Advertisement

YLKI: Keluarga Korban Lion Air & Maskapai Bisa Gugat Boeing Corporation

Nugroho Nurcahyo & Rio Sandy Pradana
Kamis, 15 November 2018 - 23:05 WIB
Nugroho Nurcahyo
YLKI: Keluarga Korban Lion Air & Maskapai Bisa Gugat Boeing Corporation Ilustrasi Boeing - Is/Stuff

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan Boeing Corporation bisa digugat atas kecacatan produk atau keteledoran yang mereka lakukan karena membahayakan konsumennya dalam produk teranyar mereka, Boeing 737 MAX 8.

“Kalau benar [nantinya] terbukti seperti itu, maka konsumen sangat berhak menggugat Boeing,” kata dia saat dihubungi Harian Jogja, Kamis (15/11/2018).

Advertisement

Konsumen yang dimaksud Tulus adalah para keluarga korban pesawat Lion Air PK-LQP/JT610, para pilot yang pernah bertugas atau sedang bertugas menerbangkan pesawat Boeing 737 MAX 8, penumpang yang pernah menggunakan pesawat tipe tersebut dan juga operator penerbangan. “Maskapai pun [sebagai konsumen] bisa menuntut ke pihak Boeing,” kata dia.

Menurutnya, jika terbukti kerusakan sensor angle of attack (AoA) disebabkan adanya gagal produk, maka produk Boeing bisa dikategorikan sebagai manufaktur yang menjual produk cacat (defect).

Boeing juga bisa dikategorikan teledor sebagai manufaktur pesawat karena tidak memberitahukan penambahan fitur baru dalam pesawat itu padahal diketahui memiliki potensi bahaya tersembunyi dalam sistem kontrol penerbangan.

Hal berbeda diungkapkan pengamat penerbangan Gerry Soejatman. Dia berpendapat anomali dalam fitur Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) bukan sebagai kelalaian dari pihak Boeing.

“Saya menganggap, Boeing tidak menyangka MCAS akan memiliki dampak seperti itu. Saat AoA terjadi error, data tetap dikirimkan kepada MCAS, alih-alih berhenti secara otomatis,” kata Gerry kepada Bisnis Indonesia,  jaringan Hariangjogja.com, Rabu (14/11/2018).

Menurutnya, MCAS dibuat untuk membantu pilot dalam mengendalikan pesawat B737 MAX 8. Apabila tidak dilengkapi MCAS, sertifikasi kelaikan pesawat tersebut justru malah bermasalah.

Pengamat penerbangan Alvin Lie juga menganggap masih terlalu dini untuk menghakimi Boeing dalam kasus kecelakaan Lion Air JT 610 dengan registrasi PK-LQP di perairan utara Karawang, Jawa Barat, 29 Oktober lalu. “Terlalu dini. Penyelidikan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) belum konklusif,” ujar pria yang juga menjadi komisioner Ombudsman Republik Indonesia itu saat dihubungi Harian Jogja, Kamis.

Walaupun penyelidikan yang dilakukan KNKT melibatkan Federal Aviation Administration (FAA), otoritas penerbangan sipil di AS, dan Boeing, sejauh ini Alvin tidak meragukan objektivitas, independensi dan integritas badan yang memiliki otoritas penuh dalam menyelidiki kecelakaan transportasi sipil itu.

Dari penelusuran Harian Jogja, Boeing Corporation saat ini sedang menghadapi gugatan dari para korban selamat dalam penerbangan Southwest Airlines nomor 1380 di pengadilan Amerika Serikat.

Penerbangan pada 17 April 2018 dengan pesawat Boeing seri 737-700 itu berakhir dengan pendaratan darurat setelah salah satu mesinnya meledak, melontarkan kisi-kisi kipasnya hingga merobek badan pesawat. Satu dari 99 penumpang di dalam pesawat meninggal dunia.

Gugatan yang dilayangkan ke Supreme Court (Mahkamah Agung) AS di Manhattan, New York, AS, pada 20 Juni 2018 lalu itu menuduh Boeing lalai dan gagal menjamin keamanan pesawat 737-700. Produsen pesawat itu dinilai gagal memberikan peringatan dan instruksi keamanan yang memadai.

Menurut para penggugat, Boeing, dalam bisnisnya merancang, mengembangkan, memproduksi dan menjual pesawat, termasuk komponen mesin, memiliki kewajiban untuk memastikan pesawatnya cukup aman bagi penumpang yang terbang di dalamnya, yang keselamatan dan nyawanya berisiko. Boeing tidak pernah berkomentar tentang kasus gugatan itu.

Selain Boeing, GE Aviation Systems, Safran USA dan CFM International yang menjadi pengembang mesin untuk Boeing, juga digeret sebagai turut tergugat. Kasus Southwest Airlines 1380 sendiri saat ini masih dalam proses penyelidikan National Transportation Safety Board (NTSB) atau KNKT-nya Amerika Serikat.

Program Pelatihan Boeing

Satu demi satu fakta yang menyertai kecelakaan Lion Air JT 610 dengan registrasi PK-LQP di perairan utara Karawang, Jawa Barat, terus bermunculan. Terakhir, penyidik KNKT menemukan sistem anti-stall tidak dicantumkan dalam manual book Boeing 737 Max 8 dan tidak disampaikan dalam program pelatihan pilot.

Jika sebelumnya, KNKT menyebut bahwa mesin pesawat tersebut masih aktif saat jatuh dan menghunjam di perairan Tanjung Karawang, kali ini dugaan berkembang ke arah program pelatihan yang dilakukan Boeing terhadap pilot B 737 Max 8.

The Seattle Times, Rabu (14/11/2018) melaporkan perwakilan pilot Boeing 737 MAX 8 dari American Airlines dan Southwest Airlines merasa kaget dan marah karena tidak mendapatkan keterangan yang jelas dan lengkap tentang perubahan penting pada sistem otomatis yang dikaitkan dengan kecelakaan Lion Air PK-LQP bulan lalu.

Presiden Asosiasi Pilot Southwest Airlines, Jon Weak mengungkapkan maskapai dan pilot seakan dibiarkan berada dalam kegelapan. Faktanya, mereka tidak diberitahu ada fitur baru dalam pesawat karena belum dimasukkan dalam buku manual, yaitu automated stall prevention atau sistem darurat otomatis untuk mencegah pesawat naik tajam dan jatuh dari ketinggian.

Apalagi, melalui FAA, Boeing memperingatkan sistem tersebut mungkin tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa hari lalu, FAA menerbitkan emergency Airworthiness Directives (AD) mengacu pada buletin Flight Crew Operating Manual (FCOM) dari Boeing Co., untuk disampaikan kepada otoritas penerbangan Indonesia selaku State of Register.

Buletin yang dirilis sejak 6 November 2018 tersebut berjudul Uncommanded Nose Down Stabilizer Trim Due to Erroneous Angle of Attack (AoA) During Manual Flight Only. Buletin ini telah disampaikan kepada seluruh maskapai dan pilot agar bisa melakukan antisipasi saat terjadi hal serupa.

Laporan tersebut berisi sistem operasi manual B737 Max 8 tentang cara mengatasi situasi jika hidung pesawat tiba-tiba turun dengan sendirinya karena kesalahan data dari sensor Angle of Attack (AoA). AoA sendiri adalah sudut kemiringan ideal antara bagian depan dengan belakang pesawat untuk mencegah terjadinya kondisi stall.

Jika sensor AoA membaca sudut terlalu lebar, sistem komputer pesawat akan memerintahkan stabilizer trim berputar, sehingga bagian depan pesawat menjadi turun untuk mengurangi AoA. Ini berguna agar kecepatan terbang bertambah dan pesawat keluar dari kondisi stall.

Stabilizer trim bisa digunakan untuk menggerakkan sayap yang berada di bagian belakang pesawat (horizontal stabilizer) berputar. Arah perputaran horizontal stabilizer tersebut yang bergerak naik atau turun bisa mengubah posisi bagian depan pesawat.

Secara terpisah, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyebut pengakuan tersebut bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam melengkapi bahan investigasi. “Semua program training yang diberikan Boeing sedang kami pelajari,” kata Soerjanto.

Dia menegaskan perincian program pelatihan Boeing terhadap pilot yang menerbangkan B737-8 Max belum bisa diungkapkan ke publik. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar tidak menjadi polemik.

KNKT menyebutkan proses pelatihan yang akan diinvestigasi termasuk yang dilakukan sebelum kecelakaan Lion Air terjadi. Bahkan, investigasi juga dilakukan sejak pesawat tersebut dibuat hingga dikirimkan ke maskapai. “Proses investigasi saat ini masih dalam tahap pengumpulan data faktual, belum analisa. Sabar dulu,” ujarnya.

Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti mengaku belum dapat memberikan pernyataan apapun mengenai perkembangan investigasi kecelakaan Lion Air PK-LQP. “Saat ini masih dalam proses penelitian KNKT. Kami belum bisa berkomentar,” kata Polana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pilkada 2024, Heroe Poerwadi Hingga Singgih Raharjo Ambil Formulir Partai Golkar

Jogja
| Selasa, 23 April 2024, 16:27 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement