Advertisement
Pemanfaatan Big Data di Pemerintahan Masih Rendah
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sejumlah daerah saat ini sudah mulai mengadopsi konsep smart city sebagai solusi untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Namun sayangnya pemanfaatan big data masih tergolong rendah karena beragam kendala yang dihadapi.
Dua akademisi Universitas Islam Indonesia (UII) yaitu mahasiswa Teknik Informatika Program Magister Fakultas Teknologi Industri (FTI), Sri Khaerawati dan Dosen FTI Dhomas Hatta Fudholi secara khusus meneliti tentang kesiapan penggunaan big data dalam mewujudkan smart province di Pemerintah DIY.
Advertisement
“Pemanfaatan big data dan peningkatan kapasitas teknologi merupakan hal penting dalam mewujudkan konsep smart province. Tetapi banyak tantangan muncul seiring jumlah data yang semakin tinggi,” terang Dhomas Hatta Fudholi dalam rilisnya Senin (2/9/2019).
Ia menambahkan tantangan penggunaan smart province juga disebabkan karena aliran data dan konektivitas yang semakin cepat serta sebaran dan bentuk informasi yang beragam, hingga validitas informasi. Pihaknya berusaha mengukur sisi kesiapan penggunaan big data di Pemerintah DIY menggunakan the data warehousing institute (TDWI) big data maturity model guide.
Sri Khaerawati mengatakan, hasil pengukuran kesiapan teknologi terhadap Jogja Smart Province (JSP), antara lain implementasi dukungan teknologi dengan 63% masuk ke kategori sebagian, 6% implementasi masuk di atas 50%, 3% target telah diimplementasikan dengan lengkap dan 2% belum dilakukan. “Artinya bahwa fokus utama Pemerintah DIY adalah melakukan pengembangan dan perbaikan tata kelola dari sisi teknologi,” ucapnya.
Di sisi lain, lanjutnya, hasil penelitian itu juga mengungkap dari lima dimensi yang diukur, ada tiga yang memiliki nilai paling rendah. Antara lain, infrastruktur, dimensi analytic, dan dimensi tata kelola. “Hal ini membuktikan pemanfatan big data di internal masih sangat rendah terutama dari sisi infrastruktur, data, yang menjadi factor utama dalam mengadopsi teknologi big data,” katanya.
Oleh karena itu pihaknya merekomendasikan pentingnya penggabungan dua model, antara smart city dengan big data. Sehingga bisa diketahui kesiapan setiap kota atau daerah dalam mengadopsi smart city dengan melihat kesiapannya menggunakan big data.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Erupsi Lagi, Gunung Semeru Semburkan Awan Panas Guguran
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- Perbaikan Jalur Pantura Demak-Kudus Ditarget Rampung Sebelum April 2024
- Gugatan Sengketa Pilpres, Mahfud MD Serukan Kembalian Maruah MK
- PGI Meminta Agar Kasus Kekerasan di Papua Diusut Tuntas
Advertisement
Gunakan Drone, Pencarian Bocah Tenggelam di Sungai Oya Wonosari Terkendala Arus Deras
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Tok, Paripurna DPR Akhirnya Setujui RUU Desa Jadi Undang-Undang
- Aksi Teror Marak di Dunia, Polri Antisipasi Serangan Terorisme Saat Lebaran 2024
- Mendag Sebut Kemendag Tak Tinggal Diam Mengetahui Perdagangan Pakaian Bekas Impor Kembali Marak
- Hakim Konstitusi Arief Hidayat Tak Terbukti Melanggar Kode Etik
- Masjid Agung Kota Bogor Diresmikan, Begini Kemegahannya
- Daop 2 Siapkan 24 Lokomotif-244 Kereta untuk Angkutan Lebaran 2024
- Viral Polisi Tembak dan Serang DC, APPI Jelaskan Duduk Permasalahannya
Advertisement
Advertisement