Advertisement
Khawatir Keamanan, AS Enggan Pakai Vaksin China dan Rusia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Amerika Serikat tidak akan menggunakan vaksin virus corona (Covid-19) asal China dan Rusia karena khawatir dengan keamanan.
Melansir Channel News Asia, Sabtu (1/8/2020), Anthony Stephen Fauci, dokter dan pakar imunologi asal Amerika Serikat, dalam sidang kongres kemarin, mengaku khawatir dengan keamanan vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan oleh China dan Rusia.
Advertisement
"Saya benar-benar berharap orang China dan Rusia benar-benar menguji vaksin sebelum mereka memberikannya kepada siapa pun," ujar Fauci.
Adapun beberapa perusahaan China berada di garis depan dalam perlombaan vaksin global, sementara Rusia mengatakan mereka berharap menjadi yang pertama di dunia dalam memproduksi vaksin untuk publik, dengan target siap dirilis September mendatang. "Klaim memiliki vaksin yang siap didistribusikan sebelum Anda melakukan pengujian, saya pikir bermasalah," imbuhnya.
Bulan lalu, media China mengumumkan vaksin virus corona yang dikembangkan oleh CanSino Biologics digunakan untuk mengimunisasi para militer di negara itu dan menjadikannya sebagai vaksin pertama yang diuji coba pada manusia.
Namun banyak ilmuwan mengangkat masalah etika karena vaksin belum memulai tahap akhir pengujian. "Kami berjalan sangat cepat. Saya tidak percaya bahwa akan ada vaksin sejauh ini di depan kami, bahwa kami harus bergantung pada negara lain untuk mendapatkan vaksin," tambah Fauci.
Saat ini, dua perusahaan China lainnya, Sinovac dan Sinopharm, masing-masing telah meluncurkan uji coba fase tiga di Brasil dan Uni Emirat Arab. China, tempat virus itu berasal, telah mengendalikan wabahnya dan karenanya harus beralih ke negara lain untuk menguji vaksinnya. Uji coba di Brasil dan UEA akan diawasi dengan ketat, mengingat sejarah vaksin dan skandal kesehatan China lainnya.
Pada 2018, lebih dari 200.000 anak diberikan vaksin untuk difteri, tetanus dan batuk rejan (DPT) yang menyebabkan kelumpuhan dalam beberapa kasus.
Rusia, yang pernah menjadi pemimpin vaksin global selama masa Soviet, sedang mengembangkan vaksin Covid-19 di lembaga Gamaleya yang berbasis di Moskow dan kementerian pertahanan, dan yang kedua oleh laboratorium di dekat kota Siberia Novosibirsk.
Rusia tidak merilis data ilmiah yang membuktikan keamanan atau kemanjuran vaksin. Namun demikian, Kirill Dmitriev, kepala dana kekayaan negara Rusia yang membiayai persidangan Gamaleya, mengatakan kepada CNN adalah saat ini menjadi momen Sputnik. Sputnik adalah satelit pertama di dunia yang diluncurkan oleh Rusia pada 1957.
Di sisi lain, tiga vaksin sedang dalam uji coba fase tiga terakhir di negara-negara barat. Satu diproduksi oleh perusahaan biotek AS Moderna dan National Institutes for Health; satu oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca Inggris; dan yang terakhir oleh BioNTech Jerman dengan Pfizer farmasi AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pejabat BPJPH Diduga Lakukan KDRT, Begini Respons Komnas Perempuan
- Korban Hilang Banjir Bali Terus Dipantau Tim SAR
- DPR Soroti Asesmen Awal Program Sekolah Rakyat Kemensos
- Dewan Pers: Wartawan Aman dari Jeratan UU ITE jika Patuh Kode Etik
- Kasus Riza Chalid, Kejagung Kejar Aset hingga Perusahaan Afiliasi
Advertisement

Kepemilikian KTP Pink di Gunungkidul Terus Digeber
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Trump Perpanjang Tenggat Larangan TikTok hingga 16 Desember 2025
- Sekjen GCC Kutuk Serangan Israel ke Gaza
- Tiba di Indonesia, Sapi Impor Australia untuk Dukung MBG
- Fahri Hamzah Siap Patuhi Putusan MK Wamen Dilarang Rangkap Jabatan
- Pemerintah Jamin Pembangunan Perumahan Sosial Tanpa Penggusuran
- 65 Ribu Warga Gaza Meninggal Akibat Serangan Israel
- Prakiraan BMKG, Mayoritas Wilayah Indonesia Diguyur Hujan
Advertisement
Advertisement