Advertisement
Peserta Pemilu Diminta Taat Hukum
Kotak suara Pemilihan Umum 2019 - JIBI/bisnis.com/Andhika
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Gerakan Pemilu Damai dan Konstitusional menyerukan agar semua pihak yang terlibat dalam Pemilu 2019 mematuhi hukum dan menolak politik adu domba.
Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia, salah satu organ gerakan itu mengatakan Pemilu memiliki mekanisme penegakan hukum dan penyelesaian sengketa hasil perhitungan sesuai Undang-Undang (UU) No. 7/2017 tentang Pemilihan Umum.
Advertisement
Oleh karena itu, gerakan menyerukan agar para peserta pemilihan beserta tim pemenangannya untuk merujuk kepada hasil Pemilu yang ditetapkan oleh KPU sebagai dasar dalam menentukan sikap. Peserta pemilihan juga mesti menghargai mekanisme hukum. Jika menemukan dugaan pelanggaran, bisa mengadukan ke Bawaslu atau ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
“Apabila berkeberatan terhadap hasil pemilu, dapat menempuh jalur sengketa PHPU ke MK dengan mengajukan bukti-bukti dugaan pelanggaran yang selama ini terwacanakan,” ujarnya, Minggu (19/5/2019).
Masyarakat luas juga diimbau agar menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi, menghargai konstitusi, menciptakan suasana kondusif menjelang dan setelah penetapan hasil Pemilu, dengan tidak melakukan provokasi, ancaman kekerasan dan seruan yang mengarah pada tindakan-tindakan yang inkonstitusional.
KPU juga didesak agar menyelesaikan proses rekapitulasi nasional sesuai jadwal 22 Mei 2019 dengan mengedepankan prinsip taat aturan, independensi transparansi proses dan hasil serta akurasi data hasil rekapitulasi. Lembaga penyelenggara ini juga diminta memperbaiki mekanisme validasi input data pada sistem informasi penghitungan suara, agar data yang terpublikasimelalui sistem, memiliki validitas dengan tingkat akurasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
“Kami juga meminta Bawaslu agar mengoptimalkan pengawasan pada tahapan rekapitulasi nasional, mengedepankan prinsip taat hukum, independen dan spirit penegakan hukum Pemilu dalam memproses dugaan pelanggaran Pemilu,” ujarnya.
Delia Widianti dari Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia menambahkan bahwa masyarakat mesti mengawal bersama proses tahapan Pemilu, mengedepankan sikap hati-hati dalam menerima informasi, tidak mudah terprovokasi oleh politik adu domba, tidak tidak terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan dan langkah-langhah inkonstitusional.
Dia juga menjelaskan bahwa seruan dari gerakan ini dilontarkan untuk menyikapi beberapa kejadian terkait Pemilu seperti merebaknya wacana kekerasan yang dilontarkan oleh penggagas, pelaksana dan peserta aksi unjuk rasa di KPU dan Bawaslu, yang mengarah kepada ekstremisme dan radikalisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Rumah Tua di Kawasan Pecinan Semarang Kubur 5 Panghuninya, 1 Orang MD
- Wabah Flu Burung Jerman Berpotensi Menyebar ke Negara Tetangga Eropa
- Diguyur Hujan Deras, Semarang Kembali Banjir
- Tokoh hingga Sultan dari Berbagai Daerah Mendeklarasikan FKN
- Ketum Muhammadiyah Berharap Generasi Muda Mewarisi Nilai Sumpah Pemuda
Advertisement
Jadwal KRL Solo Jogja Terbaru Hari Ini, Kamis 30 Oktober 2025
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Tomas Trucha Resmi Jadi Pelatih Baru PSM Makassar
- Jadwal KA Prameks, Rabu 29 Oktober 2025
- Grokipedia v0.1, Ensiklopedia AI xAI Milik Elon Musk Tantang Wikipedia
- Jadwal SIM Keliling di Bantul, Rabu 29 Oktober 2025
- Meta Luncurkan Ghost Post di Threads, Fitur Unggahan 24 Jam Pesaing X
- Jadwal KRL Jogja Solo, Rabu 29 Oktober 2025
- Hasil Drawing 11 Wakil Indonesia di Korea Masters 2025
Advertisement
Advertisement




