Advertisement
ERA SOEHARTO ATAU REFORMASI : Jangan Sampai Mengkultuskan Seorang Tokoh

Advertisement
[caption id="attachment_413734" align="alignleft" width="314"]http://www.harianjogja.com/?attachment_id=413734" rel="attachment wp-att-413734">http://images.harianjogja.com/2013/06/soeharto1.jpg" alt="" width="314" height="206" /> Foto Soeharto
JIBI/Harian Jogja/Antara[/caption]
SOLO–Perdebatan seputar enak mana hidup di zaman Soeharto dan zaman sekarang, mengundang banyak komentar dari warga Solo Raya yang disampaikan pada acara Dinamika 103 di radio SOLOPOS FM, Sabtu (8/6/2013).
Advertisement
Acara ini dipandu Dyah Ratna dan Heru Cahyono. Selain yang mendukung Pak Harto dan yang yang anati-Soeharto, sejumlah warga mencoba bersikap bijak terhadap fenomena ini..
Warga Kartasura, Banyu mengatakan bahwa enak atau tidak enak adalah relative. “Cuma saya kangen Kelompencapir atau P Kontak,” tulis Banyu yang dikirimkan ke redaksi SOLOPOS FM.
Suyu dari Solo mengingatkan agar warga masyarakat mengenang para tokoh dan pemimpin bangsa dengan apa adanya. “Harus adil sebab pemimpin bangsa tidak hanya seorang saja. Jangan sampai mengkultuskan seorang tokoh, suatu rezim ada baik buruk yang tercatat dalam sejarah, event yang mulia jangan sampai menjadi manuver politik untuk kepentingan suatu golongan atau partai. Mari kaum muslim dan lintas agama berdoa untuk kemakmuran bangsa, para pemimpin dan tokoh bangsa dalam menjalankan tugas mulia, serta untk pemimpin, tokoh dan pahlawan bangsa yang telah wafat,” kata Suyu.
Bejo di Solo menambahkan bahwa smeua kembali kepada diri pribadi masing-masing.
“Semua tergantung dari individu masing. Mau zaman Soekarto sampai SBY yo yen ra kerja keras kapan sukses. Sing penting berjuang terus semangat putar otak lan kudu berdoa, mosok arep urip penak wae ndadak ngenteni BBM midhuk dadi Rp500 gambar ketek hehehe.”
Pendengar bernama Bas dari Karanganyar mengatakan, “Pak SBY saat ini sedang membangun citra sebagai negarawan, tentu tidak ingin terganggu dengan pengkultusan kepada HM Soeharto oleh masyarakat Indonesia.”
Sementara Sulitya dari Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo mengingatkan bahwa rakyat kecil tetap harus berjuang sendiri. “Wang, sinawang. Rakyat kecil sejak lama tetap harus berjuang sendiri. Ora obah, ya tetep ora mamah.”
Sedangkan Harsito Budi S dari Boyolali mengatakan bagi warga masyarakat yang yg penting adalah kerja gampang, murah pangan lan murah sandang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
- Aceh Diguncang Gempa Magnitudo 5,1, Begini Penjelasan BMKG
- Begini Alur Kuota Haji 2026 dari Arab Saudi untuk Indonesia, Kata Istana
Advertisement
Advertisement