Advertisement
Seorang Dokter yang Pernah Mengingatkan soal Ketersediaan APD Meninggal karena Corona

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Petugas medis yang meninggal dunia kembali terjadi. Kali ini di Inggris. Seorang dokter Inggris yang mengingatkan PM Inggris Boris Johnson bahwa petugas kesehatan di garis depan tidak memiliki cukup alat perlindungan pribadi (PPE) dilaporkan meninggal dunia akibat Covid-19.
Dokter bernama Abdul Mabud Chowdhury itu merupakan seorang konsultan berusia 53 tahun di departemen urologi di rumah sakit Queen Elizabeth di Romford. Dia bekerja untuk Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Ingvgvris selama lebih dari 20 tahun setelah bermigrasi dari Bangladesh.
Advertisement
Dia meninggal pada hari Rabu waktu setempat setelah menghabiskan 15 hari perawatan di rumah sakit.
Dalam sebuah posting Facebook pada 18 Maret yang secara langsung berbicara dengan Johnson, Chowdhury mendesak perdana menteri untuk memberikan APD untuk "setiap petugas kesehatan NHS di Inggris" setelahm dia menyerukan agar diakukan pengujian jalur cepat untuk staf medis.
“Dokter, perawat dan pekerja lain yang berhubungan langsung dengan pasien berusaha untuk membantu, tetapi kami juga manusia [dengan] hak asasi manusia seperti orang lain [mencoba] untuk hidup menghadapi pasien dan jauh dari keluarga dan anak-anak kami," ujarnya seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (10/4/2020).
Dia menghargai dukungan moral yang diberikan kepada pekerja NHS dengan mengatakan kita harus melindungi diri kita sendiri dan keluarga dan anak-anak kita dalam krisis bencana global ini dengan menggunakan APD dan obat yang tepat.
"Saya berharap kita berhak mendapatkan dukungan minimal ini untuk praktik medis kita yang aman," ujarnya.
Adnan Pavel, teman Chowdhury, menggambarkan dia sebagai mentor "antusias" dan dermawan tanpa pamrih untuk orang-orang rentan.
"Dia adalah pria yang baik. Dia selalu bersemangat membantu semua orang. Dia adalah pria yang menghargai kehidupan," kata Pavel pada Al Jazeera.
Sementara itu, PM Boris Johnson telah dipindahkan dari perawatan intensif, menurut Downing Street seperti dikutip dari TheGurdian.com. Johnson terserang wabah Covid-19 dan sempat beberapa kali menjalani pemeriksaan sebelum dirawat.
Seorang juru bicara mengatakan: "Perdana menteri telah dipindahkan malam ini dari perawatan intensif kembali ke bangsal, di mana dia akan menerima pemantauan ketat selama fase awal pemulihannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Al Jazeera
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Top Ten News Harianjogja.com, Jumat 11 Juli 2025: Dari Polda Jateng Grebek Pabrik Pupuk Palsu sampai Penemuan Mayat Pegawai Kemendagri
Advertisement

Ruas JJLS Baron Ambles, Pengguna Jalan Diminta Berhati-Hati
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement