Advertisement
DPR Sebut Besarnya Impor Obat dan Bahan Baku Indonesia Cermin Kegagalan Kementerian Perindustrian
Industri farmasi - indianmirror
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Achmad Baidowi menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut jumlah impor obat dan bahan baku obat Indonesia mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional.
Baidowi mengatakan bahwa kenyataan tersebut merupakan cerminan kegagalan Kementerian Perindustrian dalam meningkatkan daya saing industri farmasi dalam satu dekade terakhir ini.
Advertisement
Besarnya ketergantungan impor dan bahan baku obat berkontribusi pada besarnya defisit perdagangan Indonesia selama ini. Menurut Baidowi sudah seharusnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendapatkan fokus perhatian.
Baca juga: Keluarga dan Masyarakat Berperan Penting Berantas Klitih
Alasannya Kemenperin tidak mampu memanfaatkan potensi Indonesia yang kaya keragaman hayati, terutama tumbuhan dan mikroba yang jumlahnya sangat besar dan bisa dimanfaatkan untuk bahan baku industri farmasi.
Oleh karena itu, Baidowi berharap Jokowi mengevaluasi kinerja Kementerian Perindustrian agar impor obat dan bahan baku obat bisa segera dicarikan solusinya. Apalagi, kebutuhan obat akan semakin meningkat seiring dengan munculnya sejumlah penyakit baru di dunia.
Besarnya impor tersebut menunjukkan hingga kini memang tidak ada terobosan yang berarti yang dilakukan Kemenperin.
“Selama ini stakeholder sektor perindustrian terlihat berpikir instan dalam memenuhi kebutuhan farmasi dalam negeri yaitu dengan cara impor. Cara instan ini bukan hanya membuat defisit neraca perdagangan, namun juga menjadikan Indonesia sebagai negara konsumen yang tidak berdaya saing,” katanya melalui pesan instan kepada wartawan, Sabtu (7/11/2020).
Baca juga: Pandemi Covid-19 Picu Kreativitas Konten Medsos
Baidowi menjelaskan, bahwa sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia sebenarnya bisa memproduksi obat dan bahan baku obat secara mandiri. Namun, karena sejumlah stakeholder perindustrian terlihat sudah merasa aman dan nyaman dengan impor, potensi Indonesia itu tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Sudah seharusnya ada roadmap industri farmasi yang jelas dan terukur, agar ketergantungan impor bisa terus dikurangi. Perlu kebijakan yang tegas dan terintegrasi agar kebutuhan farmasi di dalam negeri tetap bisa terpenuhi, namun pengembangan industri farmasi juga bisa berkembang dengan baik sehingga keran impor bisa diperkecil,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Mulai 3 November, Tiket Pendakian Gunung Rinjani Resmi Naik
- Diserang RSF, Puluhan Ribu Warga Sudan Mengungsi dari El-Fasher
- DJ Panda dan Erika Carlina akan Kembali Bertemu, Ini Tujuannya
- Perang di Sudan Kembali Pecah, Sebanyak 2.227 Orang Tewas
- Dirayakan Setiap Tanggal 31 Oktober, Ini Sejarah Halloween
Advertisement
Pencurian di SD Negeri Ciren Bantul, Pelaku Gasak Peralatan Elektronik
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- PSIM Jogja Kalahkan Persik 2-1, Otomatis Naik Peringkat
- UGM Kembangkan Booster Pakan untuk Tingkatkan Produksi Susu Sapi
- Absen Reuni, Ryu Jun Yeol Tetap Hadir di Proyek Spesial Reply 1988
- Cuaca Ekstrem di Jogja, 2 Orang Luka Tertimpa Papan Nama Toko
- DPRD Magelang Tetapkan Propemperda 2026, Bahas 9 Raperda Strategis
- Kanthi Pawiyatan: KPID DIY Bahas Paradoks Regulasi Penyiaran di UGM
- Gunungkidul Pangkas Anggaran Rapat 2026, Hanya Sajikan Snack
Advertisement
Advertisement



