Advertisement

Klaten Darurat Serangan Tawon, Sudah 7 Orang Meninggal karena Tersengat

Ponco Suseno
Senin, 14 Januari 2019 - 19:57 WIB
Nina Atmasari
Klaten Darurat Serangan Tawon, Sudah 7 Orang Meninggal karena Tersengat Petugas Damkar Klaten menunjukkan sarang tawon yang sudah dibasmi di sela-sela Sosialisasi Penanggulangan Tawon di Pendapa Pemkab Klaten, Senin (14/1/2019). (Solopos - Ponco Suseno)

Advertisement

Harianjogja.com, KLATEN -- Serangan tawon di wilayah Klaten semakin mengkhawatirkan. Hal itu diungkapkan ahli tawon asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan ahli toksikologi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Banyaknya korban meninggal dunia di Klaten dalam dua tahun terakhir mengakibatkan Kabupaten Bersinar dapat digolongkan sebagai daerah darurat serangan tawon atau yang disebut Vespa affinis.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah korban meninggal dunia akibat serangan tawon di Klaten selama 2017-2018 mencapai tujuh orang. Selain itu, serangan tawon di Klaten juga mengakibatkan seekor kambing mati.

Dalam satu tahun terakhir, tawon gung sudah membuat sarang di lebih 200 lokasi di Klaten. Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten sudah menyiapkan tim terpadu pengendalian serangan tawon.

Selain memaksimalkan petugas pemadam kebakaran (damkar) dalam membasmi sarang tawon, tim terpadu juga melibatkan tim kesehatan guna menangani warga yang tersengat tawon.

“Pertumbuhan tawon [di Klaten] memang luar biasa. Tawon ini termasuk omnivora alias pemakan segala. Sayuran, daging, roti, semuanya dimakan. Perpindahan habitat juga cepat, dari hutan ke permukiman warga. Bahkan di aera pemda juga pernah ada sarangnya. Venom-nya [racun] terlalu kuat. Butuh keterpaduan dalam menanganinya,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Klaten, Ronny Roekminto, saat Sosialisasi Penanggulangan Tawon Gung alias Vespa Affinis di Pendapa Pemkab Klaten, Senin (14/1/2019).

Salah satu pembicara dalam sosialisasi tersebut sekaligus ahli tawon sejak 1985 di LIPI, Sih Kahono, mengatakan habitat tawon jenis vespa affinis sebenarnya di hutan. Dalam perkembangannya, habitat ini pindah ke permukiman warga.

Semula, tawon ini sebagai pemakan serangga kecil. Saat ini, tawon gung menjadi pemakan segala.

“Di Klaten ini sudah ada tujuh warga meninggal dunia [karena disengat tawon]. Kalau ada yang menyebutkan Klaten darurat serangan tawon, memang masuk akal. Makanya perlu diketahui kelebihan dan kelemahan tawon ini, termasuk memberi tanda ke pohon yang ada sarangnya. Masyarakat juga perlu dikasih tahu tentang karakter hewan ini,” katanya.

Sih Kahono mengatakan tawon Vespa affinis memiliki proses adaptasi yang baik saat terjadi perubahan zaman. Di tengah alih fungsi lahan, seperti hutan menjadi vila atau penginapan, sawah menjadi rumah, tawon Vespa affinis mampu beradaptasi dengan cepat.

“Akibat itu [ulah manusia] tawon ini terpaksa berpindah habitat. Perkembangan tawon ini juga sangat cepat. Ratu tawonnya dapat hidup sendiri. Sekali beranak sangat banyak. Di samping itu, musuh [predator] tawon ini juga tak banyak,” katanya.

Hal senada dijelaskan Presiden Indonesia Toksikologi sekaligus perwakilan dari Kemenkes, Tri Maharani. Serangan tawon secara sistematis dapat mengakibatkan seseorang yang diserang mengalami gagal napas dan gagal ginjal.

“Yang perlu diketahui, sampai sekarang ini belum ada antivenomnya. Ini akan menjadi bom waktu. Sudah mengarah ke darurat serangan tawon. Yang paling penting bagi yang sudah tersengat adalah penanganannya. Segera saja dibawa ke tim medis. Ketika sudah sistemik akan jadi masalah sehingga dalam 48 jam penanganan medis mestinya belum boleh pulang,” katanya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dapat Bantuan Dana Rp14 Miliar, Ini Ruas Jalan yang Akan Diperbaiki Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Kamis, 25 April 2024, 17:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement