Advertisement
Lonjakan Okupansi Hotel saat Libur Panjang Tak Beri Efek Signifikan ke Pendapatan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Tingkat okupansi hotel yang melonjak tajam di sejumlah daerah destinasi wisata pada libur panjang akhir Oktober 2020 dinilai belum mampu memberikan efek signifikan ke pendapatan.
Menurut Asosiasi Perusahaan Perjalanan Pariwisata (Asita), pemesanan kamar hotel di sejumlah daerah seperti kawasan Puncak Bogor, Bandung, Jogja, dan Pangandaran, yang sebagian besar dilakukan via platform daring, melonjak tinggi hingga mencapai 90-100 persen.
Advertisement
Adapun, tingkat okupansi hotel di daerah-daerah destinasi wisata seperti Bogor, Bandung, Jogja, termasuk Bali, bisa berada di kisaran 40-50 persen atau sekitar 20 persen lebih tinggi dari tingkat penghunian hotel secara nasional pada Agustus 2020 lalu.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan kenaikan tingkat okupansi yang tejadi pada periode libur panjang sejak 28 Oktober - 1 November 2020 hanya mampu menambah daya tahan sektor perhotelan untuk tetap beroperasi.
"Sektor perhotelan menghadapi low season yang benar-benar dalam sejak Maret 2020 dengan tingkat okupansi anjlok hingga single digit. Hal tersebut mengurangi daya tahan dan peningkatan okupansi selama long weekend cukup membantu mereka untuk bertahan ketika memasuki weekdays," ujar Maulana kepada JIBI, Kamis (29/10/2020).
Tidak hanya long weekend, lanjut Maulana, daya tahan pelaku usaha perhotelan juga sudah ditopang oleh tren okupansi di akhir pekan biasa yang mulai bergerak di jalur positif.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penghunian kamar hotel berbintang pada Agustus lalu adalah 32,93 persen, turun 16,24 persen dari Januari 2020.
Namun, lanjut Maulana, kenaikan okupansi hotel pada masa libur panjang ini bersifat sementara dan akan disusul dengan penurunan yang diperkirakan sangat dalam ketika memasuki momen weekdays.
"Kenaikan okupansi hotel pada saat libur panjang bersifat temporary dan akan disusul dengan drop habis-habisan ketika weekdays," jelasnya.
Sementara itu, kata Maulana, untuk kegiatan business tourism yang biasa mengisi gap wisatawan pada masa weekdays mengalami perubahan sejak pandemi melanda dan tidak banyak memberikan kontribusi.
Dia mengatakan kegiatan business tourism tidak memberikan efek yang signifikan bagi sektor perhotelan. Pasalnya, tidak sedikit hotel-hotel yang belum mengaktifkan ballroom sebagai tempat kegiatan tersebut dilaksanakan serta masih dilakukannya efisiensi dengan mengurangi penggunaan listrik.
Selain itu, kenaikan angka okupansi hotel masih ditekan oleh harga rata-rata kamar hotel yang rendah. Maulana mengungkapkan harga rata-rata kamar hotel di daerah-daerah destinasi wisata saat ini 20-30 persen lebih rendah dibandingkan dengan masa normal.
Bahkan, lanjutnya, harga kamar hotel saat ini bisa berada di bawah 50 persen dari harga normal.
"Kenaikan okupansi belum bisa dijabarkan sebagai kenaikan yang nyata, karena average room rate-nya masih rendah. Harga kamar masih rendah. Kalau diperhatikan, harga kamar hotel jauh di bawah harga normal," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
- Aceh Diguncang Gempa Magnitudo 5,1, Begini Penjelasan BMKG
- Begini Alur Kuota Haji 2026 dari Arab Saudi untuk Indonesia, Kata Istana
Advertisement
Advertisement