Advertisement
Pertemuan Menteri Energi G20, Konsensus soal Bahan Bakar Fosil Gagal

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Pertemuan Menteri Energi negara-negara G20 yang berakhir Sabtu (22/7/2023). Dalam pertemuan itu, para menteri tidak menghasilkan konsensus mengenai pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.
Mengutip Bloomberg, Senin (24/7/2023), sejumlah negara tampak setuju perlunya mengurangi penggunaan minyak dan gas secara bertahap. Hanya saja, beberapa negara lainnya berpendapat bahwa kekhawatiran akan emisi dapat diatasi dengan teknologi penghilangan karbon.
Advertisement
BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Kembali Memanas, Dipicu Utang AS yang Belum Selesai
Menteri Energi India Raj Kumar Singh mengatakan beberapa negara dari Timur Tengah merasa bahwa masalah emisi dapat diatasi dengan teknologi seperti carbon capture, utilization, and storage (CCUS) atau teknologi pengurangan lainnya.
"Pada umumnya, semua negara memiliki pandangan yang sama mengenai perlunya mengatasi perubahan iklim," ungkap Singh.
Pertemuan yang digelar di Provinsi Goa tersebut bertujuan untuk menetapkan nada transisi energi menjelang KTT G20 pada bulan September dan forum COP28 di Dubai pada bulan Desember mendatang.
Para menteri bertemu ketika cuaca ekstrem melanda beberapa bagian Eropa, Asia dan Amerika Serikat, termasuk gelombang panas yang telah memecahkan rekor suhu tertinggi dan menyebabkan kematian di India dan negara lain.
Peristiwa ini mendorong tuntutan akan urgensi yang lebih besar dalam aksi iklim, dan agar negara-negara membuat komitmen yang lebih besar untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C.
Utusan iklim AS John Kerry mengatakan perundingan yang berlangsung selama seminggu terakhir antara AS dan China yang merupakan dua negara penghasil emisi terbesar di dunia gagal menghasilkan kemajuan yang berarti, meskipun kedua negara tersebut akan mempercepat diskusi dan menemukan beberapa kesepakatan mengenai perlunya mengurangi penggunaan batu bara.
Para pejabat di Goa juga gagal menyepakati bahasa yang sama untuk mengkritik Rusia atas invasinya ke Ukraina pada tahun 2022, yang merusak rantai pasokan global dan memukul pasokan energi ke banyak negara.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyerang Wakil Menteri Energi Pertama Rusia Pavel Sorokin karena mempromosikan pandangan dunia yang salah penyebab krisis energi dan perang di Ukraina secara umum.
Habeck, yang juga menjabat sebagai menteri untuk aksi iklim, menghadiri pertemuan ini sebagai perhentian terakhir dari perjalanan tiga hari ke India untuk memimpin sebuah delegasi yang terdiri dari para anggota parlemen Jerman dan para pemimpin bisnis.
”Rusia dan Arab Saudi menolak kesepakatan untuk melipatgandakan kapasitas pembangkit energi terbarukan pada tahun 2030, sedangkan China mencegah peningkatan kerja sama dalam hal bahan baku yang sangat penting,” ungkap Habeck.
Di sisi lain, pertemuan ini menyepakati mobilisasi pendanaan berbiaya rendah untuk transisi energi, pengembangan teknologi seperti hidrogen bersih, penyimpanan energi, dan juga menyediakan akses universal ke energi.
Pertemuan ini juga sepakat untuk mempertimbangkan hidrogen biru yang diproduksi dalam proses yang mengeluarkan karbon dioksida yang diserap, setara dengan hidrogen hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Top Ten News Harianjogja.com, Jumat 11 Juli 2025: Dari Polda Jateng Grebek Pabrik Pupuk Palsu sampai Penemuan Mayat Pegawai Kemendagri
Advertisement

Ruas JJLS Baron Ambles, Pengguna Jalan Diminta Berhati-Hati
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement