Advertisement
SEKOLAH INKLUSI : Kurang Guru, Sekolah Inklusi Tolak Siswa Berkebutuhan Khusus
Advertisement
Sekolah inklusi di Jogja menolak siswa berkebutuhan khusus dengan alasan kekurangan guru
Harianjogja.com, JOGJA-SD inklusi di Jogja kekurangan guru pendamping khusus (GPK). Akibatnya, mereka tak segan menolak siswa berkebutuhan khusus yang hendak mendaftar.
Advertisement
Kepala SDN Bangunrejo II Antonia Retna Sriningsih mengatakan sekalipun termasuk sekolah inklusi, namun ia hanya menerima siswa berkebutuhan khusus slow learner atau lambat belajar dan low vision. Alasannya, ketiadaan guru menjadi penyebab utama.
"Kalau siswa berkebutuhan khusus membawa guru sendiri tidak masalah, kami bisa menerima,” tuturnya, Jumat (19/6/2015).
Menurutnya, menolak siswa berkebutuhan khusus yang mendaftar lebih bertanggungjawab daripada menerima tetapi akhirnya menelantarkan kebutuhan siswa karena tidak bisa memenuhi. “Misal saya menerima tetapi tidak melayani dengan baik malah jadi dosa,” ungkap dia.
Retna memaparkan, jumlah siswa berkebutuhan khusus di sekolahnya mencapai 60 dari 123 anak. Sementara GPK yang disediakan pemerintah hanya satu orang dan itu pun hanya datang seminggu dua kali karena berfungsi sebagai konsultan.
Untuk pendampingan siswa berkebutuhan khusus, kata dia, sekolah memanfaatkan tiga orang mahasiswa yang melakukan penelitian di tempatnya yang diberi honor Rp250.000 per bulan.
Diakuinya, kondisi sekolah sudah pernah dilaporkan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Jogja. Namun, belum ada tanggapan atau tindak lanjut sama sekali. “Saya sudah minta tambahan GPK sejak 2008,” sebutnya.
Kendati demikian, Retna enggan menyalahkan salah satu pihak dalam kondisi ini. Ia menilai, sekolah yang dipimpinnya biar berjalan seperti sekarang.
Kepala Disdik Jogja Edy Heri Suasana justru mengklaim jumlah guru pendamping khusus (GPK) di Jogja masih memadai. Idealnya, satu guru mendampingi empat sampai lima siswa berkebutuhan khusus.
“Ada sekitar 80-an GPK dan bisa dimanfaatkan sekolah inklusi yang ada,” tuturnya. Saat ini, jelasnya, terdapat 39 sekolah inklusi dari jenjang TK sampai SMA di Jogja.
Ia tidak menampik jika belum semua sekolah dapat dikategorikan inklusi karena keterbatasan sarana prasarana, manajemen pengelolaan, dan sebagainya.
Diterangkannya, pada tahun ini Disdik juga mengembangkan kemitraan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk pengadaan GPK.
“Sekolah yang kekurangan GPK dapat minta ke dinas, jadi tidak ada alasan menolak siswa berkebuthan khusus,” tandasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- IKN Berpotensi Menyokong Pengembangan Obat Herbal, Guru Besar UGM: Kalau Benar-Benar Pindah
- Anies Sebut Pembangunan IKN Timbulkan Ketimpangan Baru, Jokowi: Justru Sebaliknya
- Berstatus Tersangka, Permohonan Perlindungan Syahrul Yasin Limpo Ditolak
- Diskusi dengan Netanyahu, Elon Musk Dukung Israel
- Nawawi Ditunjuk Jadi Ketua, Insan KPK Mendukung Penuh
Advertisement

Petinggi Relawan Bepro Sambangi Yuni Astuti, Apresiasi Banyak Pemuda DIY Gabung ke Prabowo-Gibran
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Indonesia Membutuhkan Investasi untuk Mewujudkan Emisi Nol Bersih 2060
- Sudirman Said Luncurkan Antologi Kedua "Bergerak dengan Kewajaran"
- Gandeng OJK, Kemendagri Terus Perkuat Perekonomian Daerah
- Dugaan Data DPT Pemilu 2024 Bocor, Ini Instruksi Menkominfo kepada Ditjen Aptika
- Survei Y-Publica Sebut Tingkat Kepuasan Publik kepada Jokowi Capai Rekor Tertinggi
- Hamas: Tujuan Israel di Perang Gaza Tak akan Tercapai
- Belasan Ambulans Bantuan Kemanusiaan Arab Saudi Masuk ke Jalur Gaza
Advertisement
Advertisement