Advertisement

Lumpur Lapindo Disebut Kandung Harta Karun Super Langka, Siapa Pemiliknya?

Setyo Aji Harjanto
Senin, 24 Januari 2022 - 10:07 WIB
Budi Cahyana
Lumpur Lapindo Disebut Kandung Harta Karun Super Langka, Siapa Pemiliknya? Area terdampak lumpur di area pengeboran minyak Brantas yang dikelola Lapindo. - JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah meneliti kandungan logam super langka dalam material lumpur Lapindo, Sidoarjo. Penelitian ini disampaikan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono pada pekan lalu.

Menurut dia, kajian intensif potensi kandungan logam tanah jarang dan critical raw material yang sangat langka di bumi dalam Lumpur Lapindo, Sidoarjo sebagai tindak lanjut penjajakan awal yang sempat dilakukan oleh Badan Geologi bekerja sama dengan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara pada 2020. 

Advertisement

“Secara umum di daerah ini di Sidoarjo memang ada indikasi terkait dengan keberadaan logam tanah jarang ya, selain itu ada logam lain ada critical raw material yang jumlahnya justru lebih besar,” kata Eko.

STATUS KEPEMILIKAN AREAL LUMPUR LAPINDO

Sejumlah pihak berpotensi mengeruk cuan dari kandungan logam ini. Bisnis.com mengonfirmasi kepada Sekretaris Perusahaan Minarak Group Ananda Arthaneli. Menurutnya, status kawasan mengacu kepada peta area terdampak (PAT) 22 Maret 2007. 

"Bahwa tanah dan bangunan tersebut [kini tertimbun lumpur Lapindo] yang merupakan bagian dalam PAT 22 Maret 2007 yang sudah dilakukan jual beli oleh PT Minarak Lapindo Jaya," katanya, Minggu (23/1/2022). 

Namun demikian, dia mengakui area ini merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi sesuai yang diatur Perpres 76 tahun 2015 dan diatur dalam Perjanjian Dana Antisipasi. "Saat ini kami masih berdiskusi dengan pemerintah terkait dengan settlement [penyelesaiannya]," katanya. 

Sebagai gambaran, timah dan logam tanah jarang memiliki hubungan yang cukup erat. Logam tanah jarang diperoleh dari pertambangan timah yang menghasilkan monasit. Jenis ini paling memungkinkan untuk dikembangkan menjadi sejumlah produk. 

Selain itu, timah tanah jarang juga dapat dimanfaatkan untuk industri kesehatan, seperti teknologi pendeteksi kanker dan jenis penyakit lagi. Lainnya adalah pembangkit listrik, penyimpanan listrik, dan pendukung tambang, hingga kebutuhan untuk kendaraan bermotor berbasis baterai. 

Kajian potensi mineral pertambangan timah yang sempat dilakukan Kementerian ESDM pada 2017 menemukan volume endapan mengandung logam tanah jarang di Indonesia cukup besar. Di Sumatra terdapat setidaknya 19.000 ton logam tanah jarang. 

Kemudian di Pulau Bangka Belitung sekitar 383.000 ton, serta Kalimantan dan Sulawesi masing-masing memiliki minimal 219 dan 443 ton logam tanah jarang. Di tingkat global, China memproduksi 84 persen dari total produksi logam tanah jarang dunia. Kemudian Australia 11 persen, Rusia 2 persen, Brazil dan India sebanyak 1 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Syawalan ke Ponpes dan Panti Asuhan, Pj. Bupati Kulonprogo Salurkan Bantuan

Kulonprogo
| Kamis, 18 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement