Advertisement
Tanah Longsor Tambang Gunung Kuda, Kisah yang Selamat dan Tinggal Nama

Advertisement
Harianjogja.com, CIREBON—Tanah longsor di tambang Gunung Kuda menyisakan duka mendalam. Gunung Kuda yang mereka percaya bisa menopang hidup, justru menelan nyawa.
Suasana pagi di area tambang galian C Gunung Kuda di Desa Cipanas, Cirebon, Jawa Barat, tampak seperti biasanya pada Jumat (30/5/2025).
Advertisement
Truk kosong mengantre di area tambang, menunggu giliran memuat batu.
Para pekerja tambang hingga kuli angkut dengan tubuh dibasuh keringat dan debu memulai aktivitas seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada tanda bahwa itu akan menjadi pagi terakhir bagi sebagian dari mereka.
Sekitar pukul 10.00 WIB, gemuruh terdengar dari atas bukit. Tebing batu setinggi puluhan meter ambruk dalam sekejap.
Longsor datang seperti palu godam, menenggelamkan truk hingga ekskavator, dan mengubur belasan tubuh pekerja yang tak sempat meminta tolong.
Setelahnya, kabar soal peristiwa longsor di Gunung Kuda menyebar ke mana-mana. Bahkan selang beberapa jam, lokasi area tambang itu dikerumuni warga yang penasaran.
Kemudian, sekitar pukul 13.00 WIB, tim penyelamat dari unsur TNI, Polri, Basarnas dan BPBD tiba di lokasi.
Garis polisi pun dipasang, area disterilkan, serta proses pencarian dan evakuasi korban saat itu juga dilakukan.
Di sekitar Gunung Kuda, sirine ambulans meraung tak henti. Di balik garis polisi, belasan keluarga menunggu dengan mata bengkak dan wajah pucat.
Harapan serta duka saling berebut ruang, sementara waktu terus berjalan, tanpa memberi jawaban cepat.
Medan curam dan labil, tak menyurutkan upaya tim penyelamat untuk terus menggali sampai mengerahkan alat berat. Harapannya, agar korban yang tertindih material longsor bisa segera dievakuasi saat itu.
Ayang yang Mencari Nafkah
Di antara tubuh yang tertimbun, ada nama Sakira. Seorang ayah, suami, dan tulang punggung keluarga.
Pria berusia 44 tahun asal Cikeusal, Kecamatan Gempol, Cirebon tersebut sempat menggigil demam pada malam sebelum tragedi. Namun pagi harinya, ia tetap memaksakan diri bekerja.
“Katanya buat jajan anak,” kenang sang kakak, Siti Jumeni, saat berbincang sambil menyeka air mata di RSUD Arjawinangun, tempat jenazah adiknya dibawa.
Sakira sudah puluhan tahun jadi kuli angkut batu di Gunung Kuda. Sejak lajang sampai menikah dan dikaruniai seorang anak.
Ia bekerja tanpa banyak kata. Sakit pun tak jadi alasan untuk berhenti.
Adapun upah yang diterima Sakira dan kuli angkut harian lainnya di Gunung Kuda berkisar Rp60 ribu hingga Rp170.000. Tidak besar memang, tetapi hanya itu mata pencaharian yang mereka miliki.
Pencarian terhadap Sakira berlangsung dua hari, tepatnya pada Sabtu (31/6). Kala itu harapan keluarganya terus menyala, meski kabar awal menyebut dia tertimbun bebatuan.
Akan tetapi ketika tubuhnya ditemukan, harapan itu padam. Takdir telah mendahului.
Sakira ditemukan dalam keadaan meninggal, tertindih material longsoran. Bersamanya, ditemukan dua korban lain yakni Sanadi, 47, dari desa yang sama, dan Sunadi, 30, dari Desa Girinata, Cirebon.
Tak jauh dari lokasi ditemukannya Sakira, Sukadi juga tak berhasil pulang dalam keadaan selamat. Ia bukan pengangkut batu, melainkan sopir truk.
Sebelum insiden longsor, ia sedang memuat batu ke kendaraannya. Ketika suara runtuhan terdengar, beberapa orang sempat lari, Sukadi juga.
Namun ia kembali. Kendaraan yang ia bawa belum selesai dimuat. Tanggung jawab jadi alasan, mungkin juga naluri pekerja yang tak ingin meninggalkan pekerjaan separuh jalan. Akan tetapi keputusan itu jadi yang terakhir.
“Suami saya balik ke truk. Katanya belum selesai muat. Eh, longsor datang lagi,” tutur istri Sukadi, Siti Rohaesih, 46, yang kini mendekap map cokelat berisi dokumen bantuan dari pemerintah. Matanya sembab, suara lirih nyaris tak terdengar.
Sukadi dan Siti telah menikah lebih dari dua dekade. Tiga anak jadi saksi perjuangan hidup mereka.
Anak bungsu mereka masih SMP, kini hidup tanpa sosok ayah yang biasa membopong hasil kerja keras dalam bentuk beras dan uang recehan.
“Beliau orangnya enggak banyak bicara, kerja keras, nggak pilih-pilih kerjaan. Sekarang saya sendiri,” kata Siti.
Kisah yang nyaris serupa datang dari Umi. Suaminya, Sarwa, juga bekerja sebagai kuli angkut batu di Gunung Kuda.
Sudah sembilan tahun lebih, pekerjaan itu jadi bagian dari hidupnya. Hari-harinya tak jauh dari batu, peluh, dan debu.
Pada Jumat pagi itu, Sarwa sempat pamit. Tak ada pelukan terakhir, tak ada firasat kuat, hanya wajah murung sejak malam sebelumnya. “Dia hanya bilang ke anaknya, Ayah kerja ya. Itu saja,” kenang Umi.
Tak lama setelah ia pergi, Umi menerima kabar dari rekan kerja suaminya. Sarwa tertimbun longsor di Gunung Kuda.
Sarwa ditemukan dalam keadaan tak bernyawa pada Jumat siang. Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya setelah semua prosedur evakuasi hingga identifikasi selesai.
BACA JUGA: Kehabisan Modal, Bakul Cilok di Nanggulan Kulonprogo Curi Sepeda Motor
Selamat dari Timbunan Batu
Di balik tumpukan material longsor, keajaiban kecil terjadi. Seorang sopir asal Indramayu, Taryana (45), berhasil keluar hidup-hidup dari dalam truk yang tertimbun batu.
Ia mengaku sempat panik, tetapi ponsel yang masih menyala jadi penyelamat. “Saya langsung telepon teman, bilang saya kejepit dan masih hidup,” katanya.
Selama 30 menit ia terjebak di dalam kabin sempit dan gelap. Upaya penyelamatan tak mudah. Dongkrak tak berfungsi.
Tim penyelamat akhirnya memakai pipa besi untuk membengkokkan setir. Dari celah sempit itu, Taryana merangkak keluar dengan luka ringan.
Hingga kini, ia masih mengingat momen ketika batu besar mulai bergerak dari atas bukit. “Saya baru muat tiga bucket. Begitu lihat ke atas, langsung lari ke truk. Kalau saya lambat, saya nggak ada di sini,” ucapnya.
Di sisi lain area tambang, Wawan, 50, warga Pabedilan, juga jadi saksi hidup dari peristiwa kelam itu.
Ia membawa anaknya, Ervan, 12, ke lokasi tambang yang hari itu libur sekolah. Saat longsor terjadi, Ervan berada di dalam mobil sendirian.
Wawan berhasil lari. Namun begitu sadar anaknya tertinggal, ia tak peduli batu masih berguguran. Ia menarik-narik operator alat berat, polisi, siapa saja yang bisa membantunya.
“Anak saya tertimbun selama tiga jam di dalam mobil. Tapi alhamdulillah masih selamat,” ucapnya, nyaris tak percaya.
Ruang kabin menyelamatkan nyawa Ervan. Meski mobil rusak parah, tubuh kecilnya terhindar dari maut. Dia hanya menangis diam di dalam. Tim penyelamat menemukannya dan segera menarik keluar.
Evakuasi
Hingga pendataan terakhir, total sudah ada 21 korban meninggal dunia yang dievakuasi tim gabungan dari unsur TNI, Polri, Basarnas, BPBD dan relawan di area Gunung Kuda.
Tim SAR gabungan belum berhasil menemukan empat korban yang tertimbun longsor di lokasi tambang galian C kawasan Gunung Kuda, hingga pencarian memasuki hari kelima, Selasa (3/6/2025).
Operasi pencarian dilakukan sejak pagi hari. Meski telah dilakukan penyisiran pada sejumlah titik prioritas, hingga Selasa petang hasilnya masih nihil dan pencarian dihentikan sementara karena kondisi medan dinilai tidak aman.
“Pencarian di hari kelima ini belum membuahkan hasil. Namun kami terus berupaya secara maksimal,” kata Komandan Kodim 0620/Kabupaten Cirebon Letkol Inf Mukhammad Yusron.
Empat korban yang belum ditemukan masing-masing bernama Muniah, 45; Tono, 57; Dedi Setiadi, 47; dan Nurakman, 51; seluruhnya merupakan warga Kabupaten Cirebon.
Pencarian masih dilakukan dalam masa tanggap darurat selama tujuh hari yang ditetapkan oleh Bupati Cirebon. Setelah masa itu berakhir, akan dilakukan evaluasi bersama pihak keluarga.
Potensi longsor susulan menjadi kendala utama bagi tim penyelamat. Kontur tanah dan kondisi geografis juga sangat membahayakan bagi para personel.
Koordinator Lapangan Kantor SAR Bandung Mamang Fatmono menjelaskan, berdasarkan hasil pemantauan dari Inspektur Tambang dari Kementerian ESDM, terdapat sembilan titik patahan tanah di kawasan Gunung Kuda.
Salah satu patahan terdeteksi sepanjang 100 meter dan masih terus bergerak, sehingga memaksa tim bekerja dengan sangat hati-hati di lapangan.
“Patahan itu miring dan posisinya memanjang ke bawah. Kalau tidak kuat, bisa runtuh sewaktu-waktu,” ujarnya.
Pemantauan pergerakan tanah dilakukan setiap 10 hingga 15 menit menggunakan alat total station milik PT Indocement, lalu dikirim langsung ke tim yang bekerja di zona merah.
Tim hanya akan bekerja jika kondisi zona dinyatakan aman. Protokol keselamatan diberlakukan secara ketat demi menghindari jatuhnya korban tambahan di antara petugas pencari.
Uluran Tangan
Seiring upaya pencarian yang terus dilakukan, bantuan bagi keluarga korban mulai disalurkan oleh pemerintah daerah maupun pusat.
Pemprov Jabar menyalurkan bantuan tunai sebesar Rp50 juta kepada masing-masing dari 33 keluarga korban, baik yang meninggal maupun luka-luka.
“Ini adalah bentuk empati dan tanggung jawab moral kepada para korban,” kata Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menyerahkan bantuan di Cirebon.
Selain itu, Pemprov Jabar juga menjamin pendidikan anak-anak korban yang masih sekolah, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dengan syarat memenuhi kualifikasi akademik.
Kementerian Sosial (Kemensos) turut menyalurkan bantuan senilai Rp384 juta untuk keluarga korban, termasuk dalam bentuk uang tunai, sembako, dan nutrisi dasar bagi warga terdampak.
Wakil Mensos Agus Jabo Priyono menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap aktivitas pertambangan di kawasan Gunung Kuda yang kerap mengalami longsor.
Ia menyatakan, meskipun kewenangan tambang berada di tangan pemerintah daerah, Kemensos siap mendampingi pemulihan sosial bagi masyarakat terdampak.
Tragedi longsor di tambang galian C Gunung Kuda menjadi kejadian luar biasa, yang membutuhkan penanganan khusus lintas sektor.
Langkah tanggap darurat melalui pencarian dan bantuan sosial memang penting, namun tidak cukup.
Diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap legalitas, tata kelola, hingga praktik pertambangan di Gunung Kuda.
Pemerintah daerah, sebagai pemegang kewenangan atas izin tambang, perlu bersikap tegas dalam menata ulang perizinan dan menghentikan kegiatan eksploitasi di wilayah rawan.
Jika tidak ditangani secara serius, Gunung Kuda bisa menjadi kuburan terbuka yang menunggu korban berikutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jadwal Layanan Operasional BCA Selama Libur Iduladha 2025
- Cek Kerusakan Alam Akibat Tambang Nikel, Bahlil Nyatakan akan Kunjungi Raja Ampat
- Soal Pencairan BSU, Menaker: Sebelum Minggu Kedua Kita Berharap Sudah Disalurkan
- KPK Pastikan Panggil Ridwan Kamil Dalam Kasus BJB
- Ada Akun Instagram Judi Online yang Pernah Di-follow Gibran, Kini Kena Takedown Kementerian Komdigi
Advertisement

Dialog PT KAI dan Warga Lempuyangan Masih Buntu, Masyarakat Kirim Surat Keberatan Kedua
Advertisement

Garebeg Besar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Digelar Hari Ini, Mulai Pukul 09.00 WIB
Advertisement
Berita Populer
- Donald Trump Tangguhkan Penerimaan Mahasiswa Asing di Universitas Harvard
- 9 Desa di Jateng Jadi Proyek Percontohan Penanggulangan Kemiskinan, Ini Daftarnya
- Isu Reshuffle Kabinet Prabowo, Begini Kata Istana
- Galakkan Gerakan Mageri Segoro, Ahmad Luthfi Tanam 1,5 Juta Mangrove di Pesisir Jateng
- KPK Periksa Empat Saksi Terkait Korupsi Bansos Presiden pada Masa Covid-19
- Dugaan Korupsi Pengadaan Laptop Rp9,9 Triliun, Kejagung Cekal 3 Eks Stafsus Nadiem Makarim
- Prabowo Salurkan 985 Sapi Kurban ke Seluruh Indonesia
Advertisement
Advertisement