Advertisement

BMKG: Badai Geomagnetik G4 Tak Berdampak Signifikan di Indonesia

Newswire
Kamis, 13 November 2025 - 12:27 WIB
Sunartono
BMKG: Badai Geomagnetik G4 Tak Berdampak Signifikan di Indonesia Foto ilustrasi badai. - Dibuat menggunakan AI - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan badai geomagnetik kuat yang terjadi secara global pada 12–14 November 2025 tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap infrastruktur di Indonesia.

Ketua Tim Kerja Geofisika Potensial BMKG Syirojudin dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, mengatakan fenomena tersebut dipicu oleh aktivitas Matahari yang sangat tinggi berupa suar Matahari kelas X5.1, salah satu kategori terkuat dalam skala pengamatan cuaca antariksa.

Advertisement

“Peristiwa itu memicu lontaran plasma dan medan magnet berkecepatan tinggi atau Coronal Mass Ejection (CME) yang mengarah ke Bumi. Berdasarkan pantauan NOAA Space Weather Prediction Center (SWPC), tingkat badai geomagnetik mencapai level G4 atau kategori berat,” katanya, Kamis (13/11/2025).

Berdasarkan hasil pengamatan di sejumlah observatorium magnet bumi BMKG seperti di Tondano, Tuntungan, dan Serang, kata dia, aktivitas geomagnetik mulai terdeteksi sejak dini hari pada 12 November dan berlangsung selama tiga hari.

BMKG mengkonfirmasi nilai indeks K maksimum menunjukkan kondisi badai berat, namun relatif lebih kecil dampaknya di wilayah Indonesia.

Menurut Syirojudin, posisi geografis Indonesia di sekitar garis khatulistiwa menjadi faktor alami yang melindungi dari efek paling ekstrem badai geomagnetik.

“Wilayah ekuator memiliki sabuk magnetosfer yang kuat, disebut Equatorial Electrojet, yang berfungsi sebagai perisai dari partikel berenergi tinggi,” ujarnya.

Meski demikian Syirojudin mengingatkan potensi gangguan minor hingga moderat pada sistem komunikasi satelit dan navigasi berbasis GPS, serta kemungkinan gangguan sementara pada komunikasi radio frekuensi tinggi (HF) di wilayah Indonesia.

BMKG merekomendasikan pemantauan intensif terhadap perubahan aktivitas magnet bumi melalui indeks K dan indeks A secara waktu nyata (real-time), serta mendorong sektor transportasi udara dan laut yang bergantung pada sistem GPS untuk menyiapkan protokol komunikasi cadangan.

“Tidak ada alasan untuk panik. Perlindungan magnetosfer membuat ancaman terhadap kehidupan sehari-hari maupun jaringan listrik di Indonesia sangat kecil,” kata Syirojudin .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Cegah Kecelakaan, Dishub Bantul Periksa Bus Wisata

Cegah Kecelakaan, Dishub Bantul Periksa Bus Wisata

Bantul
| Kamis, 13 November 2025, 14:37 WIB

Advertisement

Sakral, Abhiseka Prambanan Rayakan Usia ke-1.169

Sakral, Abhiseka Prambanan Rayakan Usia ke-1.169

Wisata
| Kamis, 13 November 2025, 09:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement