Ini Penjelasan BMKG Tentang Hujan yang "Hilang" dari Jogja
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--BMKG Staklim Mlati Yogyakarta memperkirakan cuaca di DIY sementara ini sampai dengan dasarian ke-2 November masih cerah berawan.
Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa mengatakan hasil tersebut akan terus diperbarui oleh BMKG.
Advertisement
"Faktor cuaca cerah karena monsun Australia saat ini menguat kembali sehingga udara di DIY masih kering dan kelembabannya rendah," ujar Sigit, Sabtu (9/10/2019).
Fenomena tersebut, lanjut Sigit, juga dipengaruhi kondisi suhu muka laut di Samudera Hindia yang masih dingin yaitu di bawah 28 °C.
Adapun, hujan yang terjadi beberapa waktu yang lalu itu karena pengaruh Madden-Julian Oscilation (MJO). "Saat ini MJO sudah bergeser ke kuadran 5 berada di Samudera Pasifik sehingga pengaruhnya terhadap hujan di Jawa tidak ada lagi," tuturnya.
Saat ini DIY memasuki pancaroba. Saat pancaroba potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang meningkat. "Saat ini tidak ada. Tapi jika nanti hujan lebat maka potensi angin kencang ada," tambah Sigit.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau waspada terhadap hujan lebat yang dapat menyebabkan genangan air dan tanah longsor dengan membersihkan saluran air dan mengecek ada tidaknya keretakan tanah di perbukitan setelah terjadi kemarau panjang.
Waspada angin kencang yang dapat mengakibatkan pohon tumbang atau baliho roboh dengan memangkas dahan pohon yang terlalu rimbun. Kemudian, waspada sambaran petir dengan tidak mengaktifkan handphone saat cuaca buruk dan berteduh di bawah pohon.
"Untuk cuaca terik atau panas yang dapat menyebabkan dehidrasi agar mengantisipasinya dengan mengenakan pelindung tubuh yang nyaman atau menyerap keringat dan membawa air minum cukup bagi yang beraktivitas di luar rumah," tutupnya.
Sebelumnya, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Yogyakarta Etik Setyaningrum mengatakan awal musim hujan 2019/2020 yang mengguyur wilayah DIY diperkirakan terjadi pada November hingga akhir November. "Diawali dari wilayah DIY bagian utara kemudian bagian tengah dan yang terakhir Gunungkidul bagian selatan," ujar Etik.
Etik menambahkan, jika dibandingkan dengan kondisi normalnya, maka awal musim hujan tahun ini mengalami kemunduran 10-20 hari. Puncak musim hujan diprediksi terjadi di bulan Januari sampai dengan Februari 2020.
Suatu wilayah dikatakan sudah masuk musim hujan bila curah hujan (CH) dalam 10 hari sama atau lebih besar 50 mm diikuti 2 dasarian berikutnya secara berturut turut. "Jadi nanti perlu diliat dulu hujan dalam 10-20 hari mendatang," jelasnya.
Hujan yang baru terjadi dalam 1 hingga 2 hari ini perlu diliat konsistensi dan kontinuitas hujannya beberapa dasarian ke depan. "BMKG DIY memprediksikan awal musim hujan berlangsung hingga akhir november," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Walhi Minta Kasus Polisi Tembak Polisi di Solok Jadi Momentum Berantas Penjahat Lingkungan
- KPK Sebut OTT di Bengkulu Terkait Pungutan Pendanaan Pilkada
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Mendes Yandri Akan Lakukan Digitalisasi Pengawasan Dana Desa
- Prediksi BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Diguyur Hujan
- KPK Periksa Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
- Ruang Kelas Ambruk Saat Pembelajaran, 2 Siswa Terluka
- Erdogan Desak Negara Dunia Terapkan Putusan Penangkapan Netanyahu
- Puncak Musim Hujan Diprediksi Terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025
Advertisement
Advertisement