Advertisement

Jelang Balapan Formula 1, Kualitas Udara di Singapura Memburuk

Renat Sofie Andriani
Rabu, 18 September 2019 - 16:57 WIB
Sunartono
Jelang Balapan Formula 1, Kualitas Udara di Singapura Memburuk Blok apartemen perumahan umum diselimuti oleh kabut asap di Singapura 13 September 2019. - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTAMenjelang digelarnya balapan Formula 1 akhir pekan ini, kualitas udara di Singapura dilaporkan menyentuh level tidak sehat.

Indeks standar polutan naik ke level 107 pada Rabu pagi (18/9/2019) waktu setempat, level yang dianggap tidak sehat oleh Badan Lingkungan Nasional (National Environment Agency/NEA) Singapura.

Advertisement

NEA menyarankan para warga untuk mengurangi aktivitas fisik yang berat dan berkepanjangan di luar ruangan. Siapapun yang menderita penyakit paru-paru atau jantung kronis bahkan harus menghindari kegiatan-kegiatan seperti itu.

Lapisan tebal asap dan abu akibat pembakaran ilegal untuk membuka lahan perkebunan di wilayah Indonesia telah menyelimuti sebagian kawasan Asia Tenggara dalam dua pekan terakhir.

Kabut asap terus menyebabkan gangguan lalu lintas udara. Total 67 penerbangan dari tiga bandara di Samarinda, Sampit, dan Berau di Kalimantan dibatalkan pada Rabu (18/9/2019) karena berkurangnya jarak pandang, menurut AirNav.

Tak hanya menyebabkan gangguan lalu lintas udara, kondisi ini memunculkan laporan ribuan kasus penyakit pernapasan akut.

Menurut data polusi IQAir AirVisual, kota Kuala Lumpur dan Kuching di Malaysia, Singapura, dan Jakarta memiliki kualitas udara terburuk di antara kota-kota besar di dunia.

Pada Selasa (17/9), negara bagian Malaysia, Selangor, dekat Kuala Lumpur, menutup 145 sekolahnya, ketika polusi udara mencapai kisaran level "tidak sehat" dan "sangat tidak sehat", menurut sebuah pernyataan dari departemen pendidikan Malaysia.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan otoritas untuk menindak tegas individu ataupun perusahaan yang bertanggung jawab atas terciptanya hotspot (titik api).

Jumlah titik api di Indonesia turun menjadi 2.719 pada hari ini, Rabu (18/9) dari 2.984 pada Selasa (17/9). Terdapat 1.425 titik api di Sumatra dan 732 titik api di Kalimantan.

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan kebakaran hutan telah mempengaruhi 328.724 hektar hutan dan lahan pertanian tahun ini.

Presiden Jokowi juga mengarahkan BNPB untuk memperluas cakupan hujan buatan, meskipun pihak otoritas telah mengerahkan 5.600 tentara dan petugas pemadam kebakaran tambahan.

Musim hujan di daerah yang paling parah terkena dampak asap diperkirakan tidak akan terjadi hingga pertengahan Oktober. Jadi, satu-satunya solusi jangka panjang untuk memadamkan kebakaran hutan adalah melalui hujan buatan, menurut BNPB pada Selasa (17/9).

Namun, mengingat partikel asap mencegah pembentukan awan, badan ini berencana untuk menaburkan sekitar 40 metrik ton kalsium oksida untuk memecah partikel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Jadwal Pemadaman Listrik Sabtu 20 April 2024: Giliran Sleman dan Kota Jogja, Cek Lokasinya!

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement