Advertisement

Pertemuan Menteri Energi G20, Konsensus soal Bahan Bakar Fosil Gagal

Aprianto Cahyo Nugroho
Senin, 24 Juli 2023 - 07:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Pertemuan Menteri Energi G20, Konsensus soal Bahan Bakar Fosil Gagal Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia - Bloomberg/Jason Alden

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA–Pertemuan Menteri Energi negara-negara G20 yang berakhir Sabtu (22/7/2023). Dalam pertemuan itu, para menteri tidak menghasilkan konsensus mengenai pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.

Mengutip Bloomberg, Senin (24/7/2023), sejumlah negara tampak setuju perlunya mengurangi penggunaan minyak dan gas secara bertahap. Hanya saja, beberapa negara lainnya berpendapat bahwa kekhawatiran akan emisi dapat diatasi dengan teknologi penghilangan karbon.

Advertisement

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Kembali Memanas, Dipicu Utang AS yang Belum Selesai

Menteri Energi India Raj Kumar Singh mengatakan beberapa negara dari Timur Tengah merasa bahwa masalah emisi dapat diatasi dengan teknologi seperti carbon capture, utilization, and storage (CCUS) atau teknologi pengurangan lainnya.

"Pada umumnya, semua negara memiliki pandangan yang sama mengenai perlunya mengatasi perubahan iklim," ungkap Singh.

Pertemuan yang digelar di Provinsi Goa tersebut bertujuan untuk menetapkan nada transisi energi menjelang KTT G20 pada bulan September dan forum COP28 di Dubai pada bulan Desember mendatang.

Para menteri bertemu ketika cuaca ekstrem melanda beberapa bagian Eropa, Asia dan Amerika Serikat, termasuk gelombang panas yang telah memecahkan rekor suhu tertinggi dan menyebabkan kematian di India dan negara lain.

Peristiwa ini mendorong tuntutan akan urgensi yang lebih besar dalam aksi iklim, dan agar negara-negara membuat komitmen yang lebih besar untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C.  

Utusan iklim AS John Kerry mengatakan perundingan yang berlangsung selama seminggu terakhir antara AS dan China yang merupakan dua negara penghasil emisi terbesar di dunia gagal menghasilkan kemajuan yang berarti, meskipun kedua negara tersebut akan mempercepat diskusi dan menemukan beberapa kesepakatan mengenai perlunya mengurangi penggunaan batu bara.

Para pejabat di Goa juga gagal menyepakati bahasa yang sama untuk mengkritik Rusia atas invasinya ke Ukraina pada tahun 2022, yang merusak rantai pasokan global dan memukul pasokan energi ke banyak negara.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyerang Wakil Menteri Energi Pertama Rusia Pavel Sorokin karena mempromosikan pandangan dunia yang salah penyebab krisis energi dan perang di Ukraina secara umum.

Habeck, yang juga menjabat sebagai menteri untuk aksi iklim, menghadiri pertemuan ini sebagai perhentian terakhir dari perjalanan tiga hari ke India untuk memimpin sebuah delegasi yang terdiri dari para anggota parlemen Jerman dan para pemimpin bisnis. 

”Rusia dan Arab Saudi menolak kesepakatan untuk melipatgandakan kapasitas pembangkit energi terbarukan pada tahun 2030, sedangkan China mencegah peningkatan kerja sama dalam hal bahan baku yang sangat penting,” ungkap Habeck.

Di sisi lain, pertemuan ini menyepakati mobilisasi pendanaan berbiaya rendah untuk transisi energi, pengembangan teknologi seperti hidrogen bersih, penyimpanan energi, dan juga menyediakan akses universal ke energi.

Pertemuan ini juga sepakat untuk mempertimbangkan hidrogen biru yang diproduksi dalam proses yang mengeluarkan karbon dioksida yang diserap, setara dengan hidrogen hijau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Daerah Lain Naik, Dinkes Sleman Klaim Ada Tren Penurunan Kasus DBD

Sleman
| Selasa, 07 Mei 2024, 05:37 WIB

Advertisement

alt

Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk

Wisata
| Sabtu, 04 Mei 2024, 09:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement