Advertisement

Satu Tahun KRL Jogja–Solo, Elektrifikasi Terus Berkembang

Dany Saputra
Senin, 07 Maret 2022 - 14:57 WIB
Budi Cahyana
Satu Tahun KRL Jogja–Solo, Elektrifikasi Terus Berkembang Ilustrasi rangkaian kereta rel listrik (KRL) melintas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Minggu (19/4/2020). Bisnis - Arief Hermawan P

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Selama satu tahun beroperasi, KRL Jogja–Solo melayani lebih dari 2 juta penumpang. 

"Selama satu tahun beroperasi, [KRL Joga–Solo] telah melayani 2,2 juta penumpang, 11 stasiun pemberhentian, 10 keberangkatan dari Solo Balapan dan 10 keberangkatan dari Jogja pada hari kerja," ujar Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo pada webinar, Jumat (4/3/2022).

Advertisement

Secara total, KRL ini melewati 12 stasiun yakni Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo, Brambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari, dan Solo Balapan. Jumlah stasiun yang dilewati saat akhir pekan lebih banyak (24) jika dibandingkan dengan hari kerja (20).

Sebelum diresmikan pada Maret tahun lalu, KRL ini telah beroperasi sejak satu bulan sebelumnya yakni pada 10 Februari 2021. KRL ini beroperasi menggantikan kereta api Prambanan Ekspress atau Prameks yang bergerak dengan mesin diesel.

Ke depannya, elektrifikasi kereta api atau jalur KRL akan diperluas hingga wilayah aglomerasi Bandung Raya dan Surabaya Raya. Didiek akan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk pembangunan lintas jalur KRL.

"Kita menunggu Pak Zulfikri [Dirjen Perkeretaapian] untuk menyelesaikan lintas Bandung Raya yang sekarang sedang dilakukan double track. Ke depannya, akan menuju ke Surabaya Raya. Ini adalah kira-kira arah pembangunan KRL ke depan," tuturnya.

Saat ini, Ditjen Perkeretaapian Kemenhub tengah berfokus untuk memperpanjang jalur KRL Jogja–Solo, hingga mencapai stasiun Palur.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri mengatakan pembangunan layanan KRL hingga Palur ini sudah dibangun sejak 2020. Dia mengatakan hingga saat ini pembangunan gardu-gardu sepanjang jalur KRL tersebut sudah hampir selesai.

Dia menargetkan pembangunan sarana dan prasarana dari perpanjangan jalur KRL Jogja–Solo ini rampung pada Agustus 2022, termasuk pembangunan Depo yang berlokasi di Stasiun Solo Jebres.

"Mohon doanya pada 2022 ini bisa kita operasikan sesegera mungkin elektrifikasi menambah panjang ke Solo Jebres dan Palur," ujarnya.

Kemudian, dia juga menyampaikan bahwa pemerintah juga akan mendorong pembangunan KRL atau elektrifikasi kereta api hingga ke seluruh wilayah Jawa.

"Sementara dari sisi barat ke Jogja, kita juga sudah punya rencana. Namun akan kita coba lihat secara bertahap segmen mana yang bisa kita kembangkan dan bisa dimanfaatkan masyarakat sepanjang koridor Jogja–Solo," tutupnya.  

Layanan KRL Jogja–Solo juga dinilai telah mengefisienkan waktu tempuh yang dihabiskan para penumpang pada mobilitas setiap harinya. Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM Arif Wismadi mengatakan KRL pengganti KA Prameks itu mengefisienkan waktu tempuh dalam wilayah aglomerasi menjadi hanya sekitar 1 jam 8 menit.

Sebelumnya, transportasi dengan mobil atau kendaraan jalur darat biasa bisa memakan waktu sekitar 1 jam 50 menit dari Surakarta menuju Yogyakarta. Sementara itu, KA Prameks memakan waktu durasi perjalanan sepanjang 1 jam 15 menit.

Padahal, menurut Arif, waktu ideal atau syarat maksimum untuk bertransportasi dengan moda transportasi urban adalah 1 jam atau selama 60 menit. Dia mengatakan saat ini KRL Solo-Jogja sudah lebih mendekati capaian ideal tersebut.

"Ini artinya hemat bisa hemat 42 menit [dibandingkan memakai jalur darat atau jalan raya]. Ini sebetulnya adalah suatu layanan yang luar biasa. Kalau KRL, memang sudah bisa mendekatkan kepada syarat maksimum 1 jam," tutur Arif.

Masyarakat di wilayah aglomerasi Yogyakarta–Solo dinilai antusias dalam menggunakan layanan KRL kedua di Indonesia tersebut. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai capaian dari KRL Jogja–Solo selama satu tahun beroperasi merupakan bukti antusiasme publik dalam menggunakan moda transportasi publik tersebut, meskipun masih di tengah pandemi Covid-19.

Dia mengatakan adanya layanan KRL ini bisa mendorong peralihan penggunaan transportasi pribadi ke moda KRL, di tengah masyarakat. Menurutnya, sebelum ada KRL Jogja–Solo, masyarakat lebih cenderung untuk menggunakan transportasi pribadi jalur darat untuk mobilitas sehari-hari.

Hal tersebut, lanjut Budi, memiliki konsekuensi terhadap peningkatan penggunaan BBM. Dia meyakini elektrifikasi kereta api bisa menjadi solusi untuk permasalahan tersebut.

"Kehadiran KRL ini akan berkontribusi pada pengurangan angka konsumsi BBM hingga 51,7 persen dan kita berharap tingkat peralihan minat masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi ke KRL mencapai 50 persen," terangnya pada kesempatan yang sama.

Saat ini, KAI Group tercatat mengelola 9.446 unit yang di antaranya merupakan KRL sebanyak 1.040 unit. Selain itu, KRL mengelola sebanyak 2.017 kereta penumpang, 7.839 gerbong, 482 lokomotif, dan 85 KRD atau kereta rel diesel.

Sementara itu, penggunaan energi pengoperasian sarana saat ini mayoritas digunakan untuk KRL commuter Jabodetabek dan Jogja–Solo sebesar 65 persen. Sedangkan, 35 persen diesel digunakan untuk kereta api jarak jauh, angkutan barang dan sebagian kereta api lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pencurian Ternak di Kulonprogo Marak, 5 Kambing Hilang dalam Semalam

Kulonprogo
| Kamis, 25 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement