Advertisement
Kesaksian dari Mekkah, Bayangan Kakbah Hilang Sesaat Jelang Waktu Salat Dzuhur

Advertisement
Harianjogja.com, MEKKAH - Jemaah haji yang tengah berada di Kakbah bisa membayangan Kakbah hilang sesaat menjelang salat dzuhur di Masjidil Haram, Kota Mekkah, Senin (15/7/2019).
Hilangnya Kakbah ini menjadi menjadi bukti terjadinya fenomena astronomi matahari berada persis di atas Kakbah.
Advertisement
Berdasarkan pantauan di Masjidil Haram, Mekkah, Senin, beberapa menit bayangan jamaah yang menunggu shalat dzuhur di pelataran Kakbah tegak lurus, dan tidak tampak akibat fenomena tersebut.
BMKG sebelumnya merilis bahwa pada 15 dan 16 Juli merupakan saat matahari tepat di atas Kakbah yakni pada pukul 12.26 waktu Arab Saudi atau 16.26 WIB.
BACA JUGA
Melalui fenomena itu, bayangan Kakbah tidak muncul karena matahari yang tegak lurus tersebut.
Sayangnya, membuktikan hilangnya bayangan Kakbah langsung di tempatnya tidak semudah yang dibayangkan. Sebab saat-saat itu, jamaah melakukan tawaf tanpa henti seperti biasanya, sehingga sulit untuk memantau langsung bayangan Kakbah. Apalagi putaran manusia yang sedang menjalankan tawaf cukup padat.
Cara untuk membuktikan adalah menaruh objek benda seperti botol minum, tidak jauh dari Kakbah. Maka saat matahari persis di atas Kakbah, botol tadi tidak memiliki bayangan.
Fenomena matahari Kakbah persis di atas Kakbah selain langka, juga bisa dijadikan acuan memperbaiki posisi arah kiblat. Termasuk arah kiblat masjid dan mushala di Indonesia.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kemenag Agus Salim menjelaskan fenomena matahari melintas persis di atas Kakbah juga terjadi dua hari. "Saat itu, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka'bah," katanya.
Agus mengatakan peristiwa semacam ini dikenal juga dengan nama Istiwa A'dham atau Rashdul Qiblah yaitu waktu matahari di atas Ka'bah di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.
Momentum ini, kata Agus, dapat digunakan bagi umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblatnya. Caranya dengan menyesuaikan arah kiblat ke arah bayang-bayang benda pada saat Rashdul Qiblah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengecekan arah kiblat yakni pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan bandul. Kedua permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata. Dan yang ketiga jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom.
Saat terjadi fenomena tersebut cuaca di Masjidil Haram tidak seterik biasanya. Saat itu terpantau suhunya di 41 derajat Celcius.
Catatan suhu yang lumayan terik terjadi Jumat (12/7). Siang hari setelah shalat Jumat, cuaca hampir mencapai 50 derajat Celcius.
Di Masjidil Haram, terpantau sudah mulai banyak jamaah asal Indonesia yang menunaikan ibadah. Namun ada sebagian jamaah yang memilih istirahat di hotel karena selain cuaca panas mereka baru saja tiba dari Madinah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aksi Antipemerintah di Peru Tewaskan Satu Orang dan 102 Luka-luka
- Polisi Bongkar Jaringan Narkoba Internasional, Sita 17,6 Kg Sabu-Sabu
- Alexander Ramlie, Miliarder Termuda Indonesia dengan Kekayaan Rp39 T
- Kasus Trans 7, Polda Metro Jaya Dalami Dugaan Pelanggaran ITE
- BPBD Sarmi Pantau Dampak Gempa Magnitudo 6,6 di Papua
Advertisement

Jokowi Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke-74 untuk Presiden Prabowo
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Marco Bezzecchi Dihukum Double Long Lap Akibat Tabrak Marc Marquez
- Atap Kios Pasar Semin Ambruk dan 30 Rumah di Gunungkidul Rusak
- 13,1 juta Penumpang Bersubsidi Sudah Dilayani Oleh PT KAI
- Bikin Aktivitas Masak Aman dan Nyaman, Ini Tiga Keuntungan Garansi Tuk
- Siswa SD Wonosari Tenggelam di Sungai Kamal Saat Kegiatan Pramuka
- Prediksi Persita vs PSIM Jogja: Pertarungan Dua Kuda Hitam
- Suryatmajan Dorong Warga Olah Sampah Mandiri lewat Program Mas Jos
Advertisement
Advertisement