Advertisement
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS : DIY Miliki Pusat Layanan Autis

Advertisement
Anak berkebutuhan khusus, utamanya siswa autis maupun orang tua dapat memanfaatkan PLA sebagai pusat terapi sekaligus edukasi.
Harianjogja.com, JOGJA-Gedung Pusat Layanan Autis (PLA) DIY yang berlokasi di desa Banguncipto, Sentolo, Kulonprogo selesai dibangun. Saat ini, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) DIY tengah mempersiapkan sistem operasional PLA, yang meliputi sistem pelayanan serta Sumber Daya Manusia (SDM).
Advertisement
Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kulonprogo di ruang Sasana Wiyata Disdikpora, Selasa (3/2/2015), Kepala Disdik Kulonprogo, Sumarsono mengatakan di wilayahnya belum ada SDM yang menguasai PLB, khususnya autis. Keberadaan PLA yang berdekatan dengan RS Nyi Ageng Serang Kulonprogo dapat menjembatani permasalahan ini. Misalnya, kata dia, ahli medis dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berkarya di RS tersebut sekaligus dapat praktik terapi di LPA.
Pemerhati anak autis dari Fakultas Psikologi UGM, Neila Ramdhani yang juga hadir dalam FGD mengatakan menghadapi kasus anak autis tidak selesai pada penanganan anak. Menurut dia, orang tua juga perlu diberi pelayanan khusus agar lebih mengerti kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
“Yang jadi masalah adalah ketika ada orang tua yang enggak tahu cara memperlakukan ABK. Sehingga, penting adanya pendampingan bagi orang tua tanpa harus meninggalkan anaknya,” terang Neila.
Melalui PLA DIY, lanjutnya, orang tua dapat mengikuti pendampingan yang dilakukan psikolog perkembangan anak autis sedangkan anak-anak bermain bersama mahasiswa pemerhati autisme. Dengan demikian, keberadaan PLA dapat menjadi media edukasi bagi penyandang autis sekaligus orang tuanya.
“Kami siap mengisi kegiatan. Kalau PLA punya program sosialisasi atau seminar untuk orang tua anak autis, Fakultas Psikologi siap dengan narasumbernya,” kata Neila.
Kepala Disdikpora DIY, Baskara Aji menyampaikan PLA diwacanakan berkembang menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) sekaligus pusat bakat. Yang terpenting, kata Aji, keberadaan PLA di Sentolo tidak untuk menggantikan sekolah inklusi maupun Sekolah Luar Biasa (SLB) di DIY. PLA menjadi tempat untuk mempersiapkan pendidikan anak autis.
“Semoga PLA dan SLB tetap bersinergi,” tegasnya.
Dari sisi medis, Dwi Susilowati dari bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP. Dr. Sardjito mengatakan semua pihak baik dari keluarga sampai rumah sakit, perlu memberi penanganan sejak dini pada anak autis. Deteksi penyimpangan yang ditemukan keluarga dalam sikap anak di rumah, dapat menjadi awal penanganan ABK. Terutama jika hasil deteksi menyebutkan adanya penyakit penyerta seperti epilepsi dan gangguan pencernaan, maka anak segera mendapat penanganan di rumah sakit khusus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas Koperasi Merah Putih Resmi Dibentuk, Zulkifli Hasan Jabat Ketua
- Selain GBK, Hotel Sultan hingga TMII Juga Bakal Dikelola Danantara
- Puluhan Warga Badui Digigit Ular Berbisa, 2 Meninggal Dunia
- Aduan Konten Judi Online Mencapai 1,3 Juta
- Tunjangan Guru Non ASN pada RA dan Madrasah Cair Juni 2025, Segini Besarannya
Advertisement

Polisi Periksa 12 Orang Terkait Dugaan Kasus Mafia Tanah yang Menimpa Mbah Tupon
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Jawa Barat dan Riau Jadi Pilot Project Zero ODOL
- Pegadaian Edukasi Pegawai Istana Kepresidenan soal Investasi Emas
- Kemensos Sebut 66 Sekolah Rakyat Siap Berdiri Tahun Ini
- Aduan Konten Judi Online Mencapai 1,3 Juta
- PPATK Sebut Perputaran Dana Judi Online Bisa Tembus Rp150,36 Triliun Selama 2025
- Akhirnya, Paus ke-267 Gereja Katolik Terpilih
- Profil Paus Leo XIV Asal Amerika Serikat
Advertisement