Advertisement
Perwarnaan Alam Diperkirakan Jadi Tren Motif Batik 2021

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penggunaan warna alam diperkirakan akan menjadi tren motif batik di 2021. Selain banyak sumber alam yang bisa menjadi bahan, warna alami saat ini mulai banyak digemari kalangan global. Hal ini dibahas dalam diskusi bersama perajin batik bertajuk Sharing Session Tren Warna dan Motif Batik 2021.
Advertisement
Peneliti Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Irfa’ina Rohana Salma menjelaskan Indonesia kaya akan karya wastra berpotensi menjadi industri ramah lingkungan, salah satunya adalah kain batik warna alam. Akhir-akhir ini penggunaan zat pewarna alami untuk batik kembali menjadi tren atau digemari kembali oleh masyarakat, yang kemungkinan akan terus berlanjut hingga tahun 2021 mendatang.
BACA JUGA : Dvia Batik & Lurik Ciptakan Baju Batik untuk Semua Generasi
“Seiring tren global yaitu gaya hidup sehat dan ramah lingkungan, penggunaan zat pewarna alam kini mulai banyak dimanfaat lagi untuk pewarnaan dalam batik. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk bahan pewarna alami,” katanya dalam rilisnya, Kamis (31/12/2020).
Ia menambahkan bahan pewarna untuk batik ada dua jenis yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami diambil dari ekstrak bahan alam, sedangkan zat pewarna sintetis merupakan pewarna tiruan yang dihasilkan oleh pabrik. “Bahan alam akan banyak diminati,” ujarnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin Doddy Rahadi mendorong agar daya saing industri kerajinan dan batik dimasa pandemi ini terus bisa berkembang. Oleh karena kegiatan diskusi virtual menghadirkan banyak pihak menjadi penting guna membangun jaringan. Sehingga perajin batik dapat mengetahui tren warna dan motif batik di tahun 2021.
BACA JUGA : BATIK ALLUSAN : Peduli dan Cinta Lingkungan
“Sehingga lebih dapat meningkatkan branding, pada akhirnya memperkuat daya saing industri kerajinan dan batik di masa Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung,” ujarnya.
Kepala BBKB Titik Purwati Widowati menambahkan diskusi itu menjadi media kolaborasi tepat dalam menghadapi tantangan serta keberlangsungan industri kerajinan dan batik saat masa sulit akibat dampak pandemi Covid-19. Selama 2020 pihaknya menggelar sharing session sebanyak 61 kali yang terdiri dari 41 kali dengan media zoom, 19 kali dengan media whatsapp (kulwap) dan 1 kali dengan media instagram live dengan total jumlah peserta sebanyak 9.828.
“Kami ingin industri batik juga bisa bertahan dan berkembang di tengah pandemi dengan menghadirkan berbagai inovasi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BNN Ungkap Wilayah Pesisir dan Perbatasan Rawan Peredaran Narkoba, Begini Polanya
- Seorang Perawat Rumah Sakit di Cirebon Diduga Lecehkan Remaja Disabilitas, Polisi Periksa 11 Saksi
- Mensos Usahakan Siswa Lulusan Sekolah Rakyat Dapat Beasiswa
- Dukung Pengamanan Kejaksaan oleh TNI, Wakil Ketua Komisi 1 DPR: Untuk Efektifkan Penegakan Hukum
- Ledakan di Garut Tewaskan 13 Orang, Prosedur Pemusnahan Amunisi Harus Dievaluasi
Advertisement

Pembangunan Tol Jogja-Solo Ruas Trihanggo-Junction Sleman Dipercepat
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mahasiswa Pengunggah Meme Tak Senonoh Bergambar Prabowo dan Jokowi, Polri: Proses Hukum Sudah Sesuai Prosedur
- 75.887 Jemaah Calon Haji Telah Diberangkatkan ke Tanah Suci
- Pemerintah Afghanistan Haramkan Permainan Catur
- Respons ITB Terkait Mahasiswanya Jadi Tersangka Seusai Unggah Meme Prabowo dan Jokowi
- BMKG Ungkap Penyebab Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Maldina Sumut
- Pesan Presiden Prabowo di Hari Raya Waisak: Welas Asih Bagi Kita Semua
- Paus Leo XIV Minta Gereja Merespons Perkembangan Kecerdasan Buatan
Advertisement