjau kembali arsip citra satelit daerah tersebut untuk melihat apakah ada fenomena yang terlihat.
Hasil satelit menunjukkan bahwa ada “noda” di lokasi tersebut. Hal yang lebih mengejutkan adalah “noda” itu memiliki ukuran sebesar 15.000 km persegi.
"Kami belum memecahkan misteri milky sea," kata Miller. "Kami telah dapat mendeteksinya, tetapi tidak ada bukti nyata tentang bagaimana dan mengapa itu terbentuk... kami hanya perlu mencari tahu lebih banyak tentang milky sea." Tim Miller menggunakan satelit untuk menentukan milky sea berikutnya, kemudian mengambil sampel untuk menyelidiki fenomena tersebut.
NASA menyatakan bahwa para ilmuwan tahu lebih banyak tentang luar angkasa daripada yang mereka ketahui tentang lautan di bumi, dan bahkan dengan semua teknologi di dunia.
Advertisement
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
- Airlangga: Golkar Masih Jadi Partai Pemenang Terbanyak dalam Pemilu di Indonesia
- Ganjar: Bisnis Tembakau dan Rokok Selalu Menghadapi Masalah yang Sama Setiap Tahun
- Lagu Franky Sahilatua "Aku Papua" Menggema di Gedung Graha Widyatama Unsoed
- Awali Panen Tembakau di Lereng Sindoro, Ganjar Petik 12 Daun Pertama. Ini Maknanya..
- Daftar 5 Kanal YouTube dengan Subscribers Terbanyak di Dunia

Tingkatkan Kompetensi, Hotel Harper Malioboro Yogyakarta Berikan Pelatihan Kepada Siswa Siswi SMKN 1 Saptosari
Advertisement

Dulu Dipenuhi Perdu Liar, Kini Pantai Goa Cemara Jadi Primadona Baru Wisata di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Siap-Siap, Harga Mi Instan Bisa Naik 3 Kali Lipat!
- BREAKING NEWS: Ferdy Sambo Tersangka Pembunuhan Brigadir J!
- Astaga! Indonesia Jadi Negara dengan Keamaan Siber Paling Buruk di Dunia
- Ini Link Lowongan Kerja BUMN dari Bank Mandiri, KAI dan Pertamina
- Kapolri Sebut Tak Ada Tembak Menembak, Ferdy Sambo Minta Anak Buah Habisi Brigadir J
- Pembunuhan Berencana, Ferdy Sambo Terancam Hukuman Mati!
- Daftar 5 Kanal YouTube dengan Subscribers Terbanyak di Dunia
Advertisement
Advertisement