Begini Pemanfaatan Nuklir untuk Diagnosa dan Terapi Medis
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Nuklir tidak hanya bermanfaat untuk energi. Di dunia medis, nuklir juga dapat berperan untuk diagnosa dan terapi medis yang aman dipergunakan.
Tenaga medis dari Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta dr Bangbang Aryanto mengatakan di Indonesia, ketika orang mendengar kata 'nuklir', yang terpikir adalah bom atau perang. Dia menjelaskan nuklir yang digunakan dalam kedokteran nuklir berasal dari sumber-sumber radioaktif buatan, tetapi masih dalam skala yang aman.
Advertisement
"Jadi kedokteran nuklir itu pelayanan, sumber pelayanan kesehatan yang menggunakan sumber radioaktif terbuka untuk peranan diagnostik, in vitro (di lab) maupun in vivo (dalam tubuh), untuk terapi dan penelitian," ujar Bangbang dalam "Kedokteran Nuklir di RS Sardjito, Ini Perannya dalam Pelayanan Kesehatan" yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (12/2/2024).
Baca Juga
Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pada 2032
Perkuat SDM Kenukliran, Mahasiswa dan Dosen Dikirim ke Rusia untuk Belajar Nuklir
Mandulkan Nyamuk DBD dengan Radiasi Nuklir
Dia menjelaskan yang membedakannya dengan radiologi adalah sumber energi radiasi tertutup yang berasal dari alat, seperti X-ray, CT scan, dan MRI. "Sedangkan di kedokteran nuklir, kita memberikan sumber radiasi terbuka melalui intravena (lewat pembuluh darah). Disuntikkan, dihirup, ditelan, lalu masuk ke dalam tubuh pasien, sehingga pasien sendiri yang akan memancarkan radiasi tersebut," ujarnya menambahkan.
Kemudian, ujarnya, radiasi yang dipancarkan oleh pasien tersebut ditangkap oleh kamera gamma, sehingga ada citranya. Bangbang menjelaskan dengan teknik kedokteran nuklir, fungsi organ juga dapat diketahui secara lebih presisi dalam diagnosis.
Dia mencontohkan dalam pemeriksaan ginjal yang menggunakan USG, dapat diketahui bentuk dan kontur ginjal, namun tidak diketahui fungsi ginjal tersebut. Sementara itu, ujarnya, dengan menggunakan teknik kedokteran nuklir, meski tidak diketahui kontur dan bentuknya, fungsi ginjal tersebut dapat diketahui, seperti persentase dan tingkat laju filtrasi glomerular yang dihitung dalam mililiter per menit.
Adapun contoh penggunaan teknik kedokteran nuklir yang paling sering digunakan adalah untuk pasien-pasien kanker tiroid, menggunakan iodium-131. "Dengan iodium radioaktif ini, kita menggunakan paparan sinar betanya untuk menghancurkan kelenjar tiroid," ujarnya.
Dia menjelaskan pengobatan dilakukan dengan skala molekuler yang sangat sensitif supaya tidak merusak jaringan lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kasus Korupsi Timah, Harvey Moeis Dituntut 12 Tahun Penjara
- BPK Diminta Segera Mengaudit Dana Pemilu dan Pilkada
- Donald Trump Tak Mau Ikut Campur Tumbangnya Bashar al-Assad di Suriah
- Wabah Mpox di Afrika Tewaskan 1.200 Jiwa
- Presiden Korea Selatan Yoon Minta Maaf Telah Keluarkan Pernyataan Darurat Militer
Advertisement
Jadwal SIM Keliling Kulonprogo Selasa 10 Desember 2024: Di Kantor PJR Temon
Advertisement
Habiskan 60 Kambing per Hari Selama Libur Akhir Tahun, Ini Harga Porsi Sate Klathak Pak Pong
Advertisement
Berita Populer
- Terdampak Serangan di Konflik Runtuhnya Rezim Bashar Al-Assad, Begini Kondisi KBRI Damaskus
- Politisi PDIP Ragukan Kenaikan PPN 12 Persen Bisa Dongkrak Penerimaam Negara
- Bertemu Presiden IsDB, Sri Mulyani Minta Serapan Tenaga Kerja Indonesia Ditingkatkan
- Jusuf Kalla Kembali Diminta Pimpin PMI untuk Periode 2024-2029
- Donald Trump Tak Mau Ikut Campur Tumbangnya Bashar al-Assad di Suriah
- Afrika Selatan Minta Israel Setop Perang Barbar pada Rakyat Palestina
- Pemerintah Ajak Investor Bangun Bioskop hingga Perdesaan
Advertisement
Advertisement