Advertisement
Begini Amuk Para Pendekar Silat saat Menggeruduk Boyolali
Advertisement
Harianjogja.com, BOYOLALI - Ribuan massa dari wilayah Soloraya menggeruduk Boyolali pada Selasa (3/4/2018) malam hingga Rabu (4/4/2018) dini hari, sebagai buntut bentrok para pendekar dari dua perguruan silat yakni ormas Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Sardulo Seto (SS) beberapa waktu sebelumnya.
Massa yang menyerbu Boyolali diketahui merupakan perguruan silat ormas Persatuan Setia Hati Terate (PSHT) . Di Boyolali mereka berbuat anarksi merusak warung warga. Masyarakat pun diselimuti ketakutan yang mencekam. Deretan warung menjadi sasaran aksi anarkistis massa, Selasa (3/4/2018) malam hingga Rabu (4/4/2018) dini hari. Sejumlah pemilik warung yang menjadi sasaran amuk massa mengisahkan cerita mencekam saat tiga jam mereka terjebak di warung. Dewi, 57, duduk di dalam warung yang berada di sisi selatan pabrik buku Kiky di kawasan pertigaan Bangak, Banyudono, Boyolali, Selasa malam.
Advertisement
Bibirnya terus memanjatkan doa agar dilindungi Tuhan. Diselimuti rasa takut yang begitu menggetarkan hatinya, Dewi dan suaminya, JP Simatupang, 61 tak bisa berbuat apa-apa selain berdoa dan waspada.
Dia bisa merasakan suasana di luar warungnya, malam itu begitu mencekam. Dia mendengar suara banyak orang yang berteriak-teriak yang berpadu dengan suara keras dari knalpot sepeda motor yang meraung.
Malam itu ribuan pengikut satu kelompok massa dari sejumlah daerah di Soloraya datang ke kawasan pertigaan Bangak. Kedatangan mereka dengan berjalan kaki dan sebagian menaiki sepeda motor dari arah timur di jalan Solo-Semarang ini merupakan buntut peristiwa bentrok dengan kelompok massa lainnya yang terjadi malam sebelumnya. Kehadiran mereka diadang aparat Polres Boyolali dan TNI hingga suasana menjadi sangat ramai.
Masih dari dalam warung, Dewi mendengar suasana ramai itu diwarnai suara kaca pecah dan suara seng yang dipukul-pukul dengan benda keras. Di sela-sela kegduhan itu, suara letusan juga terdengar beberapa kali dan kian membuat pemilik warung makan “Bu Dewi” ini kian gemetar.
“Saya mendengar ada letusan tapi tidak tahu itu petasan atau suara tembakan. Saya hanya bisa pasrah dan terus berdoa. Saya takut sekali,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Rabu di warungnya.
Sempat terbersit untuk berlari keluar menyelamatkan diri menghidari massa yang dikhawatirkannya semakin anarkistis. Namun Dewi sadar tidak ada pintu keluar dari warung selain pintu depan yang berhadapan langsung dengan kerumunan massa.
“Selama tiga jam sejak pukul 22.00 WIB [Selasa] sampai pukul 01.30 WIB [Rabu] kami dalam ketakutan. Apalagi suami saya sedang sakit. Kami terjebak dan benar-benar hanya bisa pasrah. Akhirnya ada polisi yang masuk ke warung dan membawa kami keluar. Kami langsung pulang,” kata warga Desa Peni, Kecamatan Banyudono ini.
Keesokan harinya dia mendapati gerobak jusnya rusak. Kaca-kaca gerobak juga pecah dan berserakan di tanah. Sementara itu, meski peristiwa malam itu sudah berlalu, Dewi belum merasa tenang. Dia belum berencana akan tidur di warung sampai situasi benar-benar aman.
Melarikan Diri
Pemilik warung makan lain di deretan yang sama, Sunar, 50 juga mengalami ketakutan seperti Dewi. Namun dia beruntung bisa “melarikan diri” bersama suaminya sebelum massa mendekat.
“Waktu itu warung saya sudah tutup dan saya memang setiap hari tidur di sini [warung]. Saya melihat banyak orang mulai datang dari arah timur dan saya pikir malam ini ada lagi kejadian seperti kemarin [Senin] malam. Saya buru-buru pulang dengan suami saya. Saya takut ada apa-apa,” ujar warga Desa Peni, Banyudono ini.
Meski warungnya luput dari sasaran amuk massa, namun dia tetap tidak ingin peristiwa Senin malam dan Selasa malam itu terjadi lagi. Sambil mendekatkan diri kepada Solopos.com, dia berbisik, “Tolong, sampaikan kepada orang-orang itu agar kejadian seperti ini tidak ada lagi. Saya benar-benar takut,” ujarnnya sambil menenteng gelas di warungnya yang sedang dibersihkannya.
Perlengkapan warung masakan daging anjing di sebelah tambal ban itu juga dirusak. “Kayu alas tempat duduk dan karpet ikut dibakar,” ujar pemilik warung, Robi, 27, warga Sawit ini.
Robi terpaksa tidak buka warung meski sudah terlanjur memasak dua ekor anjing untuk dijual Rabu. “Terpaksa hari ini [Rabu] batal jualan. Barang-barang saya bawa pulang dulu. Kalau sudah benar-benar aman baru saya akan jualan lagi,” kata Robi yang mengaku merugi hingga Rp2 juta akibat kerusakan warungnya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Tabrak Truk di Jalan Ngawen Gunungkidul, Pemotor Meninggal Dunia
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kunjungi Sekolah Rakyat Tabanan, Menteri BPLH Kagumi Pendidikan Pelestarian Lingkungan
- Pejabat Malaysia Terima Ancaman Lewat Surel
- Sushila Karki Jadi Perdana Menteri Nepal, China Ucapkan Selamat
- Gempa Magnitudo 3,1 Guncang Cilacap Dini Hari Ini
- Kematian Mahasiswa Unnes saat Demo di Semarang Sedang Diinvestigasi
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
Advertisement
Advertisement