Advertisement

Jelajah Kuliner: Sarapan Nasi Penggel Bersama Bupati Kebumen

Sirojul Khafid
Sabtu, 22 Oktober 2022 - 13:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Jelajah Kuliner: Sarapan Nasi Penggel Bersama Bupati Kebumen Arif Sugiyanto (baju hitam) saat berada di Dapur Jirolu, Kebumen, Selasa (18/10/2022). - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Kebumen Beriman. Beriman merupakan singkatan Bersih, Indah, Manfaat, Aman, dan Nyaman. Agar bisa lebih ‘aman’ berada di Kebumen, makan siang bersama Kebumen Satu alias Bupati mungkin menarik. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Sirojul Khafid.

Sekitar pukul 12.00 WIB, Arif Sugiyanto sampai di Dapur Jirolu Kebumen. Beberapa orang yang sudah datang terlebih dahulu berdiri saat Arif datang menggunakan mobil ber-plat nomor AA 1 D. Setelah menyapa para pejabat pemerintahan kabupaten, Bupati Kebumen ini bertemu dengan tim Jelajah Kuliner: Merawat Masakan Warisan Leluhur. Jelajah Kuliner merupakan persembahan Harian Jogja dan didukung oleh Badan Otorita Borobudur dan Alfamart.

Advertisement

Jam yang bertepatan dengan waktu makan siang membawa mereka menuju tempat pengambilan nasi, sayur, dan lauk-pauk. Dari semua yang ada di meja makanan, salah satu yang mencuri perhatian yaitu nasi berbentuk bulat-bulat, seukuran bola ping pong.

“Ini nasi penggel, khas dari Kebumen,” kata Arif di Dapur Jirolu, Jalan HM Sarbini No.182, Wonoyoso, Bumirejo, Kebumen, Selasa (18/10/2022).

“Salah satu jenis kearifan lokal di masyarakat. Ini mengingatkan saya saat dulu mengantarkan nasi penggel ke sawah.”

Sembari mengambil nasi, sayur, dan lauk-pauk, Arif bercerita apabila saat kecil, dia tidak jarang mengantarkan nasi penggel beserta sayur dan lauk-pauk ke sawah. Nasi yang sudah matang dibentuk bulat-bulat. Setelahnya dikipas beberapa saat di nampan atau sejenisnya.

Proses pengipasan ini membuat kadar gula pada nasi berkurang. Saat mengantar ke sawah, nasi penggel dipisah dengan sayur dan lauk-pauk. Selain selera orang yang berbeda, nasi yang berbentuk bulat juga memudahkan dalam pembagian atau distribusi.

Setelah mengambil tiga bulatan nasi penggel, gori, kikil, tempe, dan telur, Arif duduk bersama tim jelajah. Di meja tersebut sudah ada peralatan seperti gelas dan teko poci, dengan model tradisional.

Makanan yang menjadi warisan leluhur, seperti nasi penggel dan perlengkapannya sudah masuk dalam kandungan makanan sehat. Ada kandungan protein, serat, dan lainnya. “Nasinya dikit, lauk dan sayurnya dibanyakin. Jangan nasinya segunung tapi lauknya sedikit. Dengan proporsi makanan seperti ini, semoga menjadi upaya terhindar dari stunting,” kata Arif.

Menyantap makanan sehat dan lengkap kandungannya juga tidak harus mahal. “Mbak, semua pesanan saya ini berapa harganya?” tanya Arif pada penanggung jawab Dapur Jirolu, Hiba Annisa.

“Ini semua harganya Rp10.000,” jawab Hiba.

Menghidupi warisan leluhur dengan caranya

Masih banyak warung yang menjual nasi penggel di Kebumen, termasuk di sekitar alun-alun dan Jalan Pemuda. Resep masakan warisan leluhur ini masih menjadi alternatif makanan bagi masyarakat Kebumen, terutama untuk sarapan.

Hal ini yang membuat Dapur Jirolu menjual nasi penggel. Berbeda dengan kebanyakan warung lainnya, konsep di sini berupa penggabungan makanan tradisional dengan pengemasan modern. “Masakan di sini konsepnya ndeso, termasuk bangunannya, sistem Jawa semua, tapi kami kemas lebih modern,” kata Hiba tentang Dapur Jirolu yang sudah beroperasi sejak Januari 2021 ini.

Resep makanan juga mempertahankan ilmu dari orangtua dan kakek-nenek pemilik. Konsep lebih modern agar memudahkan pelanggan, yang sebagian besar wisatawan, untuk bisa menikmati masakan yang ada di sini. Kebanyakan wisatawan berasal dari luar Kebumen seperti Magelang, Temanggung, sampai Malaysia.

“Respon mereka sangat baik, dan katanya pas di lidah. Mereka tertarik berkunjung lagi misal ke Kebumen,” katanya. “Di hari kerja, Dapur Jirolu yang hanya berdurasi 10 menit dari Timur Alun-Alun Kebumen ini bisa menjual sampai 50 porsi, sementara akhir pekan bisa 70 porsi.”

Tak ada emas, wisata pun jadi

Sudah belasan menit Arif menyantap makanan di depannya. Namun belum lebih dari setengah porsi yang berkurang. Dia lebih banyak bercerita tentang tanah kelahirannya. Kebumen tidak punya tambang batu bara atau emas. Tidak banyak pula pabrik yang bisa menyerap belasan ribu pekerja.

Namun untuk sektor pariwisata, Kebumen memiliki banyak potensi yang sedang dan akan terus dikembangkan. Salah satu upayanya, Pemerintah Kabupaten Kebumen telah membuat roadmap berupa kawasan wisata terpadu.

Di berbagai sudut Kebumen dari Timur, Barat, Selatan, sampai Utara banyak destinasi wisata dengan berbagai jenis. Ada bentangan pantai sepanjang 57 kilometer yang sudah banyak dikenal, salah satunya Pantai Menganti.

Di salah satu sudut pantainya, ada kawasan tambak udang terintegrasi berbasis ramah lingkungan. “Ini menjadi ikon pertama di Indonesia dengan luas sekitar 100 hektare. Menjadi wisata edukasi. Karena produksi di sini, jadi enggak pakai formalin,” kata Arif. “Dalam waktu dekat juga akan ada event marathon di pinggir pantai sebagai penguat wisata.”

Selain pantai, adapula potensi wisata seperti hutan mangrove, gua barat, gua jatijajar, Benteng Van Der Wijck, Waduk Sempor, pemandian air panas, sampai Geopark Karangsambung. Setelah senang dan lelah jalan-jalan, maka bisa mencicipi berbagai kuliner seperti nasi penggel, nasi oyek, emping, jipang, dan lainnya.

Arif mengatakan apabila harga makanan sampai penginapan masih cukup terjangkau. Dengan berbagai potensi tersebut, dia menganggap tidak cukup sehari di Kebumen, tapi setidaknya dua atau tiga hari berlibur.

Dari sisi akses, banyak alternatif transportasi umum yang bisa dijajal. Melalui Yogyakarta International Airport, hanya perlu waktu sekitar satu jam menuju pusat kota Kebumen. “Anggap saja itu bandaranya Kebumen,” kata Arif sembari tertawa.

Untuk kereta api, sudah ada rute eksekutif sampai ekonomi. Hanya perlu waktu sekitar enam jam dari Jakarta. Terminal juga diklaim sudah cukup baik secara fasilitas.

Dengan semua potensi ini, Pemerintah Kabupaten Kebumen berupaya memaksimalkan dari sisi regulator dan fasilitator. Pemerintah bukan pihak yang langsung terjun di lapangan. Hal ini agar peran masyarakat bisa lebih maksimal.

“Semakin berkembang wisata, harapannya bisa menciptakan wirausaha, yang nantinya membuka lapangan pekerjaan. Jangan malu berusaha, zaman dulu mungkin harus jadi PNS, TNI, Polisi, padahal kalau memiliki kreatifitas, bisa jauh lebih menghasilkan.”

Jalan memang masih panjang untuk Kebumen. Masih banyak pekerjaan rumah agar bisa mewujudkan salah satu tagline mereka berupa Manglingi atau Maen, Nyenengi, Lewih Ngangeni. Tapi yang pasti, semua harus diawali. Salah satunya melalui periode kepemimpinan Arif.

Makanan Arif sudah habis. Dia juga hendak melanjutkan ke agenda selanjutnya. Setelah menyapa para pelanggan di sekitarnya, Arif menuju mobil AA 1 D. Dia pergi dari Dapur Jirolu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Cara Membeli Tiket KA Bandara Jogja via Online

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement