Advertisement
Perlu Inovasi dan Penyesuaian Pendidikan di Masa Pandemi
Tangkapan Layar. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud RI, Jumeri-Harian Jogja - Sirojul Khafid
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Setiap daerah perlu membuat inovasi dan penyesuaian dalam menjalankan pendidikan di masa pandemi Covid-19 ini. Hal ini untuk menanggulangi dampak buruk dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang belum sepenuhnya efektif. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud RI, Jumeri dalam diskusi daring bertema Dari DIY untuk Pendidikan Indonesia yang Merdeka. Diskusi ini hasil kerja sama Harian Jogja dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Jumeri mengatakan saat ini baru 30 persen daerah di Indonesia yang bisa melakukan PJJ dengan penuh. Sementara 30-40 persen bisa lakukan pembelajaran daring tapi tidak bisa tatap muka. Guru hanya memberikan tugas melalui aplikasi pesan WhatsApp atau sejenisnya. Sementara sisanya sama sekali tidak bisa melakukan PJJ, baik kendala jaringan maupun lainnya.
Advertisement
Hal ini berdampak pada beberapa hal seperti resiko putus sekolah, penurunan capaian belajar, learning lost, pengajuan pernikahan dini, dan lainnya. “Dalam resiko putus sekolah, ada penurunan kemampuan ekonomi dari keluarga, kemudian anak ikut bekerja dan tidak balik lagi ke sekolah,” kata Jumeri, Senin (16/8/2021). “Sementara dalam capaian belajar, kami mengadari bahwa ada perbedaan akses dan kualitas setiap siswa atau daerah.”
Melalui keputusan Kementerian Dalam Negeri, wilayah yang berstatus PPKM level 1-3 bisa melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas. Namun bagi provinsi yang berada di level 4, bisa menggunakan pendekatan mikro perkabupaten/kota atau bahkan kecamatan. Sehingga meski secara provinsi berstatus level 4 PPKM, namun misal secara kecamatan berstatus level 1 atau 2, maka bisa lakukan PTM.
BACA JUGA: Ini Isi Pidato Lengkap RUU APBN 2022 dan Nota Keuangan dari Presiden Jokowi
“Kecamatan yang aman bisa segera buka PTM, meski secara kewilayahan masih level 4 PPKM, itu bisa. Adapula daerah terpencil yang mobilitasnya hanya warga sekitar saja, maka itu bisa dibuka PTM terbatas. Tidak harus setiap hari datang ke skeolah, misal untuk SD bisa dua hari seminggu dengan cukup durasinya dua jam,” kata Jumeri.
Meski banyak dampak dari PJJ di seluruh Indonesia, Jumeri mengatakan apabila sebuah penelitian menyatakan Jogja dan Bukit Tinggi tidak terlalu terdampak dalam hal learning lost. “Mungkin bisa kami pelajari budaya-budaya di Jogja dan Bukit Tinggi, karena peran orang tua ketika ada di rumah banyak membantu edukasi dan mendampingi putra-putrinya,” katanya.
Kapala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY, Isti Triasih menyatakan pembelajaran di DIY mayoritas berlangsung secara daring. Hal ini difasilitasi dengan bantuan berupa paket internet dan lainnya. Namun bagi peserta didik yang masih kesulitan ada fasilitas berupa konsultasi terbatas di sekolah.
Adapula ruang bernama Jogja Belajar yang bisa streaming pembelajaran. “Guru memberi pembelajaran dengan Jogja Belajar melalui radio atau guru membuat konten,” kata Isti.
Sementara di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Galur Kulonprogo, tenaga pendidikannya berinovasi dengan mencetuskan SMA Plus Keterampilan. Menurut Kepala SMAN 1 Galur, Lestari Asih, hal ini bermula dari data lulusan tahun 2020/2021. Lulusan tahun ini hanya 20 persen yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Sehingga dengan latar belakang seperti itu, kami jalin kerjasama dengan Balai Pelatihan Kerja Kulonprogo, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kulonprogo, dan sebagainya,” kata Lestari. “Merupakan tantangan bagi kami dalam memberikan solusi, sehingga SMAN 1 Galur bisa berkembang lebih pesat lagi sebagai SMA Plus Keterampilan pertama di Kulonprogo.”
Semua inovasi pelaksanaan pendidikan di masa pandemi untuk tetap sejalan dengan cita-cita bangsa dan para leluhur. Menurut Ketua Dewan Pendidikan DIY, Danisworo, tujuan dari pendidikan salah satunya bisa merujuk pada ajaran Sultan Agung Hanyokrokusumo berbunyi, ‘Memasuh-malaning bumi, mengasah-mingising budi.’ Secara harfiah bermakna membersihkan kotoran bumi, mengasah ketajaman budi.
Adapula pendidikan khas ke-Jogja-an yang bertujuan mewujudkan peradaban baru yang unggul untuk menghasilkan Manusia Indonesia, khususnya Jogja. “Manusia yang taat kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, rasa keadilan, merdeka lahir-batin serta selalu menumbuhkan keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” kata Danisworo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Rumah Tua di Kawasan Pecinan Semarang Kubur 5 Panghuninya, 1 Orang MD
- Wabah Flu Burung Jerman Berpotensi Menyebar ke Negara Tetangga Eropa
- Diguyur Hujan Deras, Semarang Kembali Banjir
- Tokoh hingga Sultan dari Berbagai Daerah Mendeklarasikan FKN
- Ketum Muhammadiyah Berharap Generasi Muda Mewarisi Nilai Sumpah Pemuda
Advertisement
Dana Desa Bantul 2026 Turun Rp18 Miliar Dibandingkan Tahun Lalu
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Lampung Jadi Kandidat Lokasi Pabrik Etanol Toyota di Indonesia
- Pemerintah Akui Efisiensi Investasi RI Masih Kalah dari Vietnam
- Viral Insentif Rp5 Juta untuk Konten MBG Ternyata Cuma Candaan BGN
- Ombudsman Usul Warga Jogja Tak Memilah Sampah Dikenakan Tarif Mahal
- Ketua KPK Temui Sultan HB X, Ini yang Dibahas
- UMP DIY 2026 Diusulkan Naik Jadi Rp3,6 Juta hingga Rp4 Juta
- Indonesia Surplus 4 Juta Ton Beras, Tak Lakukan Impor Tahun Ini
Advertisement
Advertisement



