Advertisement
Jadi Kontroversi, Ada yang Usulkan Puasa Ramadan Ditunda karena Corona
Foto ilustrasi. - Ist/Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Dunia sedang menghadapi pandemi corona Covid-19. Banyak kegiatan dibatalkan atau ditunda, baik itu di bidang ekonomi, sosial-budaya, termasuk olahraga. Banyak negara juga telah membatasi pergerakan luar ruangan atau aktivitas sosial warganya karena penyebaran Covid-19 yang masih terus meluas.
Salah satu yang terkini, bahkan puasa Ramadan yang segera menjelang pun ada yang mengusulkan untuk ditangguhkan atau ditunda pelaksanaannya, atas dasar kekhawatiran kian meluasnya penyebaran corona. Pendapat atau seruan itu tepatnya muncul dari salah seorang politisi Aljazair bernama Noureddine Boukrouh.
Advertisement
Sebagaimana dikutip dari pemberitaan di laman MiddleEastMonitor, Rabu (15/4/2020), Boukrouh pada intinya mengimbau agar ibadah puasa Ramadan tahun ini ditangguhkan dulu. Pertimbangannya menurutnya adalah karena "(puasa) memiliki risiko kesehatan dan dapat berkontribusi pada meluasnya coronavirus".
Noureddine Boukrouh sendiri menyampaikan pendapat sekaligus imbauannya agar puasa ditunda itu lewat sebuah artikel berjudul "Coronavirus dan Peradaban" yang diunggahnya di laman media sosial Facebook.
"Umat Muslim harus (memilih) menunda berpuasa, karena tubuh yang lapar bisa meningkatkan kerentanannya (terinfeksi) dan dapat memicu penyebaran Covid-19, atau (mereka) memilih untuk tetap berpuasa dengan risiko penyebaran lebih luas virus tersebut," tulis mantan pimpinan Partai Pembaruan Aljazair itu.
Untuk diketahui, Aljazair adalah salah satu negara di kawasan Afrika Utara yang antara lain berbatasan dengan Maroko, Tunisia, juga Libya. Berpenduduk sekitar 43 juta jiwa, sebanyak 99 persen warganya adalah umat Islam.
Kontan, pandangan sekaligus seruan Boukrouh itu memancing kontroversi sekaligus reaksi keras, terutama di media sosial, hingga membuat heboh negerinya. Sebagian berpendapat bahwa imbauan Noureddine Boukrouh itu bisa memicu munculnya yurisprudensi dalam penanganan krisis (corona) saat ini. Sementara, banyak pihak lain mengecamnya karena dinilai mengintervensi urusan "murni soal religius di mana hanya ahli agama dan medis yang bisa memastikannya".
Sejauh ini, sebagaimana catatan MiddleEastMonitor, belum ada komentar dari Kementerian Urusan Agama maupun dari lembaga keagamaan lainnya di Aljazair terkait imbauan yang membuat heboh tersebut. Noureddine Boukrouh sendiri menyatakan bahwa dia menulis artikel itu setelah sebuah diskusi di Masjid Al-Azhar terkait hal ini pada 7 April lalu.
Pada pekan lalu, juga disampaikan antara lain melalui Facebook, Al-Azhar International Centre for Electronic Fatwa menyatakan bahwa "seorang Muslim tidak boleh membatalkan puasa Ramadan kecuali dokter memutuskan dan membuktikan secara ilmiah bahwa puasa itu membuatnya rentan terhadap infeksi dan kematian akibat coronavirus; sebuah fakta yang belum terbukti secara ilmiah hingga saat ini".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bupati Banyuwangi Dukung Rencana Baru Proyek Kereta Cepat Whoosh
- Hanyut di Sungai Jolinggo Kendal, Tiga Mahasiswa KKN UIN Semarang MD
- Prabowo Minta Pintu Pelintasan Diperbarui Cegah Kecelakaan Kereta Api
- Uang Judi Online di Indonesia Kalahkan Nilai Korupsi
- Jonan Bantah Diberi Tawaran Menteri Seusai Temui Prabowo
Advertisement
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Abrasi Pesisir Kulonprogo Makin Parah, Rusak Kualitas Air dan Vegetasi
- Jalur Trans Jogja, Keliling Kota hingga Sleman dan Bantul
- KA Bandara YIA Upayakan Tambah Perjalanan Saat Natal dan Tahun Baru
- Harga Emas Hari Ini Selasa 4 November 2025
- Pemerintah Matangkan Pembangunan Sekolah Rakyat di Moyudan
- Sassuolo vs Genoa Skor 1-2, Jay Idzes Tampil Penuh
- Diringkus KPK, Gubernur Riau Abdul Wahid Dibawa ke Jakarta Hari Ini
Advertisement
Advertisement




