Advertisement
Bukannya untuk Bekerja, Internet Justru Lebih Banyak untuk Main TikTok

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebut penggunaan internet untuk keperluan bekerja masih minim. Mayoritas masyarakat Indonesia justru menggunakan internet untuk aplikasi hiburan.
BACA JUGA: Cuti Bersama Iduladha 2023 Tak Wajib untuk Perusahaan Swasta
Advertisement
"Ternyata lebih banyak digunakan untuk akses medsos [media sosial], main TikTok terbanyak," ujar Ida saat membuka Symposium on Human Capital Master of Business Administration Universitas Gadjah Mada (MBA UGM), Kamis (3/8/2023).
Ida mengatakan kondisi tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah dan seluruh stakeholder terkait. Terutama dalam meningkatkan penggunaan akses internet untuk keterampilan digital.
"Apakah kita mampu mengatasi tantangan digitalisasi ini? Saya jawab mampu, kita harus optimistis mampu," tutur Ida.
Menurutnya, bonus demografi menjadi salah satu berkah yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan talenta digital. Penduduk usia produktif hingga tahun 2035 disebut akan jauh lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.
Ida optimistis Indonesia pada 2035 akan menjadi negara dengan angkatan kerja terbanyak di kawasan Asia Tenggara dan menjadi salah satu yang terbesar di Asia. Bonus demografi harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi beban.
"Hanya sedikit negara yang dapat anugerah bonus demografi, hal ini harus dimanfaatkan untuk menumbuhkan perekonomian kita, berkontribusi untuk memperkuat Indonesia Emas 2045," jelas Ida.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani dalam pengukuhan anggota pengurus Apindo 2023-2028, Senin (31/7/2023) menuturkan bahwa industri 4.0 telah mentransformasi tatanan pekerjaan dan kebutuhan tenaga kerja masa depan. Shinta menyebut laporan Future of Jobs Report dari World Economic Forum memprediksi 85 juta pekerjaan akan tergantikan mesin.
Kendati demikian, diperkirakan ada 97 juta pekerjaan baru yang muncul dengan tren baru seperti digitalisasi ekonomi. Oleh karena itu, Shinta berujar bahwa beban demografi hanya bisa diubah menjadi bonus demografi jika tingkat produktivitas, pendidikan, dan keterampilan kelompok usia produktif Indonesia menjadi lebih tinggi pada periode 2020-2035.
(Sumber: Bisnis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kasus Pengaturan Skor Liga 2 Indonesia, Klub Suap Wasit hingga Rp1 Miliar
- Sederet Artis yang Raup Cuan dari TikTok Shop
- Ini Modus Tersangka Pengaturan Skor Liga 2 Indonesia
- TikTok Dilarang Jualan, 6 Juta Penjual dan 7 Juta Kreator Bisa Gulung Tikar
- Ingat! BPJS Kesehatan Tidak Menanggung Biaya Berobat 21 Kondisi Penyakit
Advertisement

Sudah Kembalikan Semua Uang Suap Tanah Kas Desa, Kejati DIY Tetap Sita Tanah Krido
Advertisement

Di Coober Pedy, Penduduk Tinggal dan Beribadah di Bawah Tanah
Advertisement
Berita Populer
- Lereng Gunung Merbabu Kebakaran, Pemadaman Dilakukan dengan Alat Seadanya
- Dugaan Kasus Korupsi Kementan, KPK Geledah Rumah Mentan Syahrul Yasin Limpo
- Dituding Menuduh Prabowo, MAKI Melaporkan Akun Tiktok ke Polisi
- Demokrat Disebut Belum Tentu Mendukung Maksimal Prabowo Subianto
- Kaesang Dapat Pujian dari Luhut, Disebut Hebat
- Merayakan Maulid Nabi Muhammad Bareng Santri, Erick Thohir Beri Bola
- Gibran Didukung Relawan Maluku Utara lewat Deklarasi Beta Gibran Malut
Advertisement
Advertisement