Advertisement
Merapi Siaga, Warga Kemalang Siap Mengungsi
Truk melewati jalur turun dari Merapi. - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, KLATEN – Status Gunung Merapi meningkat dari Waspada menjadi Siaga. Warga yang tinggal di kawasan rawan bahaya di Klaten mulai meningkatkan kewaspadaan mereka.
Seperti yang dilakukan warga di wilayah Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten. Salah satu warga Dukuh Mbangan, RT 027/RW 009, Desa Sidorejo, Sarjino, menjelaskan peningkatan status Merapi tak memengaruhi aktivitas warga.
Advertisement
“Aktivitas warga yang masih seperti biasa. Tetapi, kewaspadaan warga tetap meningkat. Selain terus memperbarui informasi dari BPPTKG, warga juga semakin sering melihat gunung. Yang menjadi acuan warga itu visual. Kalau visual tidak terlihat, selanjutnya alarm,” kata Sarjino saat ditemui di kawasan Deles Indah, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Jumat (6/11/2020).
Baca juga: Waspada, Gelombang Tinggi Diperkirakan Terjadi di Pantai Selatan DIY
Sarjino mengatakan salah satu bentuk kesiapsiagaan warga seperti setiap RT memiliki SOP ketika harus melakukan evakuasi. Warga di masing-masing RT memetakan jalur evakuasi mandiri termasuk mendata kelompok rentan serta angkutan yang mengangkut mereka.
Begitu pula dengan ternak yang sudah didata dan dilakukan pemetaan kendaraan pengangkut. Data itu menjadi acuan ketika harus dilakukan evakuasi terutama kelompok rentan dan ternak dengan mempertimbangkan ketersediaan angkutan.
Proses pendataan itu rutin dilakukan warga di wilayah Sidorejo terutama mereka yang tinggal di daerah teratas atau paling dekat dengan Merapi. Pendataan dilakukan rutin saban 35 hari sekali.
Namun, sejak status Merapi meningkat pada level siaga, Kamis (5/11/2020), intensitas pendataan kian ditingkatkan menjadi saban hari. Pendataan dilakukan melalui sukarelawan di masing-masing RT.
“Kami lakukan setiap hari karena untuk jumlah ternak itu bisa bertambah dan berkurang setiap harinya. Begitu pula dengan kondisi kendaraan setiap hari juga bisa berubah, mana yang kondisinya rusak mana yang baik,” kata Sarjino.
Baca juga: Erupsi Merapi: Monyet Mulai Turun, Barang Berharga Dimasukkan Tas Siap Minggat
Kesiapsiagaan lainnya yang dilakukan warga terhadap ancaman erupsi Gunung Merapi yakni menyimpan aneka surat berharga dalam satu tas. Hal itu dilakukan sejak warga pulang dari tempat pengungsian pasca erupsi Merapi 2010 silam.
Penyimpanan surat berharga dalam satu tas itu dimaksudkan agar mudah dibawa ketika sewaktu-waktu harus melakukan evakuasi. Lagkah kesiapsiagaan lainnya dengan selalu mengarahkan sepeda motor ke sisi jalan atau mengarah sesuai jalur evakuasi ketika parkir.
Hal itu pula yang selalu diingatkan warga lereng Merapi ketika ada warga luar desa yang datang ke kampung mereka. Cara itu dimaksudkan agar memudahkan upaya menyelamatkan diri ketika sewaktu-waktu Merapi bergejolak.
Kaur Keuangan Desa Sidorejo, Susanto, mengatakan hal serupa. Selain menyimpan surat berharga dalam satu tas serta mengarahkan sepeda motor ke sisi jalan, selama ini warga juga sudah terbiasa menempatkan pakaian mereka pada satu tas.
Hal itu juga dimaksudkan untuk mempercepat penyelamatan diri ketika harus dilakukan evakuasi. Hal serupa dilakukan warga yang tinggal di daerah teratas di Desa Tegalmulyo.
Salah satu warga Dukuh Pajegan, Desa Tegalmulyo, Kemalang, Klaten, Martono, 42, menuturkan selain menyimpan surat berharga dalam satu tas, dia juga sudah terbiasa menyimpan pakaian dalam satu tas. Hal itu dia lakukan sejak status Merapi dinyatakan pada level waspada, 21 Mei 2018 silam.
“Ketika keadaan darurat mudah dibawa. Di desa kami juga ada pendataan secara rutin untuk proses evakuasi mandiri,” kata Martono yang tinggal di daerah yang berjarak sekitar 3,7 km dari puncak Merapi.
Kaur Perencanaan Desa Balerante, Kemalang, Klaten, Jainu, mengatakan salah satu bentuk kesiapsiagaan warga di wilayahnya yakni secara rutin melakukan pembaruan data jumlah penduduk, kelompok rentan, kendaraan, hingga ternak.
Hal itu untuk memudahkan proses evakuasi mandiri. Selain itu, masing-masing RT kini sudah memiliki handy talky (HT) yang difungsikan menjadi alat komunikasi dengan sukarelawan. HT memudahkan koordinasi warga antarwilayah.
“Setiap RT sudah ada HT. Jadi kalau ada apa-apa tinggal menginformasikan saja. Untuk evakuasi, pada 2010 itu memang ada sebagian warga yang susah diajak untuk mengungsi. Pasca 2010 itu warga sudah mudah. Seperti saat terjadi beberapa kali erupsi freatik, warga tanpa diinstruksikan sudah melakukan evakuasi mandiri,” jelas Jainu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Heboh Stasiun Gambir Jakarta Pusat Bocor Saat Hujan Deras
- Perayaan Natal Dunia Serukan Perdamaian untuk Palestina dan Ukraina
- Satgas PKH Selamatkan Rp6 Triliun, Prabowo: Jangan Mau Dilobi
- Puncak Arus Nataru, Hampir 1 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek
- 25 Rest Area di Jalur Tol Jateng Siap Layani Arus Nataru
Advertisement
Cek Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Jumat 26 Desember 2025
Advertisement
Menikmati Senja Tenang di Pantai Kerandangan Senggigi Lombok Barat
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Kamis 25 Desember 2025
- Satgas PKH Selamatkan Rp6 Triliun, Prabowo: Jangan Mau Dilobi
- Pertamina Tambah 3,15 Juta Tabung Elpiji 3 Kg di Jateng-DIY
- Pemkot Jogja Imbau Warga Tak Nyalakan Kembang Api Saat Tahun Baru
- Lengkap! Daftar Jalur Trans Jogja Terbaru
- Libur Nataru, Arus Lalu Lintas Tol Cipali Ramai Lancar
- Agenda Akhir Tahun 2025 di Jogja, dari Museum hingga Panggung Musik
Advertisement
Advertisement



