Advertisement
Intelijen AS Tuduh China Palsukan Jumlah Kasus dan Korban Jiwa Corona

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Sejumlah pejabat AS menyebut China telah menyembunyikan tingkat penyebaran virus Corona (Covid-19) di negaranya, dengan melaporkan jumlah kasus dan kematian lebih kecil dari yang sebenarnya.
Mengutip laporan rahasia intelijen Amerika Serikat kepada Gedung Putih, sejumlah pejabat AS mengatakan laporan publik oleh pemerintah China mengenai jumlah kasus dan kematian akibat corona di negara itu secara sengaja dipaparkan tak lengkap.
Advertisement
Dua dari pejabat AS yang meminta untuk tidak diidentifikasi tersebut mengatakan laporan intelijen itu menyimpulkan bahwa angka-angka yang dilaporkan oleh China palsu. Namun, mereka menolak untuk memerinci isinya.
“Laporan itu diterima oleh Gedung Putih pekan lalu,” ujar salah seorang di antaranya, seperti dilansir Bloomberg.
Wabah virus corona bermula di provinsi Hubei China pada akhir 2019, tetapi Negeri Tirai Bambu sejauh ini hanya melaporkan sekitar 82.000 kasus dan 3.300 korban jiwa akibat corona, menurut data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University.
Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan dengan sekitar 189.000 kasus dan lebih dari 4.000 korban jiwa di Amerika Serikat, yang mengukuhkan AS sebagai negara paling terdampak virus mematikan ini di antara negara-negara lainnya di dunia.
Hingga berita ini diturunkan, baik staf komunikasi di Gedung Putih maupun di kedutaan besar China di Washington belum memberikan komentar apa pun terkait kabar tersebut.
Kepada CNN, pada Rabu (1/4/2020), Wakil Presiden Mike Pence menyatakan bahwa respons terhadap wabah virus Corona bisa lebih baik jika China lebih terbuka.
Meski China akhirnya memberlakukan lockdown yang ketat, ada skeptisisme yang cukup besar terhadap angka-angka yang dilaporkan baik di luar maupun di dalam negeri.
Pemerintah China telah berulang kali merevisi metodologinya untuk menghitung jumlah kasus dan selama berminggu-minggu mengecualikan pasien tanpa gejala. Pada Selasa (31/3/2020), negara ini akhirnya menambahkan lebih dari 1.500 kasus tanpa gejala ke dalam jumlah total kasusnya.
Tumpukan ribuan guci di luar rumah duka di provinsi Hubei juga telah mendorong keraguan publik dalam pelaporan pemerintah China.
Para anggota Republik di Kongres AS, terutama, telah bersikap keras tentang peran China dalam wabah ini. Meningkatkan peran Beijing dalam pandemi ini dapat secara politis bermanfaat bagi Presiden Donald Trump.
“Klaim bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak kematian karena virus corona ketimbang China adalah salah,” tutur Senator Ben Sasse, seorang anggota Republik dari Nebraska, dalam sebuah pernyataan setelah Bloomberg News menerbitkan laporannya.
"Tanpa mengomentari informasi rahasia apa pun, ini jelas sangat menyakitkan. Partai Komunis China telah berbohong, berbohong, dan akan terus berbohong tentang virus corona untuk melindungi rezim,” sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com/Bloomberg
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Tekan Risiko Kematin, Nelayan Diminta Pake Jaket Pelampung Saat Melaut
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
- Bali Kembali Banjir, Kini Sampai ke Canggu
- Hari Ini Ada Demo, Polisi Kerahkan 4.562 Personel Amankan Jakarta
Advertisement
Advertisement