Advertisement
Hasil Referendum: Kaledonia Baru Tetap Bersama Prancis
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA – Penduduk Kaledonia Baru memilih tetap menjadi bagian dari Republik Prancis. Ini adalah hasil referendum yang dilakukan untuk menentukan nasib negara kepulauan yang terletak di Samudera Pasifik tersebut.
Para pemilih di Kaledonia Baru dalam referendum ini diberi sebuah pertanyaan, "Apakah Anda ingin Kaledonia Baru mendapatkan kedaulatan penuh dan menjadi independen?"
Advertisement
Pemungatan suara yang berlangsung pada Minggu (4/11/2018) menunjukkan hasil 56,9% memilih 'Tidak' untuk kemerdekaan, sedangkan sisanya 43,1% menyetujui Kaledonia baru menjadi negara berdaulat.
Saluran televisi lokal NC La Iere sebagaimana diberitakan Reuters melaporkan tingkat partisipasi referendum mencapai 80%.
"Penduduk Kaledonia Baru memilih untuk tetap menjadi bagian dari Prancis, mereka telah memberi kepercayaan kepada Prancis, masa depan mereka, dan nilai-nilai yang mereka anut," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Referendum di Kaledonia Baru merupakan langkah menentukan nasib sendiri pertama di teritori kekuasaan Prancis sejak Djibouti, bekas daerah kekuasaan Prancis di Afrika, memutuskan untuk merdeka pada 1977.
Macron mengaku memahami kekecewaan penduduk yang menginginkan kemerdekaan, tapi dia menambahkan Prancis akan tetap menjamin kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan di Kaledonia Baru.
Kelompok prokemerdekaan mayoritas berasal dari kelompok etnis Kanak, sementara keturunan pendatang pada masa kolonial merupakan loyalis Prancis.
Tensi antara kedua kelompok selama satu dekade terakhir cenderung meningkat. Hasil jajak pendapat ini diperkirakan mendorong kelompok nasionalis mengajukan kembali referendum beberapa tahun mendatang.
Selama kunjungan Macron ke Kaledonia Baru Mei lalu, dia mengakui sisa penderitaan kolonisasi yang dirasakan etnis Kanak. Dia juga mengapresiasi usaha mereka dalam memperjuangkan otonomi.
Perekonomian Kaledonia Baru sangat bergantung pada subsidi Prancis yang mencapai US$1,48 miliar setiap tahunnya. Pemasukan teritori tersebut juga didukung hasil tambang nikel yang memegang 25% cadangan dunia dan dari sektor pariwisata.
Kawasan yang menjadi koloni Prancis pada 1853 itu menikmati otonomi yang luas, tetapi mereka sangat tergantung pada Prancis dalam hal pertahanan dan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
Advertisement
Penyair Joko Pinurbo Wafat, Jenazah Disemayamkan di PUKJ Bantul
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Iuran Pariwisata Masuk ke Tiket Pesawat, Ini Kata Menteri Pariwisata
- KASD Sebut Penggantian Istilah dari KKB ke OPM Ada Dampaknya
- Mobil Mewah Harvey Moeis Disita Kejagung, Kali Ini Ferrari dan Mercy
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Tak Terima Ditegur, Dua WNA Amerika Ini Diduga Aniaya Pecalang di Bali
- Baru Syuting Reality Show, 31 Artis dan Kru Asal Korsel Ini Justru Diperiksa Imigrasi Bali
Advertisement
Advertisement