Advertisement
Meski Sangat Penting, Isu Lingkungan Belum Jadi Agenda Parpol di Indonesia
Aktivis Greenpeace Indonesia berunjuk rasa memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang menyatakan Amerika Serikat mundur dari Perjanjian Paris, di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Rabu (7/6). - Antara/Widodo S Jusuf
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah Adhityani Putri mengatakan krisis lingkungan dan perubahan iklim nelum menjadi agenda partai politik di Indonesia. Menurutnya, isu lingkungan selalu menjadi agenda tersembunyi di dalam diskursus politik Indonesia.
“Jika di dalam agenda-agenda politik, krisis iklim selalu jadi agenda yang tersembunyi di balik lingkungan hidup dan paling bontot dari daftar pertanyaan di setiap panggung politik,” ujarnya dalam Webinar Persepsi Pemilih Pemula dan Muda (Gen Z dan Milenial) atas Permasalahan Krisis Iklim di Indonesia, Rabu (27/10/2021).
Advertisement
Putri tak menampik bahwa sudah banyak politisi banyak yang fasih bicara krisis lingkungan, namun tidak pernah jadi agenda utama. “Agenda utamanya selalu hal lain, bukan krisis iklim. Padahal krisis iklim mempunyai dampak multidimensional,” jelas Putri.
Dia menjelaskan, temuan survei Indikator Politik yang mengungkapkan mayoritas generasi muda peduli terhadap krisis lingkungan menjadi kabar yang positif. “Selama ini kan mereka, generasi muda kerap disebut generasi rebahan, hanya peduli pada lifestyle, sparkling dan sebagainya,” ungkapnya.
Direktur Indikator Politik Burhanudin Muhtadi mengatakan isu perubahan iklim dan Krisis lingkungan hanya banyak didorong oleh masyarakat sipil dan NGO (Non Govermental Organization). “Sejak Climate Change di Bali 2007 jelas sekali isu ini belum mempengaruhi lanskap elektoral di Indonesia,” ujar Burhanudin.
Diketahui, survei Indikator Politik bersama Yayasan Indonesia Cerah mengungkapkan bahwa mayoritas anak muda sangat khawatir terhadap masalah korupsi dan kerusakan lingkungan.
Ada 64 persen anak muda yang sangat khawatir masalah korupsi, agak khawatir 21 persen, dan sedikit khawatir 8 persen. Sedangkan, sangat khawatir terhadap kerusakan lingkungan 52 persen, agak khawatir 30 persen, dan sedikit khawatir 13 persen.
"Korupsi memang menempati posisi paling tinggi sangat khawatir, tapi isu kerusakan lingkungan itu juga mendapatkan kepedulian perhatian kalangan anak muda yang sangat besar," kata Burhanuddin, Rabu (27/10/2021).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Disnakertrans DIY Pastikan Pakai Formula Baru Penetapan UMP 2026
Advertisement
9 Destinasi Wisata Songkhla yang Populer di Thailand Selatan
Advertisement
Berita Populer
- Hampir 9 Jam di KPK, Yaqut Tegaskan Diperiksa sebagai Saksi
- Sepekan Pascagempa Magnitudo 7,5, Jepang Cabut Imbauan Darurat
- PSIM Jogja Tembus 5 Besar, Van Gastel Minta Pemain Rendah Hati
- Taman Kuliner Ala Majapahit Dibuka di Pantai Sepanjang Gunungkidul
- DKUKMPP Bantul Kaji Penambahan Stok LPG Jelang Nataru
- PSSI Resmi Lepas Indra Sjafri Usai Timnas U-22 Tersingkir di SEA Games
- 55 Tahun Festival Sendratari, Seni Budaya DIY Terus Menyala
Advertisement
Advertisement



