Advertisement

Begini Pemanfaatan Nuklir untuk Diagnosa dan Terapi Medis

Newswire
Senin, 12 Februari 2024 - 23:27 WIB
Mediani Dyah Natalia
Begini Pemanfaatan Nuklir untuk Diagnosa dan Terapi Medis Ilustrasi pemanfaatan nuklir. Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Nuklir tidak hanya bermanfaat untuk energi. Di dunia medis, nuklir juga dapat berperan untuk diagnosa dan terapi medis yang aman dipergunakan.

Tenaga medis dari Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta dr Bangbang Aryanto mengatakan di Indonesia, ketika orang mendengar kata 'nuklir', yang terpikir adalah bom atau perang. Dia menjelaskan nuklir yang digunakan dalam kedokteran nuklir berasal dari sumber-sumber radioaktif buatan, tetapi masih dalam skala yang aman.

Advertisement

"Jadi kedokteran nuklir itu pelayanan, sumber pelayanan kesehatan yang menggunakan sumber radioaktif terbuka untuk peranan diagnostik, in vitro (di lab) maupun in vivo (dalam tubuh), untuk terapi dan penelitian," ujar Bangbang dalam "Kedokteran Nuklir di RS Sardjito, Ini Perannya dalam Pelayanan Kesehatan" yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (12/2/2024).

Baca Juga

Indonesia Bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pada 2032

Perkuat SDM Kenukliran, Mahasiswa dan Dosen Dikirim ke Rusia untuk Belajar Nuklir

Mandulkan Nyamuk DBD dengan Radiasi Nuklir

Dia menjelaskan yang membedakannya dengan radiologi adalah sumber energi radiasi tertutup yang berasal dari alat, seperti X-ray, CT scan, dan MRI. "Sedangkan di kedokteran nuklir, kita memberikan sumber radiasi terbuka melalui intravena (lewat pembuluh darah). Disuntikkan, dihirup, ditelan, lalu masuk ke dalam tubuh pasien, sehingga pasien sendiri yang akan memancarkan radiasi tersebut," ujarnya menambahkan.

Kemudian, ujarnya, radiasi yang dipancarkan oleh pasien tersebut ditangkap oleh kamera gamma, sehingga ada citranya. Bangbang menjelaskan dengan teknik kedokteran nuklir, fungsi organ juga dapat diketahui secara lebih presisi dalam diagnosis.

Dia mencontohkan dalam pemeriksaan ginjal yang menggunakan USG, dapat diketahui bentuk dan kontur ginjal, namun tidak diketahui fungsi ginjal tersebut. Sementara itu, ujarnya, dengan menggunakan teknik kedokteran nuklir, meski tidak diketahui kontur dan bentuknya, fungsi ginjal tersebut dapat diketahui, seperti persentase dan tingkat laju filtrasi glomerular yang dihitung dalam mililiter per menit.

Adapun contoh penggunaan teknik kedokteran nuklir yang paling sering digunakan adalah untuk pasien-pasien kanker tiroid, menggunakan iodium-131. "Dengan iodium radioaktif ini, kita menggunakan paparan sinar betanya untuk menghancurkan kelenjar tiroid," ujarnya.

Dia menjelaskan pengobatan dilakukan dengan skala molekuler yang sangat sensitif supaya tidak merusak jaringan lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Gunungkidul Akan Dimulai di SDN Wonosari I

Gunungkidul
| Kamis, 05 Desember 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Republik Palau, Negara Kepulauan di Dekat Indonesia yang Jarang Disebut

Wisata
| Selasa, 03 Desember 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement