Advertisement
Impor Tabung Gas & Oksigen Direlaksasi saat Tingginya Permintaan, Ini Dampaknya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Kebijakan pembebasan bea masuk untuk oksigen dan tabung oksigen, dinilai bisa mendorong penurunan harga produk tersebut. Namun demikian, pemerintah tetap perlu melakukan pengawasan demi menjamin konsumen mendapat harga yang sesuai.
“Pembebasan bea masuk dalam situasi darurat dibenarkan karena adanya kenaikan permintaan. Yang paling penting adalah pengawasan di hilir sehingga harga yang dibayarkan masyarakat tidak dipermainkan,” kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Minggu (18/7/2021).
Advertisement
Bhima juga menilai penetapan harga eceran tertinggi diperlukan sebagai acuan yang jelas. HET juga bisa menjadi instrumen yang membantu pengawasan barang beredar. Dengan demikian, penjual yang memasarkan produk di atas HET bisa dijerat dengan sanksi yang ditetapkan.
BACA JUGA : Agen Oksigen Berhenti Memasok Konsumen, Ini Alasannya
Dia mengatakan relaksasi impor bisa memberi jaminan tambahan pasokan, sembari menyiapkan industri di dalam negeri meningkatkan kapasitas produksi untuk produk yang sudah dihasilkan tetapi belum optimal.
“Kenaikan permintaan oksigen akan direspons dengan produksi domestik yang lebih tinggi. Jika akhirnya pasokan oksigen melimpah, produsen dalam negeri juga memiliki peluang tambahan ekspor ke negara yang membutuhkan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio menilai kebijakan pembebasan bea masuk barang-barang kritikal penanganan Covid-19 merupakan langkah yang tepat di tengah lonjakan permintaan. Meski demikian, dia juga mengatakan bahwa penetapan HET bisa berdampak positif dan negatif.
“Positifnya kita punya batas harga tertinggi, tetapi kita tidak tahu apakah harga bisa ditekan lagi. Pada akhirnya pemerintah bermain di margin keuntungan wajar yang bisa diperoleh penjual,” kata Andry.
BACA JUGA : Indonesia Impor Ribuan Generator Oksigen dari China
Efektivitas relaksasi impor terhadap pergerakan harga di dalam negeri, kata Andry, akan sangat tergantung pada seberapa banyak oksigen dan tabung oksigen dapat dipasok dari luar negeri dan seperti apa perkembangan permintaan di dalam negeri.
Menurutnya, kapasitas produsen dalam negeri untuk memproduksi oksigen medis tetap perlu didorong untuk mengoptimalisasi pasokan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Top Ten News Harianjogja.com, Jumat 11 Juli 2025: Dari Polda Jateng Grebek Pabrik Pupuk Palsu sampai Penemuan Mayat Pegawai Kemendagri
Advertisement

Ruas JJLS Baron Ambles, Pengguna Jalan Diminta Berhati-Hati
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Sertipikat Elektronik Diterapkan Bertahap, Sertipikat Tanah Lama Tetap Berlaku
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement
Advertisement