Advertisement
Ini yang Harus Dipertimbangkan Pemerintah Sebelum Memutuskan Lockdown atau Tidak

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta masyarakat menjalankan semua kegiatan, termasuk bekerja, belajar, dan beribadah, dari rumah untuk mengurangi penularan virus Corona (Covid-19).
Meski demikian, Presiden belum memutuskan untuk menutup wilayah (lockdown) seperti yang sudah dilakukan negara lain, misalnya China, Itali, dan Filipina.
Advertisement
Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menilai jika lockdown benar-benar diberlakukan, hampir semua bidang usaha harus dihentikan.
"Mana saja yang akan berhenti berproduksi atau beroperasi bergantung pada keputusan pemerintah. Namun, jenis usaha seperti rumah sakit, apotek, ritel bahan pokok, jasa antarmakanan [catering] tidak boleh ditutup," katanya saat dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Senin (16/3/2020).
Dia menuturkan pemerintah harus menutup sektor manufaktur, termasuk semua pabrik dan gudang, yang ada di wilayah tertentu. Pasalnya, jumlah pekerja di sektor manufaktur sangat banyak jumlahnya.
Selain itu, pekerja pabrik pasti bekerja bersama-sama dalam satu atau beberapa di kawasan pabrik tersebut. Eric tak menampik pertumbuhan ekonomi bakal melorot jika pemerintah memberlakukan lockdown untuk beberapa minggu.
Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi selama satu triwulan akan melambat atau mengalami kontraksi akibat lockdown. Namun, pertumbuhan bakal recovery sangat cepat ketika wabah terhenti.
"Lihat saja pada kasus rekonstruksi pasca bencana alam. Pertumbuhan ekonomi langsung melesat. Yang penting keselamatan warga negara dulu, baru ekonomi," ujarnya.
Untuk kali kesekian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintahannya belum akan melakukan kebijakan lockdown. Langkah ini, menurut Presiden Ketujuh RI tersebut, bukan hanya berlaku di tingkat pusat. Demikian pula untuk tingkat daerah.
“Saya tegaskan bahwa kebijakan lockdown baik di tingkat nasional maupun daerah adalah kebijakan pemerintah pusat. Kebijakan ini tidak boleh diambil oleh pemda dan sampai saat ini tidak ada kita berpikir ke arah kebijakan lockdown,” katanya di Istana Presiden, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Top Ten News Harianjogja.com, Jumat 11 Juli 2025: Dari Polda Jateng Grebek Pabrik Pupuk Palsu sampai Penemuan Mayat Pegawai Kemendagri
Advertisement

Ruas JJLS Baron Ambles, Pengguna Jalan Diminta Berhati-Hati
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement