Advertisement
Mantan Presiden Rusia Sebut Perang di Ukraina Tak Dapat Dihentikan, Ini Alasannya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Mantan Presiden Rudia Dmitry Medvedev menegaskan Rusia tidak dapat menghentikan perang di Ukraina yang sudah berlangsung enam bulan.
Dikutip dari Channelnewsasia, Sabu (27/8/2022), Medvedev adalah sekutu utama Presiden Vladimir Putin dan kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.
Advertisement
BACA JUGA: Kabar Gembira! Bulan Depan Trans Jogja Akan Diintegrasikan dengan KRL
Dia menegaskan Moskwa tidak akan menghentikan operasi militernya di Ukraina bahkan jika Kyiv secara resmi membatalkan keinginan untuk bergabung dengan NATO.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi Prancis, dia menyebut Rusia siap untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan syarat-syarat tertentu.
Sebelum invasi pada Februari 2022, Moskwa menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat diterima.
"Meninggalkan partisipasinya dalam aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tetapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," kata Medvedev kepada televisi LCI dalam kutipan yang dilaporkan oleh kantor berita Rusia.
Rusia, katanya, akan melanjutkan operasi militer sampai tujuannya tercapai. Putin mengatakan dia ingin "denazifikasi" Ukraina. Kyiv dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk perang.
Rusia dan Ukraina mengadakan beberapa kali pembicaraan setelah invasi dimulai, tetapi tidak membuat kemajuan.
"Ini (pembicaraan) akan tergantung pada bagaimana peristiwa itu terjadi. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelensky)," kata Medvedev.
BACA JUGA: Pemeriksaan Disetop, Istri Ferdy Sambo Tidak Ditahan
Dalam komentarnya, dia juga mengatakan senjata Amerika Serikat (AS) yang sudah dipasok ke Ukraina - seperti peluncur roket ganda HIMARS - belum menimbulkan ancaman substansial.
Tapi itu bisa berubah, katanya, jika senjata yang dikirim AS bisa mengenai target pada jarak yang lebih jauh.
“Artinya ketika rudal semacam ini terbang 70 km, itu satu hal,” katanya.
"Tapi ketika itu 300 km – 400 km, itu lain, sekarang itu akan menjadi ancaman langsung ke wilayah Federasi Rusia,” tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
- 66 Pegawai KPK Pelaku Pungutan Liar di Rumah Tahanan Dipecat
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
- WhatsApp Bocor, Israel Dikabarkan Gunakan Data untuk Serang Rumah Warga Palestina
- Tentara Israel Dikabarkan Siap Menyerang Kota Rafah di Gaza Selatan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jokowi Minta Prabowo-Gibran Persiapakan Diri Usai Ditetapkan KPU
- Wapres Ma'ruf Amin Segera Temui Gibran, Ini yang Akan Dibahas
- Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Ajukan Praperadilan, KPK: Silahkan, Itu Hak Tersangka
- Tentara Israel Dikabarkan Siap Menyerang Kota Rafah di Gaza Selatan
- WhatsApp Bocor, Israel Dikabarkan Gunakan Data untuk Serang Rumah Warga Palestina
- Penetapan Pemenang Pilpres 2024, Prabowo: Tinggalkan Sakit Hati
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
Advertisement
Advertisement