Advertisement

Promo November

95% Kasus Rabies Disebabkan Gigitan Anjing, Begini Saran Kemenkes

Widya Islamiati
Sabtu, 03 Juni 2023 - 14:47 WIB
Abdul Hamied Razak
95% Kasus Rabies Disebabkan Gigitan Anjing, Begini Saran Kemenkes Vaksinasi, sterilisasi, dan kontrol populasi hewan pembawa rabies yang dilakukan Pemkot Denpasar bersama Yayasan Bali Animal Welfare Association, Rabu (23/5/2018).-JIBI - Ema Sukarelawanto

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA–Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan ada 11 kasus kematian yang disebabkan oleh rabies. Dari jumlah tersebut, sebanyak 95 % kasus disebabkan oleh gigitan anjing. Masyarakat diminta untuk segera datangi fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat apabila digigit anjing.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi menuturkan rabies memang tidak hanya disebabkan oleh gigitan anjing. Ada beberapa hewan liar yang juga bisa menularkan penyakit ini.

Advertisement

“Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi 95 persen karena gigitan anjing,” tutur Imran dalam keterangan resminya pada Sabtu (3/6/2023).

BACA JUGA: Kenali Bahaya Virus Rabies dan Pertolongan Pertama jika Digigit Anjing

Imran menyebut sebagian besar kematian-kematian akibat rabies itu disebabkan karena terlambat dibawa ke faskes, padahal di faskes akan dilakukan uji luka. 

“Mereka merasa hanya gigitan kecil dan tidak berdarah, sehingga mereka datang ke Faskes sudah pada kondisi parah, seringnya itu di atas 1 bulan setelah digigit,” kata Imran.

Kemenkes mencatat hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia. 

Saat ini ada 25 provinsi yang menjadi endemis rabies tapi hanya 8 provinsi yang bebas rabies yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.

Status kejadian luar biasa (KLB) rabies di Indonesia juga sudah ditetapkan di dua kabupaten di Kabupaten Sikka, NTT dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Situasi rabies di Indonesia tahun 2020 hingga April 2023, rata-rata per tahun kasus gigitan sebanyak 82.634, kemudian yang diberi vaksin anti rabies hampir 57.000.

“Rabies merupakan tantangan besar di Indonesia karena dalam tiga tahun terakhir kasus gigitan hewan rabies itu rata-rata setahunnya lebih dari 80.000 kasus dan kematiannya rata-rata 68 orang,” tambah dr. Imran.

BACA JUGA: Warga Jogja! Pemkot Sediakan 2.500 Vaksinasi Rabies Gratis

Menurutnya, untuk kita bisa eliminasi rabies pada manusia itu intervensi utamanya adalah memberi vaksinasi pada anjingnya. Pasalnya, jika hewan pembawa rabies ini masih berkeliaran dan tidak terlindungi oleh vaksin maka masih bisa menularkan rabies ke manusia. 

Imran juga menjelaskan, pada 2023 Kemenkes sudah mengadakan vaksin untuk manusia sebanyak 241.700 vial dan serumnya sebanyak 1.650 vial. Saat ini vaksin dan serum tersebut sudah didistribusikan ke provinsi hampir 227.000 vial vaksin dan lebih dari 1.550 vial serum. Sebetulnya vaksin yang diadakan itu merupakan buffer bukan utama.

“Di daerah-daerah juga mereka mengadakan vaksin rabies sendiri seperti Bali. Mereka punya dana untuk membeli vaksin anti rabies tidak hanya  mengandalkan dari pusat, bahkan di beberapa kabupaten di Bali juga punya anggaran untuk vaksin anti rabies, baik untuk hewan maupun untuk manusia,” jelas dr. Imran.

Dari sisi ketersediaan vaksin anti rabies di lapangan, Imran menyebutkan dalam hal ini pemerintah sudah mempunyai stok melakukan pengadaan dan juga mendistribusikannya ke provinsi, meskipun vaksin anti rabies ini sangat bervariasi.

Menurutnya, masyarakat tidak perlu panik ketika digigit hewan penular rabies seperti anjing, ada beberapa langkah pertolongan pertama yang harus diketahui agar gigitan tersebut bisa tertangani dengan tepat.

Pertama, harus secepatnya cuci luka gigitan dengan sabun/detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian beri antiseptik dan sejenisnya. Lalu, bawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.

Adapun gejala rabies pada manusia di tahap awal adalah demam, badan lemas dan lesu, tidak nafsu makan, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan, dan sering ditemukan nyeri. Setelah itu, muncul rasa kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan, cemas, dan mulai timbul fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, dan fotofobia sebelum meninggal dunia.

BACA JUGA: 8 Provinsi Dinyatakan Bebas Rabies, Salah Satunya DIY

Sementara, gejala hewan yang terkena rabies dapat ditandai dengan karakter hewan menjadi ganas dan tidak nurut pada pemiliknya, tidak mampu menelan, lumpuh, mulut terbuka dan air liur keluar secara berlebihan, kemudian bersembunyi di tempat gelap dan sejuk, ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang, dan diikuti oleh kematian.

Pada rabies asimtomatik hewan tidak memperlihatkan gejala sakit namun tiba-tiba mati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Resmi Diluncurkan, 2 Bus Listrik Baru Trans Jogja Bertahan hingga 300 Km Sekali Isi Daya

Jogja
| Jum'at, 22 November 2024, 16:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement