Advertisement
Ini Penyebab Pendapatan Telkomsel Melorot di 2018

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Pendapatan Telkomsel di 2018 turun 4,3% dibanding setahun sebelumnya. Capaian Telkomsel itu senada dengan situasi industri telekomunikasi yang pendapatannya anjlok 7,3%.
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah mengatakan turunnya pendapatan Telkomsel dianggap sebagai pelajaran untuk membenahi diri agar tidak mengalami kejadian serupa di tahun ini dan di masa yang akan datang.
Advertisement
Menurut Ririek, setidaknya ada tiga penyebab yang mengakibatkan turunnya pendapatan industri telekomunikasi. Pertama adalah kebijakan registrasi kartu SIM. Dengan kebijakan ini, keutungan operator dari penjualan kartu perdana dipangkas habis.
Menurut Ririek, kebijakan ini lumrah mempengaruhi pendapatan operator seluler. Namun, itu hanya dalam jangka waktu pendek. "[Registrasi kartu SIM] secara jangka pendek memang punya dampak negatif. Tapi jangka panjang malah memberikan dampak positif," kata Ririek di kawasan Gatot Subroto, Kamis (2/5/2019).
Dampak positif yang dimaksud Ririek adalah untuk mengurangi aksi penipuan lewat SMS dan telepon yang marak terjadi. Selain itu, operator juga akan bisa mengenali jumlah pelanggan yang loyal kepada operator.
Kedua, jelas dia, kompetisi tarif. Indonesia termasuk negara dengan tarif data termurah. Bagi konsumen, ini menguntungkan untuk jangka pendek.
Tapi dalam jangka panjang, perang tarif justru mengurangi pendapatan dan menguras biaya operasional para operator seluler. Seandainya operator tidak bisa bertahan, layanan kepada konsumen tentunya juga akan memburuk.
"Kalau enggak sustain layanan memburuk atau tutup. Yang rugi masyarakat, mana kala fasilitas tak tersedia," kata Ririek yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).
Ketiga adalah turunnya layanan legacy (telepon dan SMS). Menjamurnya aplikasi OTT, seperti WhatsApp dan Line, turut berpengaruh pada penurunan pendapatan operator. Bahkan, 2018 menjadi tahun pertama bagi Telkomsel yang pendapatan dari layanan legacy (SMS dan telepon) menurun.
"Revenue legacy 47 persen, sementara nonlegacy 53 persen. Di akhir kuartal satu 2019, nonlegacy mencapai 61 persen sedangkan legacy 39 persen," tutup Ririek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Polisi Tetapkan 42 Tersangka Demo Rusuh di Bandung
- Tersangka Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin EDC Indra Utoyo Dipanggil KPK
- Menkop Nyatakan Satu Kopdes Merah Putih Bisa Gerakkan 15 Orang
- Ini Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan agar Dapat Diskon Iuran 50 Persen
- Cak Imin Ingin Rp200 Triliun Bisa Dinikmati UMKM
Advertisement

Pemkab Bantul Gelar Gerakan Pangan Murah Antisipasi Kenaikan Harga Pokok
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 100 Ribu WNI di AS Belum Lapor ke Kedutaan
- Mahmoud Abbas Desak Internasional Bertanggungjawab Atas Kejahatan Israel
- Merespons Ancaman Tarif Trump, China: Ini Pemaksaan Ekonomi
- Guru Besar UMY: Dukungan Prabowo ke Qatar Bagian Diplomasi RI
- 8.018 SPPG Sudah Beroperasi, Serapan Anggaran Rp15,7 Miliar
- BNPB: Sistem Hujan Disempurnakan Jadi Peringatan Dini Banjir
- BNPB Ingatkan Banjir Bali Bisa Terulang
Advertisement
Advertisement