Advertisement

Jadi Saksi Dunia, Remaja Perekam Kematian George Floyd Peroleh Pulitzer 

JIBI
Minggu, 13 Juni 2021 - 16:57 WIB
Sunartono
Jadi Saksi Dunia, Remaja Perekam Kematian George Floyd Peroleh Pulitzer  Demonstrasi di Minneapolis, Amerika Serikat pada Selasa (26/5 - 2020) memprotes kematian George Floyd. (Carlos Gonzalez / Star Tribune melalui Getty Images)

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Keberanian seorang remaja merekam saat George Flyod ditangani polisi kulit putih menjadi saksi bagi dunia atas apa yang terjadi.

Atas keberaniannya merekam detik-detik kematian George Floyd lewat ponsel, Darnella Frazier, menerima penghargaan khusus dari Pulitzer Prize.

Advertisement

Seperti diketahui Pulitzer adalah ajang paling bergengsi dalam jurnalisme Amerika Serikat.

"(Video Frazier) menyoroti peran penting warga negara dalam pencarian jurnalis untuk kebenaran dan keadilan," kata dewan Pulitzer, dikutip Tempo.co dari Al Jazeera, Sabtu, 12 Juni 2021.

Tangkapan layar dailymail.co.uk dari video proses penangkapan pria keturunan Afro-Amerika bernama George Floyd, 46 tahun, saat dibekuk polisi Derek Chauvin pada Senin 25 Mei lalu. George Floyd tewas setelah lehernya ditindih yang menyebabkan kehabisan nafas. 

Mindy Marques, ketua bersama dewan, pada Jumat menyebut video Frazier transformatif dan mampu menggerakkan orang-orang yang melihatnya hingga memicu protes terhadap kebrutalan polisi di seluruh dunia.

George Floyd, seorang pria kulit hitam, meninggal pada 25 Mei 2020, saat dia dijepit ke tanah oleh petugas polisi Minneapolis, Minnesota, Derek Chauvin.

Video yang direkam Frazier, yang saat itu baru berusia 17 tahun, menunjukkan Chauvin berlutut di leher Floyd selama 9 menit, 29 detik.

Dalam rekaman itu terdengar pula suara Floyd yang mengatakan "Saya tidak bisa bernapas" hingga memicu gelombang protes, pertama di Minnesota dan kemudian di seluruh negeri.

Chauvin kemudian dihukum karena pembunuhan.

Frazier bersaksi di persidangan pembunuhan Chauvin pada Maret. Ia mengatakan bahwa momen Floyd ditahan di tanah memaksanya untuk tetap tinggal. “Itu tidak benar. Dia menderita. Dia kesakitan," katanya.

“Saya terus meminta maaf dan meminta maaf kepada George Floyd karena tidak melakukan lebih banyak dan tidak berinteraksi secara fisik dan tidak menyelamatkan hidupnya,” kata Frazier.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ratusan Juta Rupiah Dicairkan BPJS Ketenagakerjaan buat Pekerja di Kulonprogo

Kulonprogo
| Rabu, 01 Mei 2024, 22:27 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement