Advertisement

Kurang Diapresiasi, Pendidikan Berbasis Kebudayaan Lokal Masih Harus Diperjuangkan

Mutiara Nabila
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 08:17 WIB
Nina Atmasari
Kurang Diapresiasi, Pendidikan Berbasis Kebudayaan Lokal Masih Harus Diperjuangkan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril dalam telekonferensi di Jakarta, Kamis (8/10). (ANTARA - Indriani)

Advertisement

Haranjogja.com, JAKARTA – Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Iwan Syahril mengungkapkan pendidikan berbasis kebudayaan dan kearifan lokal masih harus diperjuangkan.

Alasannya, kebanggaan terhadap isu keberagaman nasional, dinilai kurang mendapat apresiasi dari masyarakat dan sistem pendidikan lokal sendiri. Bahkan, sampai saat ini banyak karya lokal yang masih kurang mendapat apresiasi, bahkan sering dipolitisasi.

Advertisement

“Kita masih memiliki PR besar yaitu pembangunan mental karakter bangsa kita. Kita cenderung melihat kalau bangsa sendiri yang melakukan tidak ada apresiasi. Begitu dari bangsa luar jadi perhatian dan kita mengiyakan saja, padahal sebetulnya yang kita lakukan di bangsa Indonesia juga banyak dalam berbagai karya,” ujarnya dalam diskusi bedah buku ‘Pendidikan yang Berkebudayaan’, Jumat (30/10/2020).

Baca juga: Pakar: Gejala Kanker Paru Bisa Dilihat dari Kelopak Mata yang Mengendur

Menurutnya, perilaku dan sistem pendidikan tersebut harus diberantas dan dikikis habis, pendidikan harus memupuk ke arah yang memerdekakan anak didik, percaya pada diri sendiri, pada kekuatan diri sendiri, dan mendukung potensi-potensi kelokalan.

“Kurikulum kita dari dulu teksnya kan diolah untuk jadi bahan pembelajaran termasuk pendidikan karakter. Tapi, karakter tidak bisa hanya diucapkan, pendidik itu harus menjadi teladan dan menguatkan semangat dan memberdayakan dan memerdekakan menjadi mandiri,” jelasnya.

Dalam diskusi tersebut juga dikatakan bahwa ada kemungkinan pendidikan di Indonesia terjebak dalam paradoks kata pendidikan, di mana belajar untuk menambah pengetahuan.

Baca juga: Banyak Relawan Jokowi Jadi Pejabat BUMN, Fadli Zon: Bukan BUMN tapi Badan Usaha Milik Relawan

Sedangkan maksud pendidikan yang sebenarnya adalah untuk mengasah kemampuan diri supaya menjadi diri yang produktif - menghasilkan, yang dimaksud dengan kemandirian diri.

Dalam diskusi tersebut, penulis buku ‘Pendidikan yang Berkebudayaan’ Yudi Latif, Kepala BPIP 2018, juga menyarakan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih harus memperdalam potensi-potensi lokal yang dimiliki, dengan prinsip Trikon dari Ki Hadjar Dewantara.

“Sesuai dengan petuah Minang, ‘alam takambang manjadi guru’, budaya daerah itu ibarat akar dan budaya nasional itu bagaikan pucuk. Jika pucuknya patah atau mati, masih ada harapan tunas bisa tumbuh. Tapi jika akar mati, maka pasti tunas tak bisa muncul. Intinya, budaya daya harus tetap dipastikan kuat agar budaya nasional bisa rimbun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Budayawan di Jogja Dilibatkan Pembuatan Maskot Pilkada 2024

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement