Advertisement

Teka-Teki di Balik Pertemuan Luhut & Prabowo

John A. Oktaveri, Hadijah Alaydrus
Senin, 09 April 2018 - 19:06 WIB
Nugroho Nurcahyo
Teka-Teki di Balik Pertemuan Luhut & Prabowo Olah foto Prabowo Subianto dan Luhut Panjaitan. - JIBI/Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto dan Luhut B. Panjaitan pada Jumat (6/4/2018) membuat kontestasi menuju pemilihan presiden pada 2019 kian menarik dicermati.

Kendati keduanya, baik Luhut dan Prabowo tidak bercerita secara terbuka mengenai isi perjumpaan tersebut, pertemuan itu tentunya bukan pertemuan biasa sehingga memunculkan spekulasi mengenai bangunan peta koalisi jelang Pilpres 2019.

Advertisement

Dalam keterangan resminya, Minggu (8/4/2018), Luhut hanya menyebut peretemuan dengan Prabowo sebagai silaturahmi biasa. Dia juga mengingatkan Prabowo mengenai pernyataannya yang menyebut Indonesia bubar pada 2030.

Sebelum pertemuan itu, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy sempat menyatakan secara terbuka bahwa ada dua partai politik (parpol) yang dalam waktu dekat akan mengumumkan bergabung dengan parpol yang telah menyatakan dukungan untuk Joko Widodo sebagai calon presiden.

Sejauh ini, parpol yang belum bersikap antara lain Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dipimpin Sohibul Iman, atau Partai Gerindra yang diketuai oleh Prabowo Subianto.

Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pertemuan dengan Prabowo Subianto pada pekan depan.

“Mudah-mudahan di pekan besok ya kami bisa bertemu pak Prabowo,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (8/4/2018).

Menurutnya, pertemuan dengan Prabowo itu akan diikuti oleh Ketua Dewan Syura DPP PKS, Salim Said Assegaf yang saat ini masih berada di luar negeri. Namun, dia tidak secara spesifik agenda pertemuan dengan Prabowo itu. Dia hanya menyebutkan bahwa pertemuan partai politik maupun tokoh partai dalam sistem demokrasi merupakan hal biasa.

Dia mengaku tak jarang menjalin komunikasi dengan partai politik maupun tokoh partai lainnya.

Sohibul menanggapi pertemuan antara Luhut Panjaitan dan Prabowo sebagai komunikasi politik biasa. “Biasanya Pak Prabowo suka cerita, kemarin saya bertemu dengan Pak Luhut misalnya. Kemudian, apa isinya suka ceritakan, kami juga begitu,” ungkapnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno mengungkapkan partainya tidak akan buruburu dalam mengambil keputusan menghadapi Pilpres 2019.

Menurut Sandi, Prabowo tidak mau sekadar mendengar permintaan elite politik untuk mendeklarasikan diri sebagai calon presiden.

“Bukan hanya mendengar apa yang elite [politik] mau. Kalau yang elite mau kan maunya sekarang, sekarang, sekarang terus. Sementara kalau masyarakat bilang ‘yah kami ingin didengar’,” ujar Sandi di kawasan Kebayoran Baru.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan tengah merayu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat untuk bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi pada Pilpres 2019.

Hasto menyatakan upaya untuk menjalin komunikasi dan lobi-lobi untuk mewujudkan skenario tersebut terus dilakukan. Tujuannya untuk menjadikan mesin parpol pemenangan Jokowis semakin kuat.

“Ya nanti minggu depan pun kami PDIP akan datang ke PKB. Karena kami kemarin sudah bertemu dengan Bapak Muhaimin [Iskandar],” kata Hasto kepada wartawan.

Dia menambahkan tidak hanya PDIP, seluruh partai pengusung Jokowi juga telah dibagi tugas untuk melobi ke partai-partai di luar poros Jokowi. Hasto mengaku pihaknya enggan melawan kotak kosong pada Pilpres 2019.

Dia menyatakan upaya untuk menjalin komunikasi dan lobi-lobi untuk mewujudkan skenario tersebut terus dilakukan. Tujuannya untuk menjadikan mesin parpol pemenangan Jokowi semakin kuat.

“Ya nanti pekan depan pun kami PDIP akan datang ke PKB. Karena kami kemarin sudah bertemu dengan Bapak Muhaimin [Iskandar],” kata Hasto kepada wartawan.

Dia menambahkan bahwa tidak hanya PDIP, seluruh partai pengusung Jokowi juga telah dibagi tugas untuk melobi ke partai-partai di luar poros Jokowi.

Hasto mengaku PDIP enggan jika calon yang diusungnya nanti melawan kotak kosong pada Pilpres 2019. Karena itu dia juga akan menggagas pertemuan antara PDI Perjuangan dan partai lain seperti Gerindra, PKS, dan PAN untuk membangun kebersamaan dalam mewujudkan kompetisi yang sehat.

“Kami meyakini bahwa pilpres ke depan dipastikan tidak ada kotak kosong. Karena demokrasi juga memerlukan sebuah syarat adanya kontestasi gagasan untuk mencari yang terbaik,” kata Hasto.

 

Koordinasi

Hasto pun mengaku optimistis Pilpres 2019 akan diwarnai kontestasi meriah, sehingga masyarakat mendapat pilihan calon pemimpin.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto memastikan pihaknya belum menentukan apakah ingin membuat poros ketiga atau mendukung calon lain pada Pilpres 2019.

"Yang jelas sampai hari ini PD [Partai Demokrat] masih terus berkoordinasi, masih belum menentukan apakah itu akan ke poros ketiga, atau kepada pilihan lain," kata Agus di Kompleks Parlemen.

Menurut Agus, partainya terus berkomunikasi dengan partai-partai lain untuk menentukan sikap pada Pilpres 2019. "Ini memang masih ada waktu sehingga PD menggunakan sisa waktu ini seefektif mungkin. Kami memberikan capres dan cawapres yang terbaik untuk bangsa dan negara ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mahasiswa KKN UNY Kenalkan Inovasi Mi Sehat dari Kentang

Sleman
| Rabu, 24 April 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement