Advertisement
Ikan Mati di Pantai, Warga Pesisir Ambon Khawatir Tsunami

Advertisement
Harianjogja.com, AMBON--Warga pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Provinsi Maluku, khawatir tsunami datang setelah melihat ribuan ikan mati dan terdampar di pantai sejak Sabtu (14/9/2019).
Warga Desa Leahari di Kecamatan Leitimur Selatan Ny. Vin Maitimu pada Senin mengatakan bahwa sejak Sabtu (14/9/2019) malam warga bersiap menyelamatkan barang berharga dan dokumen penting.
Advertisement
"Senantiasa ikhtiar, bahkan saat malam hari senantiasa berjaga-jaga sehingga terganggu waktu tidur karena mengkhawatirkan kemungkinan tsunami melanda secara tiba-tiba," katanya.
Apalagi, ia mengatakan, belum ada penjelasan resmi dari Penjabat Kepala Desa Leahari Jhon Sitanala dan organisasi perangkat daerah terkait di Pemerintah Kota Ambon dan lembaga penelitian resmi mengenai ribuan ikan yang mati di pantainya.
"Saya konfirmasi ke Penjabat Kepala Desa diberitahu bahwa staf Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Ambon bersama Balai Karantina Ikan Ambon dan UPTD terkait telah mengambil sampel ikan yang mati untuk diteliti," kata Vin.
Camat Leitimur Selatan Ricky D. Sopacua sedang mengkoordinaskan penyelaman untuk di pantai Desa Hukurila diagendkan hingga pantai Desa Hutumuri untuk mencari tahu Zisa mengungkapkan kematian ribuan ikan dasar karena masyarakat belajar dari pengalaman bencana gempa dan tsunami di Aceh pada 2004," tandas Vin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Steven Patty mengatakan bahwa dinas bersama Balai Karantina Ikan Ambon dan Unit Pelaksana Teknis Daerah masih meneliti penyebab kematian ribuan ikan di pantai Desa Leahari dan Rutong. Tim sudah mengambil sampel ikan dan air untuk di analisis.
"Dugaan sementara karena ledakan getaran yang kuat, sehingga ikan-ikan mati dengan kondisi tulang retak, dan mata copot. Analisa sementara dilakukan Balai Karantina hasilnya akan disampaikan beberapa waktu ke depan," ujar Steven.
"Masyarakat yang kami temui menyatakan mereka mengonsumsi ikan tetapi tidak keracunan, sehingga kami masih terus melakukan analisa kematian ikan ini," ia menambahkan.
"Jika aktivitas gempa dangkal itu mampu didorong oleh energi magma, itu mungkin baru akan keluar. Tetapi ketika masih kondisi seperti ini, ya berhenti pada dasar permukaan kawah," katanya.
Sementara untuk gempa embusan, kata dia, terjadi akibat pelepasan gas yang ada di dasar permukaan kawah dan ketika mampu didorong oleh energi magma, kemungkinan akan terjadi letusan freatik.
Ia mengatakan hingga saat ini, deformasi atau perubahan bentuk pada Gunung Slamet juga masih terjadi. "Deformasi masih terjadi, penggelembungannya masih tampak," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya hingga saat ini masih merekomendasikan agar masyarakat atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tersangka Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin EDC Indra Utoyo Dipanggil KPK
- Menkop Nyatakan Satu Kopdes Merah Putih Bisa Gerakkan 15 Orang
- Ini Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan agar Dapat Diskon Iuran 50 Persen
- Cak Imin Ingin Rp200 Triliun Bisa Dinikmati UMKM
- Aturan dan Petunjuk Teknis Pelantikan PPPK Paruh Waktu
Advertisement
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 600 Ribu Rekening Bermasalah Bisa Dapat Bansos, Ini Syaratnya
- Menteri Koperasi Minta Tambahan Anggaran untuk Kopdes Merah Putih
- Kemenag dan Kemenkes Perkuat Program Pesantren Sehat
- Malaysia Serukan Negara Dunia Akhiri Hubungan dengan Israel
- 100 Ribu WNI di AS Belum Lapor ke Kedutaan
- Mahmoud Abbas Desak Internasional Bertanggungjawab Atas Kejahatan Israel
- Merespons Ancaman Tarif Trump, China: Ini Pemaksaan Ekonomi
Advertisement
Advertisement