Advertisement

LONG-FORM: Lion Air JT610 Jatuh Akibat Keteledoran Boeing?

Nugroho Nurcahyo
Rabu, 14 November 2018 - 23:55 WIB
Nugroho Nurcahyo
LONG-FORM: Lion Air JT610 Jatuh Akibat Keteledoran Boeing? Ilustrasi Lion Air Boeing 737 Max B - Ist/Lion Air

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Misteri penyebab jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP penerbangan JT610 pada 29 Oktober lalu, sedikit demi sedikit mulai terkuak. Otomatisasi penerbangan dan keteledoran pabrikan pesawat, diduga menjadi penyebab terkuat jatuhnya burung besi berusia pakai dua bulan itu di perairan utara Karawang, Jawa Barat.

Secara mengejutkan Boeing Corporation, pabrikan pembuat Boeing 737 MAX 8, menerbitkan informasi tentang potensi bahaya yang dapat muncul dalam fitur kontrol penerbangan teranyar mereka. Boeing menyebut potensi bahaya dalam fitur baru mereka itu menjadi kemungkinan penyebab terbesar insiden jatuhnya Lion Air akhir Oktober lalu.

Advertisement

Pengumuman ini mengagetkan dunia penerbangan karena fitur pengaman yang jadi bumerang itu, tidak pernah disebutkan Boeing dalam manual penerbangan 737 Max 8 yang mereka terbitkan.

Fitur baru Boeing ini sebetulnya merupakan teknologi otomatisasi penerbangan teranyar yang diterapkan pada pesawat MAX 8 dan MAX 9 yang tujuannya menambah keamanan penerbangan. Bernama automated stall-prevention system atau sistem pencegah stall otomatis, menu ini membantu kru kokpit agar terhindar dari kesalahan menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi ketika kecepatan pesawat membutuhkan hal sebaliknya.

Belakangan baru diketahui, dalam kondisi tertentu seperti adanya kesalahan input data atau kerusakan salah satu indikator, sistem otomatis ini bisa mendorong hidung pesawat menukik tiba-tiba secara keras, sehingga membuat pesawat susah dikendalikan.

Peringatan atas hal ini, baru disampaikan Boeing dalam buletin yang mereka sebarkan kepada maskapai di seluruh dunia sepekan setelah kecelakaan Lion Air di Indonesia. Fitur otomatis ini, tulis Boeing, disetel tetap bekerja kendati pilot menerbangkan pesawat dalam mode manual.

Peringatan pabrikan ini mengejutkan banyak pilot terutama yang telah menerbangkan pesawat model terbaru keluaran Boeing itu.  Pakar keamanan yang terlibat dalam investigasi insiden Lion Air JT610, mengatakan selama ini operator penerbangan di AS, baik manajer maskapai maupun pilot, tidak pernah diberitahu sistem otomatis itu telah ditanamkan dalam varian 737 MAX 8. Akibatnya, para penerbang tidak pernah mempersiapkan diri menghadapi risiko yang mungkin terjadi.

 Teledor

"Ini sangat konyol dan teledor. Menempatkan sistem baru di pesawat terbang dan tidak memberi tahu pilot yang mengoperasikan pesawat. Apalagi ini berhubungan dengan kontrol penerbangan. Mengapa pilot tidak dilatih tentang hal ini?" kata Kapten Mike Michaelis, Ketua Komite Keselamatan Allied Pilots Association (APA) yang mewakili sekitar 15.000 pilot di maskapai penerbangan American Airlines, seperti dikutip Wall Street Journal (WSJ), Selasa (13/11/2018).

Dennis Tajer, Ketua Komite Komunikasi APA menambahkan Boeing telah menunjukkan kegagalan mereka dalam budaya keselamatan dengan tidak menginformasikan lebih awal kepada pilot tentang cara kerja sistem baru anti-stall mereka.

"Ini jelas merupakan tanda budaya keselamatan [di Boeing] hilang," katanya dikutip Washington Post. “Kami semua bertanya-tanya, apalagi yang belum kalian [Boeing] sampaikan kepada kami.”

Menanggapi kekhawatiran para pilot, juru bicara Boeing mengatakan perusahaan itu sangat sedih dengan adanya kecelakaan pesawat baru-baru ini di Indonesia dan telah bekerja sangat maksimal mencari penyebab.

"Kami mengambil setiap langkah untuk memahami semua aspek dari insiden ini, bekerja sama dengan tim penyelidik dan semua pihak berwenang yang terlibat," kata Juru Bicara Boeing, Paul Bergman.

"Kami yakin akan keamanan 737 MAX. Keamanan tetap menjadi prioritas utama kami dan menjadi nilai utama bagi semua orang di Boeing,” kata Bergman tanpa menjelaskan kenapa fitur anyar itu tidak pernah diberitahukan kepada maskapai dan penerbang, dan dicantumkan dalam buku manual.

Salah satu manajer Federal Aviation Administration (FAA), otoritas penerbangan sipil di AS, mengatakan sistem kontrol penerbangan terbaru itu memang tidak pernah menjadi titik perhatian dalam materi pelatihan apa pun atau selama diskusi panjang antara operator dan regulator dalam pengembangan 737 generasi terbaru tersebut.

Pada Selasa pula, FAA menegaskan telah memerintahkan Boeing agar membuat perubahan manual penerbangan yang menekankan kepada cara pilot mengatasi masalah saat terjadi gangguan pada sistem kontrol penerbangan terbaru.

Selama memasarkan MAX 8, Boeing selalu memberi tahu pelanggan pesawat teranyar mereka tidak membutuhkan pelatihan simulator tambahan bagi pilot yang sudah terbiasa menerbangkan 737 versi sebelumnya, Boeing 737 NG.

Padahal pada Boeing 737 NG, sistem anti-stall otomatis tidak secara otomatis bekerja ketika mode autopilot pesawat dimatikan. Sistem lama ini dianggap masih berbahaya sehingga dibuat model sistem anti-stall teranyar yang tidak turut mati ketika menu autopilot dimatikan. Sayangnya, dalam materi pelatihan MAX 8 tidak disertakan persyaratan untuk menghafal langkah-langkah mematikan sistem perlindungan terbaru tersebut.

Pesawat 737 MAX terbaru dengan fitur anyar ini telah beredar lebih dari 200 model dan telah dikirimkan ke pelanggan di seluruh dunia, termasuk Southland Airlines, American Airlines, dan United Airlines.

“Kami marah karena Boeing tidak memberi tahu perusahaan dan pilot tidak mendapat pemberitahuan,” kata Kapten Jon Weaks, presiden serikat pilot Southwest Airlines Co. "Tapi yang kami butuhkan sekarang adalah memastikan ke depan tidak ada lagi yang harus disampaikan Boeing kepada perusahaan atau pilot."

Dalam pesan yang disampaikan kepada operator pengguna Boeing 737 MAX dan direview oleh WSJ, Boeing telah menjelaskan secara detail prinsip-prinsip, teknik dan parameter operasional sistem otomatisasi terbaru.

Sementara itu, Managing Director Lion Air Daniel Putut Kuncoro Adi mengatakan maskapai telah mengumpulkan semua informasi dalam penyelidikan internal mereka. “Kami bekerja dengan para ahli kami di departemen operasi dan teknik, tetapi kami tetap menghormati investigasi yang dilakukan KNKT dan kami menunggu laporan tersebut," kata Daniel seperti dikutip CNN.

Dihubungi secara terpisah, Supriyono Harjo, kapten pilot yang menjadi Instruktur di Pusat Training Pilot Thai Lion Air, salah satu maskapai di bawah bendera Lion Air Group mengatakan, antara Boeing 737 NG dan MAX selama ini hanya memerlukan differencies course selama delapan jam.

 “Tidak perlu simulator. Sejauh yang saya tahu, tidak ada highlight dan risiko-risiko seandainya terjadi mulfunction yang dapat berakibat fatal. Banyak operator dan pilot tidak sadar ada hidden threat (ancaman tersembunyi) yang bisa berakibat fatal,” kata dia saat dihubungi Harian Jogja, Rabu (14/11/2018).

Padahal menurutnya, banyak perbedaan sistem yang diterapkan dalam 737 NG dan737 MAX. “Makanya ada beberapa negara tidak mau tanpa pelatihan simulator. Contohnya Malaysia,” kata dia.

Pilot yang sudah malang melintang di sembilan maskapai penerbangan baik domestik maupun mancanegara ini, mengatakan untuk hal-hal yang memiliki perbedaan signifikan seperti flight control dan performance, seharusnya pabrikan memberikan hightlight kepada operator dan pilot.

Namun dengan banyaknya perbedaan signifikan, Supriyono berkata, “Bisa jadi makin banyak regulator tidak mau terima differencies seperti Malaysia. Sebab untuk urusan ini adalah hasil negosiasi antara regulator dan Boeing. Operatorhanya ikut aturan, kesepakatan mereka.”

“Sebab jika varian pesawat baru dibuat beda total, tentu akan menjadi biaya tinggi bagi operator karena harus menjalani full course,” imbuh Supriyono.

Pesawat Lion Air PK-LQP dengan Nomor Penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Karawang Senin (29/10) dan menewaskan 189 orang di dalamnya. Saat ini, pencarian korban telah dihentikan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mendapatkan beberapa temuan dari flight data recorder (FDR) pesawat tersebut. Salah satunya ada kerusakan di sensor AOA atau angle of attack.

"AOA itu mengukur sudut pesawat terhadap aliran udara. Jadi, kalau pesawatnya seperti ini [kondisi mendatar], ini nol, tapi kalau pesawatnya naik, nah itu AOA itu berapa derajat terhadap aliran udara akan terbaca," ucap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Kekeliruan pembacaan sudut ini diduga telah memicu sistem otomatisasi terbaru MAX 8 menukikkan pesawat ke bawah secara tiba-tiba dan si pilot tidak mampu mengembalikan ke kondisi aman karena tidak mengetahui adanya fitur baru dalam pesawat itu. Dalam penerbangan dengan pesawat sebelumnya, pilot sudah melaporkan adanya keanehan dalam indikator penerbangan dan pesawat telah diperbaiki oleh teknisi.

Menurut laporan WSJ, salah satu pejabat tinggi di Boeing mengatakan perusahaan sengaja memutuskan untuk tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut kepada awak kokpit tentang fitur anyar mereka. Alasannya, Boeing khawatir membanjiri pilot dengan terlalu banyak informasi data teknis, sehingga malah membuat informasi yang disampaikan tidak seluruhnya bisa dicerna.

WJS melaporkan, fokus investigasi saat ini tidak lagi mengarah kepada dugaan malfungsi sistem individual dan kesalahan pilot. Menurut para pengamat penerbangan penyelidikan kecelakaan AS dan Indonesia kini lebih fokus menyelidiki sistem kontrol penerbangan otomatis Max 8, dan seberapa ketat FAA dan Boeing menganalisa potensi bahaya yang mungkin timbul dari otomatisasi itu. Terutama dalam keadaan terjadi kekeliruan pasokan data di komputer pesawat.

Analis industri penerbangan memilih berhati-hati  tidak menyalahkan Boeing sebelum pihak berwenang menyelesaikan penyelidikan mereka. Namun, tanggapan dari regulator danBoeing, kemungkinan memunculkan dampak lebih luas dalam industri penerbangan komersial, terutama dalam penjualan 737 MAX 8.

"Tidak ada kerugian komersial bakal terjadi pada Boeing, tetapi secara reputasi, mereka [seharusnya] lebih baik dari ini," kata Richard Aboulafia, seorang analis penerbangan dari Teal Group.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Wall Street Journal, Washington Post

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pemudik Inilah Jalur Alternatif Masuk Gunungkidul

Gunungkidul
| Selasa, 19 Maret 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement