Advertisement

Perpisahan dengan Wapres JK

Feni Freycinetia Fitriani
Sabtu, 19 Oktober 2019 - 14:17 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Perpisahan dengan Wapres JK Jusuf Kalla dan Mufida Kalla berfoto bersama dengan staf Sekretariat Wakil Presiden RI dalam acara perpisahan JK sebagai Wakil Presiden RI 2014-2019, di Jakarta, Jumat (18/10/2019). - Setwapres RI

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Ada yang berbeda dengan Istana Wakil Presiden RI yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2019) sore.

Puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang biasanya berada di dalam ruangan masing-masing kini berkumpul di halaman depan. Sebagian besar memakai batik aneka motif, tetapi ada pula yang merapikan seragam kerja.

Advertisement

Mereka berkumpul untuk merayakan sebuah momentum penting, yaitu berfoto dengan Jusuf Kalla dan Mufidah Jusuf Kalla, sebelum secara resmi purnatugas.

Protokol menata beberapa kursi kayu yang berasal dari ruang tamu di depan pendopo. Teduhnya matahari sore, desiran semilir angin, dan gelak tawa dari para staf Kantor Sekretariat Wapres RI menciptakan nuansa kekeluargaan, seperti di rumah Opa-Oma.

Pada hari spesial tersebut, JK memakai kemeja bermotif berwarna biru. Sementara itu, Mufida tampil cantik dan sederhana berbalut kebaya cokelat susu dan bawahan kain batik berona senada. 

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berjabat tangan dalam acara perpisahan Kabinet Kerja 2014-2019 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (18/10/2019)./Setwapres RI

Didampingi Kepala Kantor Sekretariat Wapres RI Muhammad Oemar, keduanya duduk manis di dua bangku tengah. Karyawan yang datang dari berbagai divisi, mulai dari humas hingga Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), antre menunggu giliran untuk berfoto.

Meski akan berpisah, raut bahagia terpancar dari wajah semua orang yang ada di pendopo istana.

"Satu.. dua.. tiga. Pak JK senyum," kata salah satu fotografer saat menginstruksikan saat sesi pemotretan terakhir di pendopo Istana Wapres RI, Jumat (18/10/2019).

Robby J. Prihana merupakan salah satu karyawan yang hadir sore itu. Pria yang menjabat Kepala Bagian Penerbitan Media Massa dan Notulen Biro Protokol Setwapres RI tersebut mengaku telah melayani JK selama 10 tahun atau 2 periode pemerintahan.

Meski bertambah usia, dia menilai figur JK tidak berubah dari sosok JK selama dua periode menjabat sebagai Wapres RI, yaitu 2004-2009 dan 2014-2019.

Menurut Robby, JK selalu berpikir di luar kebiasaan orang lain. Dia menceritakan satu kejadian unik kala JK baru mulai bekerja setelah memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 bersama Joko Widodo.

Saat awal pemerintahan Kabinet Kerja, JK meminta protokol menyiapkan lima mesin penanak nasi (rice cooker) dan lima jenis beras ke dalam ruang rapat.

Dia lantas meminta agar Robby segera memasak masing-masing beras di rice cooker berbeda. Setelah itu, JK mencicipi nasi yang sudah matang dan memberikan komentar.

"Ternyata Pak JK sedang membandingkan jenis beras mana yang paling ideal untuk dimakan oleh orang Indonesia. Idenya sederhana, tetapi out of the box," ucap Robby.

Dia juga mengenal sosok JK yang tak kenal lelah dalam bekerja, khususnya saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004-2009. Saat itu, agenda kerja bisa lebih dari 10 titik per hari karena banyaknya kolega JK yang berasal dari berbagai kalangan. 

Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla berbicara di Sidang Umum PBB ke-73 di New York, AS, Kamis (27/9/2018)./Reuters 

Robby menuturkan jumlah agenda memang berkurang sejak periode 2014-2019. Meski demikian, Kalla tidak pernah menolak untuk menghadiri acara atau rapat selama jadwal tidak bentrok. 

Dia mengaku banyak pelajaran yang didapat selama 10 tahun masa jabatan. JK disebutnya sebagai merupakan sosok politikus sekaligus birokrat terbaik.

"Saya tidak hanya belajar tentang organisasi, birokrasi, atau kedinasan. Lebih dari itu, Pak JK banyak memberi pelajaran soal kehidupan, bisnis, dan keluarga. Beliau merupakan sosok yang mengutamakan keluarga," jelas Robby.

Hal yang sama dirasakan Asep Hendradiana, yang ditunjuk sebagai dokter pribadi Wapres sejak 20 Oktober 2014. Selama lima tahun, Asep yang berasal dari Polri mengaku banyak belajar tentang kehidupan yang diambil dari sosok JK.

Di matanya, Wapres JK merupakan pribadi yang disiplin dan sangat mementingkan kesehatan. Hal itu juga yang membuat JK tetap sehat meskipun usianya sudah cukup tua untuk menjalani aktivitas sebagai pemimpin negara.

"Setelah mengamati, ternyata Bapak sudah menerapkan pola hidup sehat sejak lama. Di usia 77 tahun, [beliau] masih tetap bugar. Ilmu kedokteran tidak bisa memberikan manfaat yang signifikan apabila tidak dilaksanakan dengan komitmen yang baik," tutur Asep.

Tradisi Purnatugas
Pada hari kerja terakhir, Kepolisian Republik Indonesia menggelar tradisi purnatugas untuk menghormati Wapres JK. Didampingi Kapolri Tito Karnavian, Kalla disambut dengan prosesi Pedang Pora alias hormat senjata.

Dalam sambutannya, Tito memaparkan jasa-jasa JK bagi Indonesia dan memuji sosok JK sebagai salah satu negarawan sekaligus politikus yang dimiliki NKRI. Pasalnya, JK terlibat sebagai mediator dalam berbagai konflik di Indonesia, yaitu di Aceh, Poso, dan Ambon. 

"Beliau mediator dalam berbagai konflik," ujarnya di Auditorium Mutiara, PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019). 
 
Kalla juga dipandang sebagai sosok yang komplit. Pemilik Kalla Group tersebut bukan sekadar pengusaha sukses, tetapi sudah menjadi salah satu konglomerat di Indonesia. 
 
Selain itu, Tito menilai JK adalah politikus yang sangat andal. Seperti diketahui, selama hidupnya JK hanya loyal kepada Partai Golkar. 

JK menjabat sebagai Ketua Umum Ke-8 Partai Golkar, tepatnya periode 2004-2009. Meski berstatus politikus, Kalla sangat mengedepankan profesionalitas saat bekerja. 
 
Tak heran, dia dipercaya memegang berbagai jabatan strategis, misalnya Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2001–2004), Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia (1999–2000), Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), hingga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI).
 
Hal tersebut dinilai membawa JK dapat diterima semua kalangan. 

"Yang fenomenal, satu-satunya wakil presiden yang menjabat dua kali. Jadi di mana saja diterima. NU [jadi] kader, di Muhammadiyah beliau tokoh. Termasuk di kalangan garis keras, bisa diterima juga. Meskipun tidak harus satu pendapat," sambung Tito.

Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla dalam penutupan hari teknologi nasional (Hakteknas) yang dihadiri oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir, Gubernur Bali Wayan Koster serta ratusan undangan  di Denpasar, Bali, Rabu (28/8/2019)./Bisnis-Sutan Anshori

JK merasa bersyukur karena mendapatkan apresiasi dari Kapolri Tito Karnavian. Menurutnya, semua pihak memiliki tujuan sama, yaitu memajukan Indonesia. 

JK mengaku mengenal banyak petugas kepolisian yang bekerja dengan sangat baik di lapangan. Apalagi, dia acap kali turun ke daerah-daerah untuk memantau langsung dan menyelesaikan gelojak yang ada di masyarakat.

Seperti yang digambarkan Kapolri, JK mengatakan sangat sulit menangani konflik di lapangan. Tanpa adanya TNI dan Polri, keamanan bangsa ini tidak bisa dicapai. 

"Karena itu, saya berterima kasih kepada jajaran Kepolisian RI yang telah menjaga dan melayani masyarakat secara baik di negara ini," ucapnya.

Fokus Keluarga
Setelah 10 tahun menjadi Wapres RI, Kalla mengaku ingin menikmati masa pensiun bersama istri, anak, dan cucu. Meski selalu sibuk dengan kegiatan kenegaraan, dia memang dikenal sebagai politikus yang sangat dekat dengan keluarga. 

"Setelah ini, saya ingin istirahat dulu, 1-2 bulan. Mau ke mana dulu, mau jalan-jalan [bersama keluarga]," ungkapnya, Selasa (15/10/2019).

JK dan Mufida dikaruniai empat anak dan 15 cucu. Putra-putri mereka sudah memegang dan mengoperasikan seluruh lini bisnis yang dimiliki oleh Kalla Group.

JK mengaku telah melepas posisinya di perusahaan sejak menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada 1999.

Walaupun sudah pensiun sebagai birokrat, dia tetap siap menerima undangan sebagai pembicara, khususnya di bidang bidang sosial, keagamaan, dan pendidikan. Status JK sebagai Ketua PMI dan DMI tidak akan lekang kendati dirinya sudah tidak aktif sebagai Wapres RI.

Mengabdi sebagai Wapres untuk dua periode dan presiden yang berbeda tidak mudah. JK menuturkan hampir semua media bertanya soal perbedaan sikap saat bekerja dengan Presiden SBY dan Presiden Jokowi. 
 
Menurut JK, semua pemimpin memiliki gaya yang berbeda. 

"Kalau zaman Pak SBY, relatif kita ada penekanan tugas masing-masing. Saya tidak bilang pembagian karena tugas Presiden tidak bisa dibagi. Apa yang harus saya lakukan, apa yang Pak SBY lakukan. Saya lebih fokus menyelesaikan masalah ekonomi zaman itu. Kalau sekarang sifatnya kolegial. Pak Jokowi itu tidak mau bertindak sendiri. Semuanya itu berdasarkan studi dan rapatnya banyak sekali," paparnya saat wawancara khusus dengan tim Bisnis, beberapa waktu lalu. 

Banyaknya kesuksesan yang diraih membuat banyak orang bertanya-tanya apa resep rahasia JK selama ini? Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 tersebut menjawab kunci utama adalah bersikap ikhlas dalam setiap langkah. 

Jusuf Kalla dan Mufida Kalla berfoto bersama dengan staf Sekretariat Wakil Presiden RI dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dalam acara perpisahan JK sebagai Wakil Presiden RI 2014-2019, di Jakarta, Jumat (18/10/2019)./Setwapres RI

 Jika ingin sukses, pejabat jangan mencoba mengambil keuntungan pribadi. Selain itu, harus ada keberanian untuk berbuat secara jujur.

JK juga mengingatkan agar siapapun yang ingin terjun ke pemerintahan tidak boleh ragu-ragu. Dia menyinggung saat dirinya diminta menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan oleh Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid.

"Waktu itu, saya sudah 35 tahun di bisnis. Susah juga seorang pengusaha jadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian, saya katakanlah mampu. Saya terima itu dan setelah itu memang aturan demikian. Saya lepaskan semua dan serahkan ke adik saya, baru ke anak saya. Tidak boleh setengah-setengah. Termasuk [meninggalkan] seluruh posisi formal di perusahaan," ucap JK.

***

Setelah puas berfoto dengan karyawan, tiba lah waktu untuk berpisah. Mobil sedan Camry warna hitam berpelat nomor R1 2 langsung mendekat ke arah pendopo. 
 
Setelah masuk ke dalam mobil, JK-Mufida lantas membuka kaca sambil melambaikan tangan ke arah karyawan. Deretan staf Setwapres RI berdiri di pinggir pintu pagar. 
 
Mereka membalas lambaian tangan kedua orang di dalam mobil sambil berteriak lantang: Terima kasih, Pak JK!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Cek Jadwal dan Lokasi Bus SIM Keliling Bantul Sabtu 27 April 2024

Bantul
| Sabtu, 27 April 2024, 06:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement