Advertisement
Lepas Gadget, Anak-anak Diajak ke Alam Sambil Belajar Mitigasi Merapi

Advertisement
Harianjogja.com, MAGELANG—Gadget menjadi barang yang tak bisa dipisahkan dari tangan anak-anak. Nyaris tiada anak tanpa gadget khususnya di perkotaan. Sebuah inisiatif unik bertajuk Humanitrip difasilitasi oleh PKBM Inside Out School dan Asar Humanity digelar di Lereng Merapi, Srumbung, Magelang.
Anak-anak Panti Madania, Maguwoharjo, Sleman, melakukan kunjungan bermain dengan tema 'Nature Walk' bersama anak-anak warga belajar di PKBM Inside Out School pada Selasa pagi, 21 Oktober 2025.
Advertisement
"Nature Walk merupakan kegiatan rutin di sekolah berbasis alam Inside Out School, Magelang. Dengan bermain dan berjalan di alam liar, anak-anak diharapkan akan terpapar sinar matahari langsung dan memberi stimulus untuk bergerak aktif. Dengan pendampingan orang dewasa justru menjadi alternatif di tengah maraknya anak-anak kini yang kecanduan gadget dan internet," kata Ketua PKBM Inside Out School Magelang, Rabu (22/10/2025).
Kegiatan itu menjadi upaya mendekatkan kembali anak dengan alam. Anak tak hanya bermain, tetapi juga mengamati, memerhatikan, dan mensyukuri alamnya. Ia meyakini bermain di alam dapat meningkatkan beragam potensi, keterampilan, dan kecerdasan majemuk anak. "Misalnya kecerdasan spasial visual, jasmani kinestetik, interpersonal, bahkan kecerdasan pada elemen natural," katanya.
Inisiator kegiatan dari Asar Humanity Revangga Twin berharap anak-anak Panti Asuhan Balita Madania dapat membuka peluang eksplorasi lebih banyak mereka. Ia senang bisa memberikan pengalaman otentik bagi anak-anak untuk berinteraksi dan bermain langsung dengan alam bebas. "Karena selama ini anak-anak cuma bermain di panti dalam di tengah bangunan padat dan hiruk pikuk jalanan kota," kata Revangga.
Selain mengenali alam, anak-anak juga belajar tentang mitigasi bencana Gunung Merapi. Sudah menjadi pengetahuan lokal anak-anak lereng merapi bahwa jika ingin bermain di kali putih, lihatlah dahulu ke arah puncak gunung. Apakah mendung atau terlihat berkabut hebat. Berdasarkan laku titen ini, anak-anak Merapi memahami bahwa tidak disarankan bermain di kali jika puncak gunung terlihat mendung. Mendung di puncak gunung artinya akan ada potensi banjir lahar dingin ke arah sungai-sungai di sekitar rumah mereka di lereng merapi.
"Anak-anak senang sekali bisa melepaskan jenuh selama ini karena terkungkung gedung dan jalanan kota," kata Revangga.
Mereka beharap kegiatan ini dapat berlanjut. Tidak hanya antar dua lembaga, melainkan juga dapat melibatkan banyak komunitas, sekolah, dan lembaga sosial yang ada di Jogja dan Magelang. "Ke depan, kami berencana membuat Festival Dolanan Bocah dan Keceh Kali agar keseruan ini tidak hanya dirasakan oleh kami, melainkan oleh banyak anak-anak lain," kata Sulistiyawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Astragraphia Edukasi Mahasiswa Amikom Soal Inovasi Digital Printing
- AMBARRUKMO ATISOMYA: Perpaduan Kemewahan Warisan Budaya dan Pengalaman
- Dikaji Ulang, Izin Usaha Reklame Bantul Terkendala Aturan Pertanahan
- Kirab Trunajaya, Kereta Pusaka Turun Gunung
- Hampir 100 Persen Lulusan SMK-SMTI Yogyakarta Terserap Industri
- PLN UID Jateng DIY Bersama LAZiS Jateng Gelar Khitan Ceria
- Angka Tengkes Sleman 4,29 Persen, Paparan Rokok Faktor Risiko Utama
Advertisement
Advertisement