Advertisement
Ahmad Massoud Sebut Afghanistan Terancam Perang Saudara

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Tokoh oposisi Afghanistan yang menentang pengambilalihan negara oleh Taliban, Ahmad Massoud memperingatkan bahwa perang saudara baru tidak dapat dihindari kalau tidak ada perjanjian pembagian kekuasaan yang komprehensif.
Putra dari Ahmad Shah Massoud, yang menentang Taliban pada 1990-an dan dibunuh dua hari sebelum peristiwa 9/11 pada 2001 itu mengatakan kepada saluran televisi Al Arabiya bahwa perang tidak dapat dihindari jika Taliban menolak untuk berdialog.
Advertisement
"Kami menghadapi Uni Soviet, dan kami akan mampu menghadapi Taliban," katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (23/8/2021).
Massoud, yang merupakan pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan, telah mendirikan pangkalan di lembah Panjshir. Wilayah di utara Kabul itu juga menjadi tempat mantan wakil presiden Amrullah Saleh berlindung. Dalam komentarnya di Washington Post minggu lalu dia menyerukan AS untuk memasok pasukannya dengan senjata.
Taliban mengatakan bahwa ratusan pejuangnya sedang menuju ke Lembah Panjshir untuk mengendalikan wilayah itu setelah pejabat negara setempat menolak untuk menyerahkan wilayah tersebut secara damai.
Peringatan Massoud disampaikan setelah Taliban bergerak untuk menunjukkan bahwa mereka segera menguasai daerah-daerah di sekitar bandara Kabul yang kacau. Pihak NATO mengatakan 20 orang tewas dalam seminggu terakhir.
Sebagian saksi melaporkan kemarin bahwa pejuang Taliban menembak ke udara dan menggunakan tongkat untuk memaksa orang untuk membentuk antrian tertib di luar gerbang utama bandara. Kelompok militan yang merebut kembali ibukota Afghanistan minggu lalu setelah 20 tahun itu menyatakan tengah mengawasi evakuasi yang dipimpin oleh pasukan asing.
Namun, tidak jelas apakah kehadiran Taliban yang semakin terorganisir di sekitar bandara juga akan mengakibatkannya mengendalikan siapa yang dapat memasuki bandara dan meninggalkan negara itu karena juru bicara kelompok itu menggunakan situasi di bandara untuk mengkritik AS.
James Heappey, menteri angkatan bersenjata Inggris, mengatakan arus di luar bandara telah membaik karena Taliban mengatur orang-orang ke dalam antrian terpisah untuk kepentingan evakuasi warga AS dan Inggris.
Langkah itu membuat kerumunan di luar bandara berkurang. Dia mengatakan langkah itu juga sangat membantu pihaknya mempercepat evakuasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : The Guardian
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

Jalan Trisik Penghubung Jembatan Pandansimo di Kulonprogo Rusak Berat Akibat Truk Tambang
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement