Advertisement

Promo November

Leptospirosis : Sukoharjo Peringkat Kedua Tertinggi di Jateng

JIBI
Kamis, 03 November 2022 - 10:47 WIB
Jumali
Leptospirosis : Sukoharjo Peringkat Kedua Tertinggi di Jateng Ilustrasi leptospirosis, - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, SUKOHARJO – Tercatat pada 2022, tujuh warga Sukoharjo meninggal dunia karena penyakit leptospirosis.

BACA JUGA : Awas, Potensi Leptospirosis di Gunungkidul Cukup Tinggi

Advertisement

Angka tersebut membuat Kabupaten Sukoharjo berada di urutan kedua angka kematian tertinggi akibat Leptospirosis di Jawa Tengah.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, pada Januari-September terdapat 389 orang di Jawa Tengah terkena leptospirosis. Dari angka tersebut 14% atau 55 orang meninggal dunia.

Kabupaten Jepara menjadi persentase Tertinggi yakni sebesar 50% angka kematian. Kemudian presentase kematian tertinggi kedua oleh Kabupaten Sukoharjo sebanyak 39% dan disusul Kota Semarang 30%.

Saat dikonfirmasi atas kasus tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, menyampaikan, presentase kematian leptospirosis tertinggi kedua itu merupakan hasil surveillance atau pengawasan petugas yang saat ini lebih aktif. Sehingga data kasus terbilang lebih banyak.

“Surveillance kami lebih aktif, artinya dengan penemuan kasus leptospirosis ini surveillance jalan, jadi malah bisa diketahui, karena dulu yang ketahuan cuma empat,” terang Tri Tuti, Rabu (2/11/2022).

Sedangkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, pada 2022 ini ditemukan 19 kasus leptospirosis, 7 di antaranya meninggal dunia. Angka tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada 2021 dengan temuan 4 kasus 1 di antaranya meninggal dunia.

Jumlah kasus leptospirosis di Sukoharjo dari tahun ke tahun terbilang fluktuatif, pada 2020 ditemukan 14 kasus, 1 di antaranya meninggal.

Kemudian pada 2019 sejumlah 10 kasus tercatat, 3 di antaranya meninggal dunia. Pada 2018 4 orang meninggal dunia dari total 17 kasus yang ditemukan. Sedangkan pada 2017 ditemukan 3 kasus yang semuanya dinyatakan sembuh. Pada 2016 dari 9 kasus yang ditemukan sejumlah 3 kasus meninggal dunia.

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira, dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian.

Penyakit ini kadang disebut penyakit kencing tikus, penyakit ini menular melalui hewan ke manusia. Sementara saat ini belum ditemukan kasus penularan dari manusia ke manusia.

“Biasanya kasus ini meningkat pasca banjir, karena penyakit ini banyak dari air genangan atau tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira. Biasanya dari kencing tikus,” terangnya.

Menurut dia, seluruh kasus leptospirosis dilakukan penanganan di fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pengendalian kasus leptospirosis sudah dilakukan, di antaranya sosialisasi tentang penyakit, pencegahan, hingga upaya pengendalian leptospirosis. Dia menyatakan peningkatan kasus ini kembali pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari manusia itu sendiri.

Terpisah, Direktur RSUD Ir Soekarno Sukoharjo Yunia Wahdiyati mengatakan pada 2022 RSUD Ir Soekarno Sukoharjo hingga Oktober lalu telah merawat 5 orang pasien yang mengidap leptospirosis.

Pada tahun sebelumnya yakni 2021 ada 2 pasien penderita leptospirosis yang menjalani rawat inap dan 3 rawat jalan.

Dari kasus leptospirosis yang ditemukan di RSUD tidak ada pasien yang ditemukan meninggal. Dia membeberkan gejala penyakit leptospirosis di antaranya adalah mual, muntah, meriang, sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, diare, kulit atau area putih pada mata yang menguning, demam, ruam, dan konjungtivitis.

Leptospirosis biasanya menunjukkan gejala secara mendadak dalam waktu dua pekan setelah penderita terinfeksi.

Leptospirosis memiliki gejala yang mirip dengan penyakit flu. Namun, jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam seperti gagal ginjal akut yang bahkan mengancam nyawa.

“Penularannya lewat tempat-tempat kotor tercemar urine tikus, jadi sebisa mungkin bilamana dilingkungan rumah yang sekiranya berpotensi ada tikus mesti dibersihkan, termasuk selokan yang pampat,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Awasi Masa Tenang, Bawaslu Siagakan Semua Petugas Pengawas

Jogja
| Jum'at, 22 November 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement